18 - Your Mon

97 20 0
                                    

Tidak pernah terpikir oleh otakmu bukan? Semua berjalan dengan sangat cepat, dan kau gagal di tengah-tengahnya.

-

-

Lalu, bagaimana solusinya, Bung?

-

-

“Selamat pagi Han Ryu. Apa tidurmu nyenyak?”

Suara alarm Ryu terdengar nyaring dari ponsel. Sial, bagaimana bisa ada orang yang sudah datang ke sekolah jam 4 pagi?!

Ryu bisa melihat dengan matanya yang belum terbuka sempurna, ada seorang pemuda sedang memperhatikannya dari samping.

Mata Ryu kini terbuka sepenuhnya, dia menangkap sosok Jungkook di sana. Ada apa lagi ini, ya ampun. Kenapa Jungkook itu sangat mempedulikan urusan Ryu?!

Gadis berambut hitam legam itu mengabaikan Jungkook kendati tangannya mengambil buku dari tas. Ryu hanya mencoba untuk memberikan Jungkook rasa kesal, karena gadis itu tidak benar-benar ingin mengambil buku.

“Hey, tidak baik mengabaikan ucapan selamat pagi.” Jungkook meregangkan otot-ototnya. “Apalagi dari orang tampan sepertiku.”

Ryu tersentak diam-diam. Tampan apanya. Dia harus mengaca.

Ryu terus menerus mengabaikan Jungkook di detik-detik yang sunyi. Hanya ada mereka berdua di kelas itu.

Pada faktanya, Jungkook sudah bangun jam 3 pagi dan berniat berangkat sekolah dengan cepat. Alasannya? Tentu saja ingin mengejek Ryu secara empat mata.

Demi mengejek gadis yang tak ia sukai, Jungkook rela memperpendek jam tidurnya yang berharga.

Jungkook benar-benar tidak habis pikir dengan perilaku yang ditujukan Ryu untuknya. Jungkook berakhir duduk dengan tegak dan mengubah nada bucaranya. “Ryu, kau sungguh membuatku kesal.”

“Lalu, aku harus apa?”

Sial, dipotong langsung oleh Ryu.

“Apa yang harus kulakukan padamu tuang berandal? Kenapa kau sangat terobsesi denganku? Jika kau menyukaiku, kau bisa katakan itu sekarang. Aku sungguh tidak suka caramu mempermainkanku.”

Kenapa Ryu mengatakan itu? Sungguh keceplosan. Sebenarnya Ryu tidak ingin si pelaku tahu bahwa dirinya sudah paham dengan situasi. Ryu ingin terlihat pura-pura bodoh saja. Namun, kenyataannya, Ryu masih terbawa oleh sisa-sisa kemarahan yang kemarin, sehingga sekarang ia sulit mengontrol emosi.

“Aku bukan orang yang menakutkan. Aku tidak akan mengancam posisi siapa pun,” lanjut Ryu dengan nada pelan.

“Kalau begitu.” Jungkook bangun dari kursi kemudian berjalan mendekati meja Ryu. “Minta maaf-lah padaku.”

“Maaf untuk apa? Bukankah aku sudah bilang bahwa yang di kantin itu adalah hal yang sepele? Kenapa kau berlagak seperti anak tk? Sungguh, Jung, aku bisa tertawa lama-lama.” Ryu mengatakan itu tidak dengan ekspresi apa pun.

Dia anggap dia pernah mengatakan bahwa dia tahu segalanya kenapa Jungkook bisa marah. Pertama kali ia bertemu dengan Jungkook, adalah kali pertama Ryu merasa akan ada yang tidak beres jika berurusan dengan pemuda itu.

Namun perlu digarisbawahi.

Ryu sama sekali tidak menganggap Jungkook sebagai musuhnya.

Maaf, tidak sebanding.

Bad Boy is HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang