Vara menahan napas ketika hal itu terjadi di hadapannya. Tatapan Dika masih tertuju pada Vara. Namun sorot mata Dika telah berganti dengan rasa terkejut. Baru saja, sebuat tamparan yang cukup keras mendarat dengan mulus di pipi laki-laki itu. Meninggalkan jejak merah di wajah tampannya.
Sepersekian detik yang lalu, Vara memang ingin menghindari Dika. Ia sudah akan mendorong tubuh laki-laki itu, tapi ternyata ada yang lebih dulu beraksi.
"Lepasin teman gue nggak! Dasar laki-laki mesum!" Teriakan lantang itu keluar dari mulut seorang wanita yang kemudian menarik kencang bagian belakang baju Dika, agar secepatnya menjauhi Vara.
Dan Vara hanya bisa diam melihat kegeraman Raras pada Dika. Ia belum bisa terlepas dari rasa terkejutnya dengan situasi ini.
Dika menuruti keinginan Raras, tanpa perlawanan. Tak ada ekspresi apa pun yang ditunjukkan Dika di wajahnya. Seakan tamparan tadi tidak berpengaruh sama sekali padanya. Padahal Vara yakin, kalau tamparan yang dilayangkan Raras cukup kuat untuk membuat seseorang meringis kesakitan.
"Oh, astaga!" Raras tak bisa menyembunyikan rasa kaget saat Dika sudah berdiri berhadapan dengannya.
Raras dengan cepat melirik ke arah Vara. Menuntut penjelasan tentang siapa sebenarnya laki-laki yang baru ditamparnya ini. Berkelebatan banyak pertanyaan dari cara Raras menatap Vara.
Laki-laki ini siapa?
Dia ngapain sampai mau nyosor lo gitu?
Mana duda tua yang lo bilang?
Vara bangkit dari sofa. "Dia Dika."
Terus?
Raras masih menunggu keterangan lebih lanjut dari temannya itu.
"Dia yang mau dijodohin sama gue, Ras."
"Serius?" Raras double terkejut sekarang. Jari Raras lalu menunjuk ke arah Dika. "Jadi ini dudanya?
Vara mengangguk. Yang semakin menambah ketakjuban gadis bertubuh mungil itu. Sekaligus rasa bersalah karena sudah menampar sebuah maha karya Tuhan.
"Ra, kita perlu bicara dulu sebentar," tukas Raras yang langsung menyambar tangan Vara dan mengajaknya meninggalkan ruang keluarga. Terpaksa Vara mengikutinya. Meninggalkan Dika sendiri.
Sekarang mereka berdua sudah berada di kamar Vara. Raras kemudian menutup pintu di belakangnya yang tertempel poster Tom Felton saat masih berwujud Draco Malfoy. Dan setelah itu kehebohan Raras meledak.
"Gila .... dia ganteng banget!" Raras sudah tak sanggup menahan efek samping dari melihat ketampanan seorang Dika. "Ya ampun ... gue jadi nggak enak tadi udah nampar dia!"
"Lho, terus kalau dia nggak ganteng, nggak pa-pa buat ditampar?" tanya Vara. Heran dengan gadis berkepang satu itu.
"Bukan gitu, Ra. Gue baru masuk rumah lo tiba-tiba lihat kalian berdua. Gimana ceritanya bisa sampai mepet-mepetan begitu duduknya? Gue, kan, jadi berpikir yang nggak-nggak."
"Nggak ada apa-apa, kok. Lo aja mikirnya yang kejauhan," kata Vara meski dalam hati ia tidak bisa bohong kalau sempat takut Dika akan berbuat macam-macam padanya.
Raras duduk di tepi tempat tidur, lalu berkata, "Kalau modelnya kayak Dika, lo nggak perlu pikir panjang lagi. Udah pasti lo ggak akan nolak dia. "
Hadeh ... yakin banget Raras, batin Vara. Ia melipat kedua tangannya sambil bersandar pada dinding. Kemudian menggelengkan kepala sebagai tanda kalau perkiraan Raras tidak tepat.
"Gue nggak suka, tuh, sama dia."
Mata Raras membelalak tak percaya. "Ra, ya ampun ... laki-laki sekeren itu bisa-bisanya mau lo tolak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Isvara
Ficción GeneralMenikah sama duda? Aduh, bagi Vara itu nggak banget! Vara punya prinsip, tidak akan pernah mau punya suami yang berstatus bekas orang lain. Sehingga ia sebisa mungkin menghindar dari rencana perjodohan yang sudah diatur ayahnya. Tapi ekspetasi Vara...