TIGA--A

1.2K 246 37
                                    

Vara hampir tak percaya dengan yang dikatakan ayahnya

"Ayah pasti lagi bercanda, kan?" tanya Vara cepat.

"Ayah serius. Itu sopirnya Dika sudah menunggu di teras untuk mengantar kamu," jelas Bimo.

"Ayah!" seru Vara kesal. Ia tidak bisa menutupi ketidaksetujuannya. "Buat apa aku tinggal di rumah Dika? Ayah mau ngusir aku dari rumah ini?"

Bimo tersenyum sabar. "Bukan mengusir, Vara. Ayah mau menitipkan kamu di rumahnya Dika."

"Buat apa aku dititipin segala?" Vara memutar kedua bola matanya. Ia sama sekali belum mengerti maksud Bimo.

Lelaki yang sebentar lagi genap lima puluh tahun itu menarik salah satu koper yang berada sejajar dengan milik putrinya. "Ayah mau pergi."

"Lho, Ayah mau pergi ke mana?" Vara jelas bertambah bingung dengan niat ayahnya yang serba mendadak.

"Ayah ada urusan bisnis di Malaysia. Malam ini juga Ayah berangkat."

"Bisnis apa? Kok, mendadak banget?" Setahu Vara bisnis ayahnya hanya bersangkutan dengan Djenar's Cafe.

"Ayah belum bisa kasih tahu kamu sekarang. Maka dari itu, Ayah menitipkan kamu di rumah Dika."

"Kalau Ayah mau pergi, ya, pergi aja. Ngapain aku harus sampai ke rumah Dika? Aku udah besar, bukan anak TK yang harus dijaga kalau Ayah nggak ada. Memang rumahnya Dika udah berubah fungsi jadi daycare?" sungut Vara.

"Ayah pergi lama, nggak sebentar."

"Seminggu paling, kan?"

"Enam bulan."

Mata Vara membelalak, tak percaya kalau sang ayah akan pergi selama itu. "Ayah mau ada urusan bisnis atau mau pindah kewarganegaraan, sih?

"Karena bisnis ini sangat penting buat Ayah dan buat masa depan kamu juga."

Bimo terdiam sejenak. Raut wajahnya kali ini tidak bisa terbaca oleh Vara. Ada sesuatu yang tak biasa telah disembunyikan oleh ayahnya. Namun, Vara masih terlalu kesal untuk mengulik lebih jauh yang sedang disimpan Bimo.

Vara menggeleng. Tetap tidak mau menerima keputusan sepihak ayahnya.

"Ini paling hanya akal-akalan Ayah aja, kan, agar aku bisa dekat sama Dika? Iya, kan, Yah?" tebak Vara.

Ia merasa ayahnya sudah bertindak terlalu jauh. Memaksakan sesuatu yang bahkan sudah ditolaknya. Dua puluh tahun menjadi putri kesayangan Bimo, baru kali ini Vara merasa dikecewakan.

"Ayah memang mau kamu juga bisa mengenal Dika dan keluarganya lebih jauh. Biar kalian bisa dekat." Jawaban Bimo malah membuat Vara meradang.

"Aku nggak pernah mau dijodohin. Ayah harus terima itu. Bukannya maksa aku buat nurut sama keinginan Ayah yang nggak masuk akal ini. Apa Ayah nggak mikirin perasaan aku? Apa Ayah nggak peduli sama orang lain yang aku sukai?

Bimo menaikkan alis. "Kamu lagi pacaran sama orang lain?"

"Nggak."

"Kalau begitu, nggak masalah kamu sama Dika."

"Tapi aku nggak suka Dika. Aku suka sama orang lain. Jadi Ayah nggak bisa memaksakan perasaan aku."

"Siapa orangnya?"

"Rahasia."

"Apa dia tahu kamu suka sama dia?"

"Nggak ...." Tapi Vara buru-buru mengoreksi jawabannya, "Eh, belum. Nanti juga dia tahu."

Loving IsvaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang