"Cika! Cika!" teriak para warga sambil membawa mayat kedua orangtuanya Cika.
Cika yang ada di dalam segera keluar dari rumahnya, menemui mereka. Betapa kaget nya Cika ketika melihat ayah ibunya di bopong seperti itu dengan kondisi berlumuran darah.
"Ayah sama ibu Cika kenapa, buk?" tanya Cika cemas sambil mengeluarkan air mata.
"Ayahmu sama ibumu di tabrak," jawabnya. Mereka langsung menerobos masuk dan menaruhnya di lantai yang beralasan kasur.
Detik kemudian, di tutup kan oleh kain. Cika yang melihatnya menjadi lemas dan obyak tak sanggup.
Badan Cika lulur ke lantai, lalu merangkak dan memeluk orangtuanya. Cika terisak sembari menggoyahkan tubuh mereka supaya tersadar. Tetapi mustahil!
"Ayah! Ibu! Jangan tinggalin Cika!" tangis Cika.
Para warga yang melihatnya Cika menjadi iba, dirinya sudah menjadi anak yatim piatu dan hidup sebatang karat. Cika adalah anak satu-satunya di keluarga mereka.
Salah satu warga berjongkok, mengusap bahu Cika agar tenang. "Sudah, nak. Ikhlaskan," ujarnya.
"Kenapa orangtua Cika sampai meninggal, buk?" tanya Cika sambil menangis.
"Ibu melihat orangtuamu ketika mau menyebrang di tabrak dari mobil yang melaju sangat cepat. Setelah itu, pelaku yang menabraknya lari," ungkapnya.
"Ayo kita mandikan, shalatkan, lalu di kuburkan supaya mereka tenang."
Cika mengangguk mengikuti ucapan warga.
_
Setelah memakaman selesai, para warga berhamburan pergi dari TPU kecuali Cika yang masih di sana.
Tak habis pikir dengan semuanya, Cika tahu ini sudah takdir, namun dirinya belum sepenuhnya ikhlas atas meninggalnya orangtua dia.
"Aku belum ikhlas Pak, Buk."
Cika mengusap papan nisan, lalu di ciumnya dengan sayang. Lagi-lagi dia menangis karena telah di tinggalkan oleh kedua orangtuanya.
Detik kemudian, Cika berdiri dan memandang makam mereka sejenak. Setelah itu, dia pergi pulang ke rumahnya.
_
"Huft! Aku sekarang hanya sebatang kara di sini," keluh Cika menatap sekeliling ruangan.
Dia berinisiatif untuk pergi mencari kerjaan, kalau perlu ngekost di kota jakarta.
Hal itu justru membuat Cika semakin nekat. Dia mulai pergi ke kamarnya dan membereskan pakaiannya semua. Untuk sementara ini, Cika harus meninggalkan rumahnya.
Selang beberapa menit, Cika sudah membawa tas besar. Dia diam sejenak, lalu menarik napas panjang. Cika keluar dari dalam rumah dan mencari angkot.
"Ehh, Nak Cika mau kemana?" tanya segerombolan ibu-ibu.
"Saya mau kerja di jakarta, Buk. Supaya nanti saya dapat uang buat sehari-hari saya," jawab Cika ramah.
"Hati-hati ya, Nak. Semoga berhasil."
"Iya buk."
Cika kembali melanjutkan jalanannya, tak satu menit pun angkotan umum datang. Dia segerah naik dan menuju tujuannya ke kota jakarta.
_
Beberapa jam kemudian, Cika sudah sampai di kota. Ia melihat di sekelilingnya yang sangat ramai oleh banyaknya orang.
Cika tersenyum kecil sambil berjalan menelusuri jalanan. Begini kah rasanya bila di kota sendirian tidak bersama keluarga?
Rasa-rasanya Cika iri ke beberapa sebagian saat melihat anak-anak seumurannya pergi atau berjalan-jalan bersama keluarganya.
"Ayah, Ibu ... Cika kangen kalian. Maaf, kalau Cika meninggalkan rumah kita." Cika membatin sembari menghapus sisa air matanya.
"Cika akan mulai hidup baru dan mandiri tanpa kalian," gumam Cika tersenyum lembut.
Bersambung😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Seujung Cinta
Fanfiction"Cika benci, Mas! Pembunuh! Sampai kapanpun, Cika benci!!" Teriakan bercampur amarah istrinya terus saja menghantui Andra yang sedang di dekam dalam penjara. "Jangan hantui akuu! Cukupp!" Andra menutup kedua telinganya sambil berteriak.