Vara membuka pintu kamar perlahan, sampai cukup baginya untuk sekadar mengintip. Ia ingin memastikan keadaan di luar pintu kamarnya ini, apakah aman untuk keluar sekarang atau tidak. Ia harus segera pergi dari rumah, demi menghindar dari seseorang yang sebentar lagi akan dipertemukan dengannya. Bertemu dengan laki-laki yang digadang-gadang menjadi calon suaminya.
Konyol bukan? Ayahnya malah berniat menjodohkannya dengan seorang duda. Oke, perlu diperbesar, digarisbawahi, dan dipertebal kata DUDA ini.
Yang terbayang di kepalanya tentang duda adalah sosok om-om genit dengan perut buncit, lemak bergelambir, ditambah mata nakal penuh nafsu kalau melihat wanita cantik. Umurnya pasti tidak jauh dari kepala empat. Bahkan rata-rata pasti sudah tua, berkeriput, ataupun rambut yang beruban. Vara bergidik ngeri jadinya.
Ia tidak habis pikir, ayahnya bisa setega itu dengan mengumpankan anak perempuan tercantiknya pada duda genit. Seolah di dunia ini sudah kehabisan stok laki-laki lajang, sehingga duda pun tidak masalah dijodohkan dengannya. Dan mumpung si duda belum datang, Vara mengambil inisiatif untuk keluar rumah secara diam-diam.
Ayahnya sedang berada di teras, jadi tidak mungkin ia keluar lewat pintu depan. Maka jalan satu-satunya, ia harus lewat pintu samping yang langsung terhubung dengan garasi. Dari sana ia kemudian memanjat ke atas pagar, yang dengan satu lompatan membuatnya sukses berada di luar rumah.
Yes!
Tangannya meninju udara sambil bersorak dalam hati. Mengagumi kelihaiannya keluar dari rumah dan mengucap selamat tinggal pada duda genit atau siapa pun itu orangnya yang akan datang nanti. Ayahnya pasti kebingungan tidak menemukannya. Biar tahu, kalau Vara tidak akan mau menuruti keinginannya itu.
"Lo tunggu gue, ya, Ras. Gue udah jalan sekarang." Vara menelepon Raras sambil mencari mobil taksi online yang tadi sudah dipesannya.
Nah, itu dia.
Vara bergegas berlari ke sebuah mobil SUV berwarna hitam yang baru saja berhenti di depan rumahnya. Padahal tadi ia sudah memberitahu driver untuk jangan menjemput di depan rumah. Bisa ketahuan ayahnya kalau begini.
Ia langsung masuk ke mobil dan duduk manis di kursi penumpang. Obrolannya dengan Raras masih terus berlanjut.
"Gue itu masih muda dan cantik, Ras. Masa harus punya suami duda tua yang kegenitan. Ih, amit-amit, deh. Nggak akan pernah gue mau nikah sama duda. Masih banyak laki-laki single kenapa gue harus sama duda coba?" sungut Vara sambil melirik ke arah luar jendela mobil dan masih melihat penampakan rumahnya. Ia baru menyadari kalau mobil ini belum bergerak sama sekali.
"Pak, ayo langsung jalan aja," kata Vara yang khawatir sewaktu-waktu ayahnya bisa muncul.
Namun, mobil yang ditumpanginya ini masih saja tidak bergerak. Bahkan mesin mobil pun tak dinyalakan. Baru sajaVara akan berbicara lagi, tapi tertahan saat si driver menengok ke arahnya.
Subhanallah ....
Vara takjub dengan pemandangan indah di depannya. Bukan berupa alam, tapi dari wajah si driver yang begitu tampan rupawan. Membuat Vara teringat pada salah satu aktor korea.
"Maaf, mungkin kamu salah mobil dan saya bukan sopir taksi," ujar lelaki itu yang dengan telak mengembalikan kesadaran Vara kalau ia sudah salah memasuki mobil.
Vara dibuat malu dan salah tingkah jadinya. Namun itu belum seberapa ketika tiba-tiba ia mendengar suara dari luar mobil yang sudah sangat familiar di telinganya, sedang berbicara pada lelaki itu.
"Mobilnya parkir di dalam saja, jangan di luar."
Kok, Ayah kenal sama orang ini?
Vara semakin bingung dan bertanya-tanya dalam hati tentang hubungan ayahnya dengan laki-laki ini.
"Lho, Vara? Ngapain kamu di dalam mobil?" tanya ayah Vara heran.
Vara tidak tahu harus memberi penjelasan seperti apa pada ayahnya. Ia lalu keluar dari mobil dengan rasa penasaran yang masih belum tuntas tentang siapa sebenarnya laki-laki itu. Sampai kemudian ayahnya memberitahukan sebuah fakta yang mengejutkan.
"Dia Dika. Orang yang mau Ayah kenalin ke kamu."
Hah?
"Dia calon suami kamu."
••☆••
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Isvara
General FictionMenikah sama duda? Aduh, bagi Vara itu nggak banget! Vara punya prinsip, tidak akan pernah mau punya suami yang berstatus bekas orang lain. Sehingga ia sebisa mungkin menghindar dari rencana perjodohan yang sudah diatur ayahnya. Tapi ekspetasi Vara...