Chap24•Terpaksa•

702 25 2
                                    

Cika terlebih dahulu bangun dan turun mendekati pintu kamar mandi, lalu masuk ke dalamnya.

Selang beberapa menit, Cika keluar dengan pakaian daster. Menurutnya, daster itu lebih nyaman untuk orang-orang hamil seperti dia.

Cika melirik sekilas ke ranjang yang di mana ada Andra belum terbangun. Dia pun berinisiatif untuk membuatkan sarapan. Cika keluar dari kamar menuruni anak tangga menuju dapur.

"Selamat pagi, Non," sapa Bik Bubun memasang wajah ceria.

"Pagi juga, Bik."

"Ehh! Non mau ngapain?!" pekik Bubun saat melihat Cika memegang alat dapur.

"Mau buat sarapan lah," kekehnya.

"Gak usah, Non. Biar bibi aja," tolak Bik Bubun buru-buru.

"Gak papa, Bik. Biar Cika aja," sahutnya bersikeras. Akhirnya Bubun pun mengalah, dia memilih mengerjakan yang lain.

Cika mulai mengupas bawang dan memotng cabai, lalu menghaluskannya serta menaruh bumbu lainnya. Wajan pun di siapkan di atas kompor dan di taruhnya bumbu tersebut.

Saat Cika tengah sibuk mengoseng-oseng, tiba-tiba tangan kekar melingkar di pinggang rampingnya.

Tak salah lagi, pasti tangannya Andra. Pikir Cika menggeleng kecil.

"Masak apa, sayang?" tanya Andra memberikan ciuman di pipi istrinya.

"Nasi goreng, Mas." Cika berucap yang tanpa menengok ke Andra.

"Mas, lemasin dulu dong. Cika ribet bangat nyiapinnya," keluh Cika kesal.

"Gak mau!" tolak Andra malah mempererat pelukannya membuat Cika sesak napas.

"Mandi dulu gih, abis itu sarapan bareng," perintah Cika mematikan kompur dan berbalik badan menghadap suaminya.

Andra tersenyum tipis, lalu mencium bibir ranumnya Cika. Pertanda morning kis di pagi hari untuk mereka berdua.

Ciuman Andra semakin dalam dan melumatnya, sehingga Cika mulai memukul dadanya akibat sesak.

"Hmppp!" erang Cika berusaha memberontak.

Andra segera melepas tautan itu dan sedikit menjauh agar istrinya bisa mengambil udara dengan rakus.

Andra terkekeh sambil mengusap sudut bibirnya yang basa itu. "Manis bangat sih!"

"Heh!" pekik Cika mendengar tuturan darinya sembari memasang wajah masam.

"Sana mandi!" usir Cika mendorong tubuh Andra, sontak Andra langsung berbalik badan dan pergi ke atas.

Setelah kepergian Andra, Cika mulai menyiapkan nasinya di atas piring, lalu menaruhnya di meja.

Dirinya duduk sambil menunggu ke kedatangan suaminya untuk sarapan bareng.

Menit kemudian, Andra kembali ke dapur dengan pakaian kantornya. Dia menghendap-hendap di belakang Cika, dan menciumnya secara mendadak sehingga Cika di buat kaget.

"Iss! Ngagetin aja!" gerutu Cika cemberut.

Andra cekikikan dan duduk di samping Cika sembari mengambil sendok. "Sepiring berdua aja," titah Andra mulai menyuapi Cika.

Cika pun menerimahnya dengan senang hati dan sarapan pagi telah berlangsung.

_

"Aku pamit dulu ya, kamu hati-hati di rumah," ujar Andra mencium kening istrinya, juga perut Cika yang mulai membuncit.

"Iya, Mas. Kamu hati-hati juga bawa mobilnya, jangan lupa makan siang." Cika mengingatkan sembari mengelus pundak Andra.

Andra pun tersenyum senang, mendapatkan perhatian dari orang yang ia cintai.

"Iya sayang," balas Andra.

Pria itu langsung memasuki mobil dan menjalankannya ke jalan yang menuju kantor. Setelah kepergian Andra, Cika segera masuk.

_

Sekian lama perjalanan, kini mobil Andra telah sampai di depan perusahaannya.

Andra memakirkan mobilnya, lalu turun sambil memainkan kuncinya masuk ke dalam gedung tersebut.

Kaki Andra berhenti sejenak ketika melihat Dinda di depan pintu ruangannya. Wajah Andra seketika berubah menjadi benci serta jijik ke dirinya.

"Mau ngapain?" tanya Andra saat di dekat Dinda.

Sementara Dinda hanya tersenyum culas dan mengelus lengannya, tetapi Andra segerah menghempas tangan ular itu.

"Jangan menolak. Sebentar lagi juga kamu bakal jadi milikku," ucap Dinda yang membuat Andra langsung membeku.

"Apa maksudmu?!"

"Aku sudah tahu masalalumu," jawab Dinda santai.

Mata Andra membola, jantungnya berdegup kencang. Bagaimana Dinda tahu? Apa Daniel yang membocorkan masalah itu?

Andra mencengkram tangan Dinda untuk masuk ke dalam, tak lupa juga dia mengunci pintu agar tak di lihat dari orang bawahannya.

"Dari mana kau tahu masalahku?!"  Andra mulai tersulut emosi dengan wanita yang di hadapannya, beraninya dia mengetahui ini semua!

"Itu tidak penting! Apa kau mau masalahmu bocor ke istri kecilmu itu?" tanya Dinda tenang sambil bersedakap dada menatap Andra remeh.

"Jangan kurang ajar kamu!" bentak Andra hendak menampar Dinda, tetapi Dinda segera mengangkat suara lagi.

"Berani menamparku, aku tidak akan segan-segan membocorkannya!" balas Dinda lagi.

"Apa yang kau minta sekarang, aku akan mengabulkannya. Tetapi jangan pernah membocorkannya ke istriku, karena aku sangat menyayangi nya," pasrah Andra mencoba berdamai.

"Aku mau kita balikan lagi seperti dulu, kamu jadi pacarku. Kalau perlu nikahi aku secara sirih," sahut Dinda menatap mata coklat Andra.

Andra tersentak kaget dengan balasan Dinda. "Aku gak akan pernah balikan lagi sama kamu, apalagi nikahi kamu!" marah Andra menunjuknya.

"Oke! Kalau tidak menuruti semua keinginanku ... maka bersiap-siaplah, kamu akan bercerai dengan istrimu!" ancam Dinda tersenyum smrik.

"Jangan macam-macam kamu!"

"Turuti saja kemauanku, maka rahasia ini tidak akan terbongkar."

Andra berpikir sejenak, apa ia harus menerimanya? Andra takut mengecewakan Cika nantinya dengan cara selingkuh dengan wanita lain.

"Bagaimana?" tanya Dinda memastikan.

"Baiklah, aku mau."

Dinda langsung tersenyum bahagia mendengarnya, sehingga Andra semakin marah melihat dia.

"Tapi aku tidak akan menikahimu!" sambung Andra membuang wajahnya kearah lain.

Tangan Dinda mengusap bahu Andra dan mendekatkan wajahnya. "Tidak masalah, asalkan kamu jadi pacarku," bisiknya.

"Maafkan aku Cik, aku terpaksa melakukan ini. Aku gak mau kamu pergi dari hidupku," batin Andra meresa bersalah.

Bersambung

Cika belike: Selingkuh ya mas? Pulang-pulang gak bakal Cika bukain pintu!

Seujung CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang