Ihir
~*~
Jantung Baekhyun berdebar, tangannya dingin sekali seperti hendak melamar kerja beberapa tahun lalu. Di bangku depan ada ayah dan suaminya tengah mengobrol, sedang dirinya berada di bangku penumpang belakang seorang diri.
Baekhyun tertawa pelan, dirinya seperti seorang pangeran yang diantar oleh dua pengawal. Dia jadi ngeri dengan diri sendiri, tadi gemetar dan berdebar tak karuan, sekarang malah tertawa. Menyeramkan.
Sebentar lagi mereka sampai di tempat tujuan, perasaan pria mungil itu semakin tak nyaman, sangat berat dan menganggu hingga dadanya terasa sesak.
Bernafas. Baekhyun mengambil dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hati dan pikirannya. Dia akan bertemu dengan suami dan anaknya, dia tak boleh bersedih. Kalau dia bersedih, putra mungilnya akan turut sedih.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai tempat tujuan.
Tiga pria itu kini telah berada di antara dua pusara, tempat istirahat bagi Sehun dan Luhan. Baekhyun berjongkok lalu meletakkan dua buket bunga pada masing-masing pusara. Senyum manisnya terukir, jemari lentiknya mengusap lembut nisan bertulis ‘Oh Luhan’.
“Selamat siang, Sayang, Mama dateng lagi nih hehe.” kata Baekhyun dengan suara yang amat lembut yang tak pernah Chanyeol dengar sebelumnya. “Mama kangen banget sama kamu, padahal baru sebulan lalu Mama ke sini. Hanni lagi apa sekarang, hm? Pasti lagi main sama Papa ya?”
Chanyeol dan Changmin mengusap sudut mata mereka dan memalingkan wajah ke sembarang arah asal tak ke arah Baekhyun yang tengah bercakap dengan pusara putranya.
“Gak kerasa ya kamu sama Papa udah ninggalin Mama dua tahun. Maafin Mama ya, Sayang, kalo bikin kamu gak nyaman di surga karna Mama sering nangisin kamu. Mama janji, habis ini Mama gak bakal nangis lagi. Hanni di sana bahagia, jadi Mama di sini juga harus bahagia.”
Changmin mengusap punggung putranya dengan sayang, menyalurkan kekuatannya dari sana. Sesungguhnya dia juga kehilangan, kehilangan sosok menantu yang penyayang, penuh kasih dan tanggung jawab serta seorang cucu yang lucu dan cerdas. Namun sebesar apapun rasa kehilangannya, putranyalah yang paling berat merasakannya.
Baekhyun beralih pada pusara di sebelah kanannya, dia usap pula nisan bertulis ‘Oh Sehun’ dengan perasaan rindu. Dia tak mampu mengucap satupun kata, semuanya tertelan di tenggorokan. Yang mampu dia lakukan hanya terus mengusapnya dengan sayang dan berbicara dalam hati.
‘Aku pengen peluk kamu, Hun.’
Chanyeol menatap pusara bisu Sehun, dia berjalan menghampirinya kemudian duduk berjongkok di sebelah istrinya. Dia ikut mengusap nisan itu dan berbicara dalam hati,
‘Gue gak pernah ketemu lo sebelumnya, tapi dari apa yang Baekhyun ceritain, lo orang yang baik. Gue berharap di kehidupan selanjutnya, gue bisa ketemu sama lo. Sekarang gue janji bakal jagain Baekhyun dengan baik, bakal bahagiain dia. Dan gue minta maaf karna dulu sempet punya niat buruk ke Baekhyun. Lo harus tenang dan bahagia, Hun.’
Chanyeol menarik pundak Baekhyun dan merengkuhnya, menguatkannya. Baekhyun menyandarkan kepalanya pada pundak suaminya, matanya tak lepas dari nisan Sehun.
Chanyeol tahu Baekhyun mati-matian menahan tangisnya dari tadi.
Ya Tuhan, ini bukan dirinya yang mengalami, tapi dia ikut merasakan betapa sesak dan menyakitkan apa yang Baekhyun rasakan. Dirinya membayangkan seandainya dia yang berada di posisi Baekhyun. Apakah dia bisa sekuat dan setabah Baekhyun?
Sehun pastilah orang yang sangat baik dan penyayang. Pantas Baekhyun susah sekali melepaskannya.
Kira-kira, apakah Chanyeol bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang Baekhyun seperti apa yang Sehun dapatkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BOOMERANG [CHANBAEK] ✔
FanfictionChanyeol kira Baekhyun akan merasa tersakiti dan terbebani dengan sikap acuh dan angkuhnya. Tapi nyatanya pria mungil nan cantik itu bahkan terlihat biasa saja dan terkesan cuek. Tidak seperti apa yang dia bayangkan. Akankah cinta datang pada merek...