02 - Markas

297 38 0
                                    

Apa sudah dimulai? Hati-hati. Siapa tahu, dia takdirmu. Aku hanya mengingatkan.

-

-

-

"Baiklah. Akan kukabari beberapa." Mingyu langsung mengiyakan.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba?" Kali ini June ikut buka suara.

Karena rasanya aneh jika tiba-tiba Jungkook menyuruh anggota untuk pergi ke markas. Ada begitu banyak masalah yang terjadi, markas terpaksa harus tidak dikunjungi untuk beberapa waktu. Jungkook sendiri yang mengatakan bahwa lebih baik untuk tidak berkumpul sebagai anggota geng karena akhir-akhir ini, ayahnya mengawasi.

"Aku tahu ini tiba-tiba, tapi kita tetap harus berkumpul di sana. Kumpulkan beberapa saja, jangan semuanya, dan berhati-hatilah. Nanti ada yang mengadu pada ayahku." Jungkook berujar dengan datar.

Aneh, tapi Jungkook kesal sungguhan.

Seolah-olah itu adalah kali pertama bagi Jungkook ditentang oleh perempuan. Kalau dibandingkan oleh omelan Ibunya, Jungkook amat lebih baik memilih untuk diomel saja.

Omong-omong, Jungkook sudah lama tidak mendengar ocehan Ibunya.

"Baiklah," jawab Mingyu final.

Ada hal yang tidak bisa Mingyu dan teman-teman lawan dari Jungkook. Perintah, dan kesetiaannya. Jauh dari apa yang orang-orang katakan di luar sana tentang keburukan Jungkook, dia adalah teman yang setia.

Jungkook sudah di tahun kedua, dan dia berada di kelas 11-3. Bukan karena dia termasuk anak yang pintar. Seharusnya Jungkook duduk di kelas terakhir. Mana mungkin murid yang pemalas dan punya nilai yang jelek saat mengikuti ujian bisa masuk di 11-3? Meskipun tidak sepintar anak-anak di kelas unggulan, Jungkook mustahil bisa berada di kelas yang sama dengan murid di 11-3.

Terima saja. Lagi pula Jungkook bukan ancaman kecuali memang ayahnya meminta wali kelas untuk menaikkan nilai Jungkook di seluruh mata pelajaran.

Kekuasaan amat menyeramkan, bukan?

-

-

-

"Matikan rokokmu, Wo. Ayahku punya mata-mata di sekitar kita," ucap Jungkook sambil menjatuhkan punggungnya di salah satu bangku.

Mereka sudah berkumpul di markas. Hanya ruangan yang isinya kursi dan lemari bekas yang tidak terpakai lagi. Meskipun Jungkook punya banyak uang, dia tidak berani untuk mengapa apakan markas mereka. Sudah menjadi kewajiban sesama anggota untuk menjaga rahasia.

Markas berada di ruang bawah tanah. Tepat di bawah tangga yang terhubung ke atap. Pintu yang berada di bagian tangga hanya bisa ditemukan oleh Jungkook, anggota geng, dan penjaga sekolah saja.

"Oh ayolah, ini ruang bawah tanah. Mata-mata ayahmu yang mana yang akan turun ke sini hanya untuk menyuruh kita berhenti merokok?" Yang tadi ditegur akhirnya menyahut.

Namanya Woonwo. Sebelas dua belas dengan Mingyu. Pecinta wanita sejati. Soal menggombal? Dia nomor dua setelah Mingyu. Selain tampan, dia punya otak yang cerdas, dia memilih bergabung dengan geng bukan karena Jungkook yang minta, tapi karena keinginannya sendiri.

"Bolehkah aku bergabung dengan kalian? Aku muak dipanggil cerdas. Aku ingin menyandangkan kata berandal di sampingnya. Seperti ... berandal yang cerdas."

Dan mulai saat itu, Jungkook menerima Woonwo hanya dengan satu kalimat yang panjang itu. Dia orang yang unik, pikir Jungkook saat itu.

Jungkook terkekeh pelan seraya memperhatikan tangan Woonwo yang mulai mematikan rokoknya. "Kau ingat dengan apa yang pernah aku katakan? Jangan mempercayai siapa pun di dunia ini. Semua orang akan berkhianat kapan saja. Entah dipaksa, atau disengaja."

Bad Boy is HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang