07 - Pink Ribbon

120 21 2
                                    

“Kau?!”

"Lama sekali." Laki-laki yang semula duduk itu kemudian berdiri bersama tangannya yang ia masukkan ke dalam saku celana.

"TUNGGU—KAU?!"

"Jangan terlalu berisik, nanti aku ketahuan Jungkook!" Hampir saja laki-laki itu membekap mulut Yami, barangkali Yami tidak mundur, mungkin tangannya sudah menyentuh bibir gadis itu.

"Kau minggu teman Jungkook sok tampan itu, kan? Oh maaf, kau juga sok tampan." Yami masih menerka-nerka tentang apa yang sedang ia lihat. Matanya terus menelusuri bagian tubuh Mingyu dari atas sampai ke bawah. Memangnya kenapa jika ketahuan Jungkook. Aku tidak peduli.

Apa benar seseorang yang telah mengiriminya surat adalah laki-laki itu? Laki-laki dengan nama Mingyu? Bukannya kasmaran, Yami rasa ini semua adalah petaka.

"Namaku Mingyu, bukan minggu. Dan lagi, aku tidak sok tampan, aku memang tampan sungguhan." Dan Mingyu masih sempat mengibas poninya sembari berpose.

Yami hampir muntah dibuatnya. Kali ini Yami tidak bisa berpikir jernih. Ini mungkin jebakan, atau memang sengaja, Yami tidak bisa menebaknya. "Sebenarnya apa yang kau dan teman-temanmu rencanakan? Lalu surat ini? Kau yakin, kau yang mengirimnya?"

Mingyu bergeming. Tidak-tidak. Tidak mungkin Yami menyadari. Lagi pula rencana itu tidak ada hubungannya dengan gadis ini. Mingyu tertawa hambar setelah mendengar pertanyaan Yami.

"Apa yang kau katakan?  Surat itu ... aku hanya tidak bisa bicara denganmu, karena kau teman Ryu, dan aku teman Jungkook. Aku berniat ingin mengembalikan ini." Mingyu memanjangkan tangannya ke arah Yami dengan maksud ingin menunjukkan suatu barang. "Aku menemukannya di sepanjang koridor kelas 12. Kau punya pacar, ya, di sana? Kau punya pacar kakak kelas?"

Yami membulatkan mata. Pita merah jambunya! Tanpa sadar Yami tersenyum pelan dan mengambil barang itu dari tangan Mingyu. Dan laki-laki dengan nama Mingyu ini sungguh ingin tahu sampai segitunya. Selain suka menggoda gadis-gadis, dia juga suka memutar-mutar fakta. Sial, sial, Yami kira waktu yang ia gunakan untuk menemui laki-laki misterius yang ada di surat akan sangat berkesan untuknya, tapi si Mingyu berengsek ini malah merusak segalanya.

"Baiklah terima ka—KENAPA PITAKU ROBEK?" Yami memekik keras saat matanya terfokus pada bagian yang robek di pitanya. "Kau pasti sengaja melakukan ini untuk balas dendam, kan?!"

Tidak ada alasan bagi Yami untuk tidak menuduh Mingyu saat itu. Pertama, Mingyu sudah pasti tidak suka dengannya, dan yang kedua, bagi Mingyu, merusak barang orang yang ia benci adalah sebuah keuntungan.

Melihat ekspresi Yami yang seenaknya menuduh dan berteriak, Mingyu sungguh memahami mengapa Yami berteman dengan Ryu. "Kau kira aku tidak punya pekerjaan lain apa?!"

"Lalu mengapa pitaku robek?!" sungut Yami kembali. Baru sehari ia tidak mengenakan pita itu di rambutnya, Yami merasa seperti orang lain, tapi apa boleh buat, pitanya hilang, dan sekarang malah ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan.

"Kau kira aku tahu?!" Mingyu tidak mau kalah.

Mereka berdua adalah perpaduan manusia yang tidak seperti kalian pikirkan. Mingyu manis di depan gadis lain, sedangkan dia masa bodoh dengan gadis yang tidak ia minati. Sedangkan Yami, terlihat menggemaskan dan baik hati di depan orang lain, tapi dia akan bersikap sarkas kepada orang yang ia benci.

"Aku tidak ingin membuang waktuku yang berharga hanya untuk berbicara denganmu. Jadi mari kita persingkat masalah ini. Belikan aku pita yang baru, dan harus sama persis. Aku tidak mau tau!" perintahnya hingga membuat Mingyu terperangah tidak percaya dibuatnya.

"Perlu digarisbawahi bahwa bukan aku yang merusak pitamu. Seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah menggunakan tenagaku untuk memungut pita tidak bergunamu itu kemarin." Mingyu malah memasang wajah acuh tak acuh setelah dirinya dituduh sedemikian rupa. Bagian terburuknya adalah, dia kesal.

Bad Boy is HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang