You and I

11. Menjauh

Happy Reading
.
.
.

Disebuah rumah bergaya jepang, terdapat pria paruh baya yang sedang menghisap ceruknya, lalu menghembuskan keluar sehingga asap keluar dari mulutnya.

"Jadi bagaimana?"

Ternyata pria paruh baya berumur lima puluhan itu tidak sendiri, terdapat dua orang pria di belakangnya.

"Masih sama." Ucap salah satu dari mereka. Pria paruh baya itu kemudian menatap dua pria yang lebih muda darinya.

"Kenapa dua anak kesayangan kalian itu sama-sama tidak ingin jadi ketua, Mori, yukichi?"

Ternyata dua pria itu Mori dan Yukichi, sang kepala organisasi mafia dan detektif. Mori kemudian berdehem.

"Ya, mau bagaimana lagi, Dazai sih sepertinya tetap tidak mau." Mori terlihat pasrah, dia sudah membujuk anak kesayangannya itu berjuta bahkan lebih tapi jawaban dari anaknya itu tetap sama.

"Kalau kau, Yukichi?" Tanya pria paruh baya itu.

"Ranpo tetap tidak mau." Yukichi menjawab kalem, pria paruh baya yang bernama Natsume itu menghela nafas.

"Lalu kalian menyerah?" Natsume menatap tajam dua pria di depannya, sedangkan yang ditatap hanya saling pandang.

"Sensei, kau sudah taukan kalau Dazai itu sulit sekali? Bahkan aku sendiri tidak tau jalan pikirannya." Perkataan Mori terdengar memelas.

Natsume menunjuk Mori dengan ceruknya. "Tapi kau sangat menyayangi anakmu itu, kau ayahnya atau bukan sih?"

Jleb.

Mori merasa ingin berdiri di pojokan dan pundung. Kalimat Natsume benar-benar mengena di hatinya.

"Kalau kau, Yukichi?"

"Aku akan mencoba lagi sensei"

Natsume mengangguk tampak puas dengan jawaban dari Yukichi. "Pokoknya aku tidak mau tau, Dazai dan Ranpo harus jadi ketua di masing-masing organisasi kalian, karena aku sudah melihat potensi dari mereka."

Yukichi dan Mori mau tidak mau mengangguk, intinya sekarang mereka mengiyakan sensei mereka ini, biar cepet.

.
.
.
[Yourname]'s Pov

Hari senin tiba, waktunya pengumpulan tugas matematika dan setelah itu semua murid mengumpulkan tugas sehabis pelajaran matematika selesai, lagi-lagi kamu yang disuruh mengantar tumpukan buku itu ke meja Yosano-sensei, bukan ketua kelas ataupun pengurus kelas, malah murid biasa yang disuruh, Kamu tidak mengerti jalan pikiran Yosano-sensei.

Kamu membawa buku itu dengan sedikit kesusahan, bukannya sok kuat tapi teman-teman malah langsung pergi ke kantin karena waktu istirahat sudah tiba, termasuk Naomi yang langsung pergi ke kelas A. Ngebucinin kakaknya pasti.

Dengan sedikit helaan nafas dan kesabaran yang ekstra, kamu mencoba tidak mengeluh, akan tetapi lagi-lagi cobaan menempuhmu.

"Hoi bocah."

Kamu tidak ingin melirik karena tau siapa yang memanggilmu.

"Hoi"

Lengan kananmu langsung ditahan dan ditarik hingga buku tugas matematika itu jatuh.