24. Jadian?

252 41 8
                                    

Happy reading

Vote komen skuy

Lapak ini masih ramekah?

••••••

~Author~

"Tadaima," ucap [Yourname] melepas alas kakinya, terdengar derap langkah dari dalam rumah.

"Okaerinasai, nona [Yourname]," balas Akiko, bibi yang punya rumah ini.

"Senang rasanya ada nona disini," tambah wanita itu yang membuat [Yourname] tersenyum.

"Aku juga bi,"

"Kenapa nona pulang cukup larut?" Tanya bi Akiko.

"Ah soal itu, tadi aku pergi sebentar dengan teman, hanya sekedar jalan-jalan saja," ucap [Yourname] yang diangguki oleh bi Akiko. Mereka berjalan masuk dan bi Akiko menawarkan untuk menyiapkan makan.

"Biar aku saja bi," ucap [Yourname]. Bi Akiko menggeleng. "Tenang saja, nona adalah tamu di rumah ini," ujar wanita itu sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong apa nona mau mandi dulu? Akan bibi siapkan air hangat."

"Tidak perlu, aku saja yang menyiapkan, bibi pasti lelah," ujar [Yourname].

Bi Akiko hanya bisa mengangguk, wanita paruh baya itu pergi ke dapur, sedangkan [Yourname] menuju kamar tamu yang berhadapan dengan kamar Dazai.

Ketika ingin membuka pintu kamar, suara pintu terdengar dari belakang membuat [Yourname] berhenti hanya untuk melihat kamar Dazai.

Pemuda itu keluar dengan pakaian santainya, rambutnya tampak mencuat dan jujur saja itu terlihat cukup menarik. Tapi tidak dengan ekspresinya. Datar.

"Senang berkencannya?" Pertanyaan retoris sekaligus membuat [Yourname] mengerjapkan matanya.

"Apa?"

Dazai mendengus, dia melihat kearah lain. Jika dilihat, mood pemuda itu sedang tidak baik membuat [Yourname] tidak jadi ke kamarnya dan dia hanya berdiri bersidekap.

"Kenapa Osamu-kun?" [Yourname] memanggil dengan nama kecil Dazai, membuat pemuda itu mengernyit tidak suka.

"Jangan panggil aku seperti itu."

"Memangnya kenapa? Itu imut," goda [Yourname], sudut bibirnya tampak naik.

"Aku tidak suka."

"Osamu-kun."

"Diam!"

"O SA MU KUN." Senyum kecil tampak hadir di bibir [Yourname] entah mengapa rasa ingin menggoda pemuda ini jauh lebih besar daripada mengingat ciuman mereka.

Tunggu.

Seketika wajah [Yourname] memerah, dia lupa akan ciuman itu, padahal gadis ini ingin menghindari Dazai Osamu tapi malah berakhir bertemu face to face seperti ini.

Melihat gadis dihadapannya tiba-tiba diam dan memerah, membuat Dazai menaikkan alisnya, dalam otaknya beberapa perkiraan yang bisa saja mengarah pada sesuatu yang membuatnya tidak senang---mengingat pemuda detektif itu misalnya.

Negatif thinking sekali Dazai Osamu ini.

"A-Aku ke dalam." Ketika [Yourname] berbalik berniat ke kamarnya, lagi-lagi dia harus mengaduh akibat melupakan fakta bahwa pintunya tadi ditutup kembali olehnya, dia lupa dan sukses membuat keningnya bertemu manis dengan pintu kayu itu.

[Yourname] meringis, sakitnya sih tidak seberapa tapi malunya itu. Baru saja ingin memegang gagang pintu karena tidak berani melihat kearah Dazai, akan tetapi ternyata pemuda itu sudah lebih dulu menahan gagang pintunya sehingga tangan mereka bersentuhan. Hangat terasa menjalar dari tangan hingga ke seluruh badan, membuat debaran aneh terasa oleh keduanya.

[Yourname] berdehem, ingin melepaskan genggaman tangan pada gagang pintu tapi tidak bisa karena diatas tangannya masih ada tangan Dazai.

"Bisa lepaskan?"

"Apa yang special dari detektif itu?" Dazai malah bertanya, tentu saja [Yourname] menatap bingung.

"Maksudnya?"

"Apa yang special dari si Edogawa, hingga kau selalu ada untuknya, menjadi temannya dan masuk ke komunitas anehnya," ujar Dazai cukup panjang dari biasanya, hingga membuat [Yourname] terdiam.

"Kau cemburu?" Niat hanya tebakan tapi mendapati reaksi pemuda dihadapannya yang tampak tidak membantah membuat debaran tidak biasa di dada.

"Kalau aku jawab iya, kau akan apa?"

[Yourname] tidak langsung menjawab, dia menatap Dazai lurus. "Kau menyukaiku?" Tanya gadis itu.

Beberapa saat penuh keheningan yang cukup menegangkan sebelum tangan Dazai melepas pegangannya pada tangan gadis dihadapannya.

Kali ini kedua tangannya berada tepat di samping pinggang, matanya menatap tidak biasa ke gadis dihadapannya. "Ya. Aku menyukaimu."

Perkataan atau lebih tepatnya pernyataan yang sangat mendebarkan, entah mengapa ada rasa yang selama ini memang ditunggu [Yourname] padahal dia dan Dazai memiliki hubungan yang tidak biasa, tidak bisa disebut romansa.

"Aku.."

"Kau harus jawab iya." Dazai menatap tajam, penuh paksaan. Hal itu langsung membuat [Yourname] tertawa. Dazai malah semakin kesal.

"Baiklah tuan muda Zombie, saya akan menuruti perintah anda," ujar [Yourname] penuh candaan. Padahal tadi cukup mendebarkan tapi rasanya seperti tidak semenakutkan itu.

"Kalau begitu aku masuk ya," ucap [Yourname] lagi, dia menatap Dazai yang hanya diam.

"Dazai?"

"Kau mempermainkanku ya?"

"Eh? Apa?" Kerjapan bingung dari [Yourname].

"Apa maksudmu berkata baiklah?"

"Aku menjawab perkataanmu?" [Yourname] juga bingung mengapa Dazai marah, karenakan tadi dia yang memaksa jadi tidak mungkin [Yourname] menolakkan.

"Kenapa kau menerimaku?"

"Tadi katanya aku harus menerima," jawab [Yourname] bingung.

Dazai semakin kesal. "Kau ini!" Dia mengacak rambutnya frustasi. "Kalau begitu cium aku."

"Apa?"

"Cium aku karena ini perintah."

"Tidak mau."

"Kau bisa menolak, mengapa tadi kau pasrah saja," desis Dazai tajam. [Yourname] diam, wajahnya memerah. "Ya karena tadi kau memaksa." Jawab gadis itu.

"Kalau begitu sekarang aku memaksa."

"Tidak mau."

Sungguh percakapan ini membuat Dazai pusing dan kesal, gadis dihadapannya sungguh menyebalkan.
"Setelah ini kau tidak boleh jalan dengan siapapun, apalagi dengan detektif itu," perkataan Dazai mutlak, kemudian pemuda itu berjalan menjauh darinya, setelah punggung pemuda itu menghilang [Yourname] menghembuskan nafasnya, rasanya tubuhnya lemas.

"Astaga bisa-bisanya aku langsung menyetujui seperti itu," ucap [Yourname]

Tapi tunggu.

Ini beneran jadian?

Heeeee

To be continued

Sekali lagi mohon maaf kalau chap ini pendek, You and I bakalan otewe ending, jadi cusssss simpen dan jangan sampai ketinggalan

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang