7. Kesialan

462 62 33
                                    

Happy Reading
.
.
.

"Dazai-kun?"

Dazai menatap Mori yang sedang membujuk Ellise untuk makan brokolinya.

"Kau kenapa?" Tanya Mori, walaupun matanya menatap Ellise tapi dia tau bahwa Dazai sedang memikirkan sesuatu.

"Aku tidak apa-apa." Jawab Dazai dengan memasang ekspresi datarnya.

"Paling dia marah karena aku lebih populer di sekolah." Chuuya ikut nimbrung sambil mengunyah makanannya. Semua yang ada disana menatap Chuuya minus Dazai.

"Oh begitu?" Mori menatap Chuuya tidak yakin. Chuuya mengangguk penuh percaya diri.

"Semua gadis melihatku, sedangkan dia hanya meringkuk dipojokkan menangisi kepopuleranku." Ucap Chuuya bangga.

"Itu tidak mungkin"

Suara itu bukan berasal dari Dazai melainkan berasal dari Ellise. "Pasti Chuuya mengarang lagi." Lanjutnya dengan senyuman jahil.

Mori terkekeh. "Sangat pasti." Katanya. Chuuya cemberut karena diejek, sedangkan Dazai hanya menatap mereka tidak minat.

"Aku sudah selesai"

Dazai berdiri dan berjalan keluar dari meja makan untuk ke kamarnya.

Setelah sudah sampai di kamar, Dazai berbaring diatas kasur, matanya memandang ke langit-langit kamarnya.

"Jangan sentuh aku"

"Aku paling benci dengan orang yang membunuh dengan segampang itu"

"Aku tau. Kau hanyalah seorang pem.."

Dazai menutup matanya, kalimat itu terus terngiang-ngiang dipikirannya.

"Nanti siang kita makan bareng"

Dazai mendecih, dia benci dengan kalimat yang keluar dari pemuda detektif itu. Dia benci pemuda detektif itu bisa sedekat itu dengan [Yourname], dia benci pemuda detektif itu yang bisa mendapatkan senyum dari [Yourname], bahkan makananpun dibuatkan olehnya.

Dazai mengacak rambutnya frustasi, orang yang melihat penampilannya akan menyebut bahwa penampilan Dazai berantakan, akan tetapi jika para gadis yang melihatnya, malah akan disebut tampan.

Tok tok

"Masuk"

Hirotsu membuka pintu dan menatap sosok tuan mudanya, "Begini, tuan muda..."

"Dazai," Dazai mengkoreksi panggilannya. Hirotsu mengangguk, lalu menutup pintu kamar Dazai supaya tidak ada yang mendengarkan.

"Aku sudah mendapatkan rekaman cctv di depan kamar mandi perempuan," ucap Hirotsu. Dazai hanya mengangguk. "Kirim ke email." Kalimat yang singkat itu membuat Hirotsu mengangguk. "Baik. Tuan muda."

Dazai menatap Hirotsu. "Jangan sampai Mori tau." Ucapnya yang dibalas anggukan oleh Hirotsu.

"Kalau begitu saya permisi, kalau ada apa-apa hubungi saya."

Setelah Hirotsu mengucapkan itu, pintu tertutup meninggalkan Dazai yang saat ini sudah memegang ponsel, membuka email yang menampilkan sebuah video yang baru dikirim Hirotsu.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang