part 7

67 10 0
                                    

Jam istirahat pun tiba, kedelapan sahabat itu pergi ke kantin bersama.

Deven: Sepulang sekolah, gua ingin bertemu kalian semua.

Joa: Ada apa? Sampai kau ingin bertemu dengan kita?

Deven: Ada hal penting yang harus gua omongin kepada kalian.

Anneth: Haruskah kita memberitahu mereka tentang penyihir itu?

Deven: Semakin banyak yang membantu, semakin baik.

Semua kecuali Deven: Penyihir? Apa maksud kalian?

Deven: Sudah, sepulang sekolah kita bertemu di taman belakang istana. Kalian pasti tahu istana kerajaan Juliano.

Ucha: Tunggu, oh jadi kaulah Deven, adiknya Kak Amel. Baiklah, nanti kita bertemu setelah pulang sekolah.

Deven: Okay, sampai ketemu nanti.

Deven dan ketiga sahabatnya pun pergi meninggalkan JANC.

Uwa: Neth, sepertinya kau punya jawaban untuk semua pertanyaan kita?

Anneth: Hah! Nanti aku dan Deven akan menjelaskannya. Ayo ke kantin, aku lapar.

Semua kecuali Anneth: Baiklah, ayo.

JANC pun pergi ke kantin bersama-sama.

[Jam pulang sekolah pun tiba.]

Di taman belakang istana kerajaan Juliano...

Joa: Aku rasa taman ini lebih cocok untuk pasangan-pasangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joa: Aku rasa taman ini lebih cocok untuk pasangan-pasangan.

Ucha: Taman ini terlalu indah. Siapa yang merancangnya?

Amel: Aku yang merancangnya. Senang

Ucha: Kak Amel, wah ternyata benar kalau Deven adalah adikmu. Aku tidak menyangka.

Deven: Oh, ayolah. Kau dan aku adalah sepupu, jadi apa masalahnya?

JNA: Tunggu, apa kalian sepupu?

Deven: Iya, memangnya kenapa?

JNA: Cha, kenapa lu nggak bilang?

Ucha: Mager aja udah. Ada apa, lu manggil kita?

Deven: Kita tunggu SFC dulu.

JANC: Siapa SFC?

Deven: Sam, Friden, dan Clinton. Siapa lagi?

Anneth: Apa kau tidak mau menunggu kakakku? Agar dia juga bisa menjelaskannya.

Deven: Boleh saja, telepon saja suruh dia kesini. Duduklah kalian. Aku sudah menyuruh bibi untuk membuat jus dan cemilan.

JNC: Terima kasih.

JNC pun duduk di bangku taman itu.

Deven: Lu nggak duduk, Neth?

Anneth: Nggak ah, udah biasa. Gua akan menunggu Bang Al dan ketiga sahabat lu. Oh iya, mana Kuasabot?

Deven: Sebentar, aku akan mengambil dia.

[Deven pun pergi mengambil Kuasabot.]

Amel: Apa kalian bertiga punya senjata?

Ucha: Hm, aku hanya punya tongkat sihir.

Joa: Aku punya kipas. Aku sering memakainya sebagai senjata untuk menyerang kecoa.

Uwa: Aku tidak punya senjata, tapi aku punya kekuatan. Aku bisa membaca batin dan melupakan ingatan seseorang.

Amel: Kekuatan yang bagus. Pasti nanti Kuasabot bisa memberikan kalian kekuatan yang sangat hebat.

JNC: Kuasabot? Siapa dia?

Anneth: Dia adalah bola kekuatan. Aku dan Deven mengambilnya di markas penyihir jahat itu.

JNC: Tunggu, apa markas penyihir jahat?

Anneth: Iya, Bang Al melihat markas penyihir jahat. Dan Pak Hasan pun adalah penyihir jahat juga.

JNC: Apa?! Okay, bagus. Sekarang, apa kita harus melawan guru kita sendiri?

Sam: Ya, aku rasa begitu karena Deven sudah memberitahu kami juga.

Friden: Oke, sekarang aku tahu kenapa kau menyuruhku membawa pedang energi biru ke sini.

Clinton: Dan sekarang aku juga tahu kenapa kau menyuruh Sam untuk membawa para binatang peliharaannya.

Deven: Oke, kalian siap? Kuasabot, bisa kau memberikan kekuatan kepada para sahabatku? Mereka butuh kekuatan itu untuk mengalahkan penyihir jahat yang akan kembali mengambilmu untuk hal yang sangat kejam.

Kuasabot: Sepertinya bisa. Baiklah, sebaiknya bagi kalian yang memiliki kekuatan, minggir dulu.

Deven: Oke. Deven, Anneth, dan Amel memberikan jarak kepada Kuasabot dan keenam sahabatnya.

Kuasabot: Hiyaa!

Joa: Wah, kekuatan apa yang kau berikan pada senjataku, Kuasabot?

Kuasabot:?











Ada yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Jangan lupa tinggalkan jejak bye love you 😘❤.

Magic School (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang