"Ngomong apa kamu Cika!"
Suara Andra membuat pria tersebut dan juga Cika tersentak kaget. Mereka langsung melirik ke belakang yang sudah ada Andra dengan beberapa bodyguardnya.
"Om ...," lirih Cika melemas.
"Dia siapa?" tanya pria asing yang di samping Cika.
"Saya calon suaminya!" jawab Andra tegas.
Andra menarik lengan Cika kasar membuat Cika meringis sakit. "Berani sekali kamu kabur!"
Cika bisa melihat kemarahan Andra dari matanya, sekarang ini Cika benar-benar takut dan juga terjebak bersama iblis.
"Pergi sana!" usir Andra ke pria itu, dengan cepat dia pergi berlari meninggalkan mereka.
"Aku akan memberimu pelajaran!" ancam Andra menggendong tubuh Cika bagaikan karung beras.
Andra membawa Cika ke mobil yang di iringi beberapa anak buahnya. Cika terus-terusan memberontak agar Andra melepaskannya.
Andra membuka pintu mobil dan di masuk tubuh Cika secara paksa ke dalam. Setelah itu Andra juga ikut masuk dan mobilnya di kemudikan oleh satu anak buahnya.
"Om, lepasin Cika. Salah Cika emang apa sama om?" tanya Cika matanya berkaca-kaca.
Andra menangkup kedua pipi gembulnya Cika, berusaha lembut kepadanya. "Kamu gak salah apa-apa, Sayang. Hanya saja aku mencintaimu sehingga aku takut kamu kabur dari hidupku," jelas Andra tersenyum.
Cika menatap wajah Andra dengan lekat. Kenapa dia selalu bilang cinta ke dirinya? Apa dia hanya terobsesi saja, bukan cinta? Padahal wanita di luaran sana banyak yang lebih dari Cika.
Orang seperti Andra pun sanggup menanggung keperluan wanita lain yang bermodalan dengan makeup serta lainnya.
"Tapi om, kita gak seumuran! Umur om sama aku bedah!" banta Cika melepaskan kedua tangan Andra.
"Dengar Cika! Walau umur kita bedah, tapi aku cinta sama kamu. Aku sudah dewasa Cika, jadi aku gak bakal main-main soal perasaan. Aku ingin kamu menjadi istriku untuk selamanya," jelas Andra cukup membuat Cika terdiam.
"Tapi aku gak cinta sama om!" terang Cika meninggikan suaranya.
"Aku yakin, lama-kelamaan kamu cinta sama aku," sahut Andra percaya diri.
"Terserah! Yang pasti aku gak akan cinta sama pria tua kaya om!"
Cika cemberut sambil memanyunkan bibirnya yang membuat Andra benar-benar ingin menerkam Cika secepatnya.
"Cemberutnya nanti aja di kamar," bisik Andra di telingah Cika.
"Au ahh!"
_
Mobil Andra sudah sampai di parkiran rumahnya, Andra segera menggendong tubuh Cika sehingga Cika mengalungkan kedua tangannya di leher Andra.
Bibir Andra sedikit terangkat melihat Cika yang tiba-tiba tidak cerewet seperti tadi.
Andra terus menggendong Cika hingga ke kamar. Lalu dia menurunkan tubuh Cika pelan di atas kasur.
"Malam ini kita nikah," ujar Andra santai, namun membuat mata Cika melotot sempurna.
"Cika gak mau nikah!" bantah Cika menggeleng cepat.
"Harus mau, bodo amat! Biar kamu gak di deketin lagi oleh pria di luaran sana," sahut Andra sambil menggulung lengan bajunya.
Kemudian dirinya duduk di samping Cika, mata Andra melirik Cika cukup lama.
"Kenapa gemetar?"
"Cika gak mau nikah, om!" rengek Cika memohon agar di batalkan pernikahannya.
"Orangtua kamu masih ada kan?" tanya Andra sembari menyingkirkan anak rambut dari pipinya yang menempel.
"Orangtua Cika sudah meninggal," jawab Cika datar.
"Kenapa?"
"Di tabrak sama orang yang gak bertanggung jawab!" marah Cika matanya memerah dan mengepalkan kedua tangannya.
'Tabrak?' batin Andra deg-degan.
"Yasudah, nikah nanti biar orang lain yang jadi wali kamu," jelas Andra memeluk tubuh Cika.
"Cika gak mau nikah, Om. Cika ingin menikmati masa muda Cika," timpal Cika mendongak menatap Andra.
"Saya ingin nikahin kamu cepat-cepat, Cika. Biar kamu gak ke cantol sama cowo lain," ujar Andra.
Cika menangis memukuli dada Andra yang membuat Andra berdiam tak membalasnya. Biarkan saja Cika berbuat semaunya.
_
Perkataan Andra selalu benar. Dia sudah mengundang penghulu serta kerabat-kerabatnya, bahkan teman kantornya pun di undang di acara pernikahan dia dengan Cika yang cukup sederhana.
Andra telah rapi memakai jas kemeja hitam yang di baluti oleh dasi berwarna merah serta kemeja puti.
Sementara di salah satu kamar yang terdapat keberadaan Cika sedang di rias oleh perias terkenal.
Sedari tadi periasnya membujuk Cika agar dia tidak menangis. Sebab jika wajahnya terkena air, maka makeupnya akan luntur dan usahanya akan sia-sia bagi si perias.
"Dek, udah dong jangan nangis. Adek kan manis, cantik pula, nanti kalau nangis jadi jelek," hiburnya sembari mempoleskan bedak di wajah Cika.
"Cika gak mau nikah, tante. Cika gak mau punya suami om-om," sahut Cika sesenggukan.
"Eits! Kata siapa pak Andra om-om? Pak Andra itu masih mudah, dia juga tampan dan kaya," balas periasnya tersenyum lembut ke arah Cika.
"Nah, selesai!" seruh perias setelah mendandanin wajah Cika.
"Ayo, Sayang. Kita turun, izab kobulnya sebentar lagi," ajak perias memegangi tangan Cika dan membantunya keluar dari kamar untuk trun ke bawa.
Perias itu menuntun Cika menuruni tangga dan membantunya memegangi gaun panjangnya.
Semua orang yang berada di bawa terbelalak melihat calon istrinya Andra, bukan berarti masih bocah namun aurah cantiknya terlihat memancar.
Cika berdekatan duduknya dengan Andra, pria itu tersenyum senang ke dia.
"Bagaimana, kalian sudah siap?" tanya penghulu. Andra mengangguk cepat.
Penghulu mengulurkan tangannya menjambat tangan kanan Andra, lalu penghulu itu mulai mengucapkan izab kobul terlebih dahulu dan setelahnya baru Andra.
Selang beberapa menit, izab kobul pun sudah selesai Andra ucapkan dan di sahutkan oleh semua orang dengan kata 'sah'.
Cika tak enggan untuk apa-apa, dia masih tak menyangka kalau dirinya sudah resmi menjadi istri om Andra.
Ini memang terlalu cepat bagi Cika, tetapi cukup lama bagi Andra. Entahlah, Cika akan menerimahnya atau tidak nanti. Yang pasti dia belum bisa menerimahnya sekarang.
Andra mengambil cincin dan meraih jari manisnya Cika. Cincin itu di pasangkan di jarinya yang begitu indah dan cocok.
Cika mencium punggung Andra dengan tubuh gemetar.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Seujung Cinta
Fanfiction"Cika benci, Mas! Pembunuh! Sampai kapanpun, Cika benci!!" Teriakan bercampur amarah istrinya terus saja menghantui Andra yang sedang di dekam dalam penjara. "Jangan hantui akuu! Cukupp!" Andra menutup kedua telinganya sambil berteriak.