boss 1

1.3K 48 14
                                    


joy  kembali meletakkan tumpukan dokumen di atas meja milik atasannya. Kali ini ia menaruh file-file itu dengan keras, lebih cocok dibilang setengah membanting ketimbang menaruh. Aura panas akibat rasa kesal menguar dari tubuh sekretaris yang ramping, tapi sang bos tak mengubris. Tatapan pria itu tertuju pada layar laptop di depannya.

"Ini dokumen yang anda minta, Pak."

Seperti yang telah joy  duga, tidak ada kata-kata terima kasih ataupun pujian penghargaan. Atasannya bahkan tidak melirik, hanya mengucapkan "oke" sambil lalu.

Demi Tuhan, Ia mengumpulkan dokumen itu empat jam lebih hingga mengorbankan waktu makan siangnya dan buat sang bos, itu bukan apa-apa. joy  hanya bisa menggelengkan kepala. Apa semua  lelaki bersikap seperti ini? Atau dia memang direndahkan hanya karena dia seorang wanita? Di luar sana Beta bahkan diperlakukan lebih baik dari wanita, hal itu kerap membuat joy  merasa frustrasi sendiri. Semua  wanita digeneralisir sebagai pelayan, pembuat anak yang nyaris tak punya otak dan dikuasai hormon.

Mungkin di mata atasannya joy  memang cuma pantas jadi pelayan, bukan kepala departement perencanaan dan pengembangan software di mana bakatnya bisa bersinar. Hell! Padahal resumenya luar biasa dan dia punya rekomendasi dari professor tempat dia magang sebelumnya dan Eh, Dia malah dijadikan sekretaris pria  lelaki menyebalkan ini hanya karena dia wanita, cantik dan enak dipandang. semua pencapaiannya selama ini tak dijadikan bahan pertimbangan.

joy  tetap berdiri di depan meja, Menanti sebuah reaksi dari wajah yang mungkin selama dua puluh tiga jam sehari memasang ekspresi datar yang sama. Kaki joy  mulai bergerak gelisah. Mengapa tak ada lagi komentar? joy  ingin bertanya, tapi bibirnya sulit berkata. Terutama jika dia harus menjelaskan suatu hal yang dia benci tapi tak masalahnya sudan tak terelakkan.

Seminggu yang lalu ia mengajukan cuti pada HR departement tapi mereka bilang cuti joy  menunggu persetujuan atasannya Pak sehun yang tak kunjung datang. Sampai detik ini pun joy  tak berani bertanya sebab meski atasannya selalu tersenyum dan terlihat ramah. Ekspresi itu hanya topeng semata. Aslinya pak bos sangat jahat dalam berkata-kata seakan tak punya hati dan empati yang membuat joy  tiap hari diam-diam meng anjay-anjay kan bos nya.

"Um, Pak … karena pekerjaan ini sudah saya selesaikan, saya akan segera pulang."

"Eh.." Kepala berambut hitam kelam itu akhirnya memberi joy  perhatian "Apa saya sudah menyuruhmu pulang?"

"…, tapi Pak jam kerja sudah berakhir lima belas menit yang lalu."

"Ah, Nona park , saya masih membutuhkan anda. Malam ini ada rapat daring dengan klien di Amerika dan saya belum menerima proposalnya di meja saya."

"Anda bilang deadline nya besok."

"Benar, tapi tadi saya menerima email meetingnya dipercepat."

joy  benar-benar ingin menonjok bos-nya. Kenapa dia baru bilang sekarang. Sepertinya pria ini sengaja mempersulit hidupnya. "…tapi pak,"

"Tak ada tapi..tapi-an anda punya waktu tiga jam untuk menyelesaikannya dan jangan khawatir anda dibayar double oh bahkan triple untuk overtime. Saya ini bos yang murah hati kan?"

joy  lantas mengacungkan jari tengah dan berteriak "fuck off" lelah dengan prilaku tirani atasannya. Kemudian ia melemparkan high heels lubotin seharga enam bulan gaji nya ke arahsehun .

Sayang sekali pristiwa tadi hanya terjadi di benak sang sekretaris cantik. Kenyataannya joy  memasang senyum patuh yang dipaksakan karena siapa sih yang mau kehilangan pendapatan sementara tagihan shopping kartu kredit numpuk dan ada debt kolektor pula mengetuk-ngetuk pintu.

Ini semua salah bos nya yang sering membuat dia stress dan kalau joy  lagi stress dia jadi kalap belanja. Jadilah siklus penderitaan yang tiada akhir. tidak kerja banyak hutang, pergi ke kantor malah stress. Pilihan joy  bak makan buah simalakama, pahit cuk!

liarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang