Andra mengendarai mobilnya cukup santai. Andra melirik ke samping yang di mana ada Cika sedang menghadap keluar jendela.
"Kosan kamu di mana, Sayang?" tanya Andra sembari fokus menyetir.
"Di jalan gang duren," jawabnya dingin.
Setelah mendengar ucapan istrinya, Andra akhirnya melajukannya ke jalanan yang di maksud tadi.
Sekian lama perjalanan, kini mobilnya sudah sampai kosan Cika yang cukup sederhana dan layak di tempatkan.
Cika segera keluar dan masuk ke dalam dana yang di iringi oleh Andra.
"Di bawa semua sayang?" tanya Andra melihat Cika yang memasukan bajunya ke dalam tas besar.
"Iya."
Selesai memasukan bajunya, Cika membawa tasnya keluar, begitu juga dengan Andra.
"Lho dari mana aja kamu, Cik?" tanya Raina teman kosannya.
"Ada urusan penting," jawab Cika kikuk.
"Kamu sama siapa?" tanya Raina sekali lagi dan melihat om-om di samping Cika.
"Diaaa--"
"Saya suaminya," serobot Andra yang membuat Cika terdiam.
"Suami?" bingungnya.
"Kenapa? Aneh?" tanya Andra sedikit meninggikan suaranya sehingga Raina takut dan menggeleng.
"Ayo, Sayang," ajak Andra menarik tangan Cika untuk masuk ke mobil.
Sementara itu, Raina masih berdiri di tempat. Dia masih belum percaya dengan Cika yang sudah memiliki suami tapi om-om.
"Om ngapain bilang kaya gitu ke temanku?!" tanya Cika membentak.
"Emang benar kan, kamu istri aku," jawab Andra santai sembari menjalankan mobilnya keluar dari halaman tersebut.
"Om mau ngehancurin aku?!"
Andra tak menjawab, dia lebih memilih fokus ke jalanan di banding ke istri kecilnya itu.
"Kita mau jalan-jalan kemana, Sayang?" tanya Andra melirik Cika sambil memberi senyumannya.
"Gak usah, Cika ingin balik aja!" kesal Cika membuang mukanya ke arah luar.
"Yaudah kalau itu kemauan kamu," sahutnya.
Cika semakin kesal dan menjadi-jadi karena kelakuan Andra, suami gak peka!
"Kita mampir dulu ya di toko perhiasan? Buat kamu," ajak Andra tetapi tidak di jawab oleh Cika.
Andra tak mempersalahkannya, dirinya memaklumi istrinya bahwa dia tukang ngambek ataupun kesal.
Sekian lama dalam perjalanan, kini Andra sudah sampai di tokoh perhiasan besar di kota.
Ia segera turun lalu mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Cika keluar.
Cika keluar dengan perasaan kesal karena Andra. Karena tak mau melihat Andra lama-lama di hadapannya, Cika pun pergi duluan dari parkiran.
"Mau beli yang mana, Mbak?" tanya pelayan tokohnya.
"Mau beli yang ini, ini, dan ini," tunjuk Cika asal-asalan yang penting di bayar nanti.
Pelayan itu segera mengambil yang di tunjuk Cika tadi, lalu memperlihatkannnya agar lebih jelas.
"Kamu mau yang ini, Sayang?" tanya Andra menengok ke samping Cika.
"Hemm."
"Jangan yang ini yaa," tolak Andra mentah membuat Cika menjadi geram dibuatnya.
"Aku mau yang ini!" rengek Cika tiba-tiba sehingga Andra terkekeh geli melihat tingkah istrinya.
"Iya sayang," ujar Andra lembut sembari mengusap gemas kepala Cika.
Pelayan tokoh hanya memperhatikan mereka saja, keromantisan menurutnya sangat jarang untuk di lihat. Tetapi anehnya, gadis yang satu ini malah memilih suami tua, pikirnya.
"Bungkus ini semua," titah Andra kepada pelayan itu.
"Baik, Pak."
"Kamu jangan marah-marah mulu, dong. Aku merasa bersalah jadinya," kata Andra mencubit pipinya.
"Sakit, om!" ketusnya.
"Ini pak, sudah jadi," sahut pelayan tadi memberikan sebuah kotak perhiasan warna merah berbentuk love yang di isikan perhiasan pilihan Cika.
Cika langsung saja mengambilnya sebelum Andra yang mengambil duluan. Andra hanya menggeleng-geleng kepala melihatnya.
Andra mengeluarkan black card di dalam sakunya dan menyodorkannya ke pelayan untuk membayar itu semua.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Seujung Cinta
Fanfic"Cika benci, Mas! Pembunuh! Sampai kapanpun, Cika benci!!" Teriakan bercampur amarah istrinya terus saja menghantui Andra yang sedang di dekam dalam penjara. "Jangan hantui akuu! Cukupp!" Andra menutup kedua telinganya sambil berteriak.