12. Menolak

438 56 26
                                    

Happy Reading
.
.
.
[Yourname]'s Pov

"Kalau aku memang mafia, bagaimana?"

Kamu membalikkan tubuhmu hingga menghadap orang yang sedari tadi membuatmu jengkel. Benar saja wajah orang itu masih tanpa ekspresi, kamu menerka-nerka apakah ucapannya tadi hanya guyonan, tapi dari ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan hal itu.

"Hah?" Jadi kamu hanya mengeluarkan kalimat itu.

Dazai yang menjadi sumber masalahmu hanya berdecak, entah mengapa dia seperti kesal.

"Kalau aku mafia, pasti aku sudah membuatmu terkapar disini." Katanya datar. Kamu langsung merinding membayangkannya, lagipula benar juga apa yang dikatakan oleh si zombie.

Tapi perihal malam itu, bukankah dia juga membunuh orang.

"Kalau kejadian waktu itu, kaukan membunuh orang." Kamu langsung mengeluarkan apa yang ada di pikiranmu.

Dazai menatap datar, "Dia adalah orang jahat."

"Kenapa harus dibunuh, kenapa tidak dibawa ke polisi?"

"Kalau aku membawa polisi, bukankah kau yang akan dibunuh?"

Kamu terdiam beberapa saat. "Benarkah seperti itu?" Tanyamu dengan wajah yang polos, "Tapi akukan tidak ada musuh." Katamu dengan mengingat lagi perihal musuh.

Dazai menghela nafas. "Bukan kau yang punya musuh."

"Lalu?"

"Sudah tidak perlu dibahas, aku ingin kau ikut denganku." Menurutmu itu adalah perintah, tapi kamu hanya diam, sedangkan Dazai sudah membukakan pintu mobilnya untukmu.

*Author's Pov*

"Oh jadi ini kelakuan anak kesayangan ya."

Kalian menoleh dan mendapati Chuuya sudah berdiri bersandar pada tembok, dengan tatapannya yang menyebalkan.

"Jangan ikut campur urusanku." Dazai berkata dingin. Bukannya takut Chuuya malah tertawa. "Kenapa? Kau takut aku lapor ke bo-- Ayah"
[Yourname] mengernyit, merasa aneh dengan kalimat Chuuya.

"Aku heran denganmu sebenarnya apa maumu sih? Kau menghindar dan menolak permintaan Ayah, apa karena perempuan ini?" Chuuya menunjuk [Yourname] yang hanya menatap kebingungan, bahkan terkejut bahwa Chuuya ternyata satu ayah dengan Dazai. Tidak mengerti juga apa maksud mereka.

[Yourname] bisa melihat Dazai menghembuskan nafasnya. "Chuuya, lebih baik kau tidak ikut campur."

Chuuya mendecih, tiba-tiba tangannya mencengkram lengan [Yourname]. "Aku tidak akan ikut campur setelah perempuan ini bertemu ayah."

Ketika Chuuya ingin membawa [Yourname], Dazai menahan tangan [Yourname] yang satunya. Tatapannya kini tajam.

"Lepas!"

Chuuya masih tetap tidak melepaskannya, padahal [Yourname] sudah merasa sakit akibat dua pemuda yang mencengkramnya dengan erat.

"Lepas."

"Ti-dak"

"Kalian buta ya."

Pertengkaran mereka harus terhenti karena seseorang menginterupsinya. [Yourname] menatap orang itu.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang