fine

747 52 16
                                    

Mohon maaf jika partnya semakin gak jelas. Jujur, aku lagi ngurusin cerita yang satunya dulu.

Soalnya dia mau terbit, jadi aku fokus ke cerita itu.

Oh iya guys. Jika ada yang mau pesan cerita "Gadis gendut milik mafia" nanti? boleh bangat dong. Berhubung ceritanya lagi di proses, jadi masih ada waktu buat ngumpulin cuannya dulu sambil nunggu PO😘😋.



Happy reading🦋

••••

Cika terperanjat setelah wanita yang sedari nempel di lengan suaminya membentak dirinya.

"Kamu yang siapa?" Cika berbalik tanya dengan mata yang tajam pada Ana.

"Aku calon istrinya!" bangganya. Dengan sengaja, Ana mencium pipi Andra di hadapan Cika.

Mata Cika memerah, menahan amarahnya yang sudah berani mencium suaminya.

Sementara Andra?

Pria itu sedari tadi menyimak, tak paham apa yang di katakan wanita yang bernama Cika. Menurutnya.

Entah kenapa, otak Andra mendadak loading. Ia seakan tak ingat apa-apa, dan tak ingin mengingat sesuatu yang berlebihan.

"Cium aku dong ...."

Ana menyuruh Andra untuk mencium pipinya kembali dengan senyuman miring, seakan mengejek Cika.

"M - mas ...."

Mata Cika berkaca-kaca menatap Andra dengan kekecewaan yang mendalam. Pria itu melirik Cika, menaikan alisnya satu.

Jujur, Andra sedikit tak tega padanya. Namun, wanita siapanya dia? Sementara Ana, calon istrinya.

Cika menggeleng, menyuruh Andra untuk tidak menciumnya. Badan Cika memanas padahal hawa di pantai itu sedang dingin.

Cup!

Cika menitikan air matanya, kedua tangannya terkepal kuat. Napas Cika tercekat akibat yang ia lihat barusan.

Suaminya mencium wanita lain!!!

Cika benci itu!!

Plakk!

Terlalu sakit, Cika menampar Ana dengan sekuat tenaganya dan di kelilingi oleh orang-orang yang berlalu lalang.

Wajah Ana sampai menoleh ke samping, menahan sakit yang menjalar ke mukanya.

Melihat calon istrinya di sakiti, hati Andra tak terimah.

Ia mencengkram lengan Cika dengan tenangnya, hingga Cika meringis sakit.

"BERANINYA KAU MENYAKITI CALON ISTRIKU?!" amuknya menatap Cika dengan mata mendelik.

Tubuh Cika bergetar, wanita itu tak menyangka kalau suaminya yang ia rindukan jadi seperti ini.

"Mas, sa - sakit," lirihnya berusaha melepas belitan tangan Andra yang besar.

"Ku peringati sekali lagi! Jangan pernah menyakiti calon istriku!! Kau siapa, hah?!"

Setelah mengatakan itu, Andra menghempas tangan Cika dengan kuat. Hingga badannya yang mungil terjungkal ke belakang.

Perdebatan mereka di tonton banyak orang. Kirani yang melihat sang bunda jatuh, langsung memeluknya.

"Bundaaa!!" tangisnya di pelukan Cika.

Cika mengusap punggung putrinya. Menenangkan kirani, Cika yakin. Kirani pasti syok lantaran tadi.

Kirani melepas pelukannya, kemudian berdiri tegap dan menghadap ke Andra nan juga Ana.

"KILANI BENCI OMM!!" teriaknya nyaring, kemudian membantu bundanya berdiri dan pergi dari hadapan mereka.

Andra diam membatu, suara anak itu membuat telinga Andra mendengung. Suara itu mampu membuat hati Andra sakit, namun anehnya ia bukan siapa-siapanya anak itu.

"Sayang ... ayo pergi. Orang di sini udah pda gak waras! Aku takuttt!!" rengeknya manja.

Andra mengangguk, dan pergi dari tempat itu.

_

Kirana dan Kirani berdiri di hadapan Cika yang kini terisak. Dua anak itu menatapnya dengan tatapan polos.

"Bunda ... om itu udah bikin bunda sakit," ujar Kirani menyentuh pundaknya, mencoba menenangkannya.

"Om itu siapa sih, bunda? Kok belani bangat sama bunda?" Kirana juga ikut menenangkan Cika.

'Dia ayahmu nak,' batin Cika menohok dengan pertanyaan mereka berdua.

Cika menghapus air matanya, mencoba tegar di hadapan mereka. Bibirnya tersenyum.

"Ayo tidur, sudah malam. Pasti kalian ngantuk," balas Cika mengusap rambut Kirana dan Kirani.

Si kembar mencium pipi Cika barengan, setelah itu berlari keluar dari kamar bundanya ke kamar mereka.

Selepas kepergian putrinya, Cika menatap ke depan dengan tatapan kosong.

"Kau amesia, mas? Kenapa malah bertunangan dengan wanita lain?" monolognya.

"Aku menemukanmu, mas! Aku menemukanmu. Namun sayang, aku menemukanmu bersama wanita lain, bahkan dia calon istrimu. "

"Anak kita udah besar, mas. Apa kau tahu? Mereka menanyakan terus."

Cika berbicara sendirian yang di iringi tangisan.

"Bertahun-tahun aku menunggumu pulang! Sekalinya pulang, sudah tunangan!"

Ia mengepalkan kedua tangannya. Dadanya sesak, napasnya tersedak-sedak. Karena sudah tak tahan menahan semuanya, Cika terisak hebat sambil memeluk foto pernikahan mereka berdua.

Tes!

Cika berhenti sejenak, ketika darah keluar dari hidungnya. Ia mengelap darah yang terjatuh di bagian foto suaminya.

"Darah?" gumamnya. Semakin lama, darah tersebut semakin banyak. Kepala Cika terasa pening, mungkin terlalu banyak menangis.

"Aduuu!" ringisnya memegangi kepalanya dengan darah yang masih menetes.

_

"Dia siapa, sayang?! Jujur sama aku?!!" Ana mencak-mencak pada Andra lantaran bertemu wanita tadi di pantai.

Ana yakin, Andra dan wanita itu ada hubungan yang sempat tenggelam.

Andra tersenyum, menangkup kedua pipi pujaan hatinya. "Dia bukan siapa-siapa, sayang. Sumpah, aku gak tau dia siapa."

Ana cemberut di hadapannya, membuat Andra terkekeh gemas. "Sudah lah, mungkin orang gila." balasnya tertawa.

"Mungkin," balas Ana menanggapi ucapan tunangannya.

Ana mencium bibir Andra mesrah.

Apapun yang terjadi, Ana akan berjuang untuk mempertahankan Andra.



Seujung CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang