only you 2

760 47 14
                                    


Otakku masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang dikirim dari ingatanku, tapi semua terasa tidak bisa aku sambungkan, ada titik-titik kosong yang tidak bisa aku temukan jawabannya, dan sekarang sehun  juga aku berada di dalam satu ruangan. Yang satu bertelanjang dada, yang satu malah tidak memakai baju apapun.

Bagaimana bisa pertanyaan sederhana menjawab ini semua?

sehun  menyeringai lebar seolah membaca apa yang sedang berlangsung dalam kepalaku.

"Apa yang aku lakukan? Tentu saja aku harus mengganti pakaianmu. Berhubung kau tidak sadarkan diri lagi, dan aku tidak tahu dimana rumahmu, bahkan ponselmu mati. Kau pikir apa yang harus aku lakukan ketika berada di situasi seperti itu? Kau bahkan muntah di mobilku."

Seberapa jauh aku harus menjatuhkan harga diriku? Seolah belum cukup aku mempermalukan diri sendiri, aku masih harus pingsan setelah muntah di mobil orang yang baru aku kenal?

"Aku membawamu ke rumahku dan aku harus mengganti pakaianmu karena terlalu bau, dan kau terlalu mabuk sampai tidak bisa aku bangunkan sama sekali."

Ya Tuhan … Separah itu kondisiku sampai merepotkan orang dan mempermalukan diri sendiri.

Persetan dengan alkohol, mulai saat ini kau adalah musuh terbesarku.

"Ma-maafkan aku sudah sangat merepotkan, kau bahkan sampai harus menggantikan baju-"

Menggantikan baju?!

Tunggu dulu!

sehun  menggantikan pakaianku? Berarti dia melihatku telanjang? Mataku membelalak melihat ke arah sehun .

"Tenang saja, aku terbiasa melakukannya," kata sehun  santai.

Oh, benar juga. Dia perawat, melihat wanita telanjang pasti sudah menjadi hal biasa baginya. Tidak sepantasnya aku merasa malu, seharusnya aku cukup malu setelah membuat sederet kekacauan.

Pandanganku mendarat pada ponselku yang tergeletak di meja sebelah tas tanganku. Orang rumah pasti sudah sangat panik karena aku tidak memberi kabar sama sekali. Aku meminjam pengisi daya dari sehun  dan langsung menyalakan ponselku, berusaha menelepon orang rumah.

"Aku baik-baik saja, sekarang sedang di rumah teman. Aku terlalu mabuk dan temanku membantu … Tenang saja, maaf aku membuat Ibu cemas," tuturku dengan suara purau. Aku tidak ingin membuat orang tuaku cemas, cukup aku saja yang harus berpikir keras. Mendengar suara Ibuku yang sedikit marah karena tidak bisa menghubungiku membuatku sedikit lega, membuatku merasa seperti anak kecil lagi dan berharap bisa bermanja di pangkuannya.

Di tengah panggilan telepon entah mengapa aku merasa harus menoleh ke belakang, dan seketika pandanganku bertemu dengan sorot mata jernih sehun . Dia terduduk di sofa dengan satu tangan bertumpu pada tangan sofa dan menopang kepalanya. Tadinya aku kira perhatiannya terpusat pada TV yang ada di sebelahku, tapi setelah aku perhatikan lagi pandangannya memang tertuju padaku yang berdiri dekat kabel power listrik di sebelah tv karena kabel pengisi daya yang terlalu pendek.

Pandangan sehun  sangat tajam, seolah dia sedang berusaha melihat menembus hingga organ terdalam tubuhku. Aku melihat pantulan diriku yang terlihat di lemari pajangan besar di sisi dinding ruang tengah. Aku yang hanya mengenakan kaos putih polos kebesaran, tanpa pakaian dalam, dan panjang kaos hanya mencapai atas lututku, menyerupai dress.

Kondisiku saat ini membuatku merasa tidak ada bedanya dengan telanjang.

sehun  sendiri terlihat nyaman-nyaman saja bertelanjang dada, dan dia tidak terlihat sungkan sama sekali saat pandangan kami bertemu. Matanya terus mengintaiku seperti elang.

"Ah, iya Bu! Aku akan segera pulang." Aku mengakhiri panggilan telepon, agak canggung berjalan mendekati sehun .

"Ummm, aku minta maaf sudah sangat merepotkan. Aku akan mengganti biaya cuci mobil dan semua hal yang merugikanmu. Sekali lagi maaf, dan … dimana pakaianku?"

liarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang