"Kamu gila Nail! GILA!!"Dalam kemurkaan dia terus memukuli gue di sembarang bagian. Sementara yang gue bisa hanya menghalangi kepala dengan kedua tangan. Belum siap untuk menghentikan serangan. Tenaga ekstra dari kemarahannya cukup besar, membabi buta. Wajar sih, karena gue memang gila. Dan setelah yang kami lakukan, gue semakin tergila-gila padanya.
"Aku harus bagaimana, Nail! Aku sudah melakukan dosa besar hiks... Hiks.."
Tangis penyesalannya pecah seiring dengan tubuhnya yang meluruh ke lantai. Gue tahu sudah menyalahi aturan, tahu sudah melakukan kesalahan besar. Gimana ya, gue kayak kesambet, sampai berani-beraninya memaksa dia. Dan sama sekali nggak nyangka, cewek yang selama ini gue hormati sebagai senior, yang nggak masuk perhitungan gue, ternyata sangat di luar ekspektasi. Dia menarik luar dalan. Nanti gue cerita bagaimana maksudnya. Sekarang, gue mau fokus buat nenangin dia.
"Sorry, Mbak."
Dia sama sekali tidak menggubris. Semakin besar rasa bersalah yang gue pikul di pundak.
"Mbak..." Gue sentuh lengannya tapi dia masih saja meringkuk, menyembunyikan wajahnya di atas lutut yang ditekuk.
"Hiks... Kamu brengsek! BRENGSEK!"
"Iya gue brengsek Mbak. Gue akan tanggungjawab kok. Lagian ini bukan yang pertama kali kan buat lu, Mbak. Buat gue juga. Kita sama-sama tidak kehilangan."
Plak!!
Muncul rasa panas perih di pipi kanan gue. Kedua matanya berkilat marah. Salah lagi omongan gue. Kan memang benar, Mbak Erin dan gue sama-sama sudah menikah. Sudah pernah ngerasain yang namanya bercinta. Bedanya yang tadi gue lakukan semi pemaksaan. Gue kriminal cabul.
"Justru karena aku masih punya suami hiks... Aku.. Ya Tuhan... ."
Merinding. Bawa-bawa nama Tuhan. Jadi ingat dosa, sementara semalam cuma ingat cara biar sama-sama suka.
"Maafin gue, Mbak."
Dia nyuekin gue. Berusaha berdiri setelah membenahi selimut yang membelit tubuhnya yang jadi korban gue. Satu hal yang harus gue syukuri dari semua ini, statusnya sebagai istri orang jadi jaminan bahwa dia tidak akan lapor polisi.
"Mbak... ." Gue bergegas membantunya berdiri. Tapi yang gue terima tentu saja tepisan.
Nggak peduli dia akan marah, kembali gue remas lengannya. Dia hanya boleh keluar dari kamar ini saat masalah kami selesai.
"Lepas, Nail!"
Dia terus memberontak. Dan gue tetap tegak.
"Nggak!" Balas gue nggak kalah keras.
Serangannya terhenti oleh keangkuhan gue. Rasa kaget atas nada penolakan gue membuatnya menatap mata gue sepintas, lalu buru-buru melengos dan salah tingkah.
"Gue salah Mbak, gue minta maaf. Gue khilaf."
"Apa yang bisa gue kembaliin sekarang? Lu bilang aja Mbak." Padahal gur rasa nggan bisa ngembaliin apapun sekarang. Termasuk hubungan pertemanan kami sudah gue rusak dengan melibatkan perasaan. She's so special now.
Dia menunduk, tergugu dalam tangisnya. Begini nih yang bikin gue frustrasi. Mengemban rasa bersalah nggak bertepi.
"Nggak ada kan? Nggak ada yang bisa gue kembaliin, Mbak."
"Apa maksudmu?" desisnya dengan lirikan tajam padaku.
"Mbak bukan gadis yang baru saja kehilangan keperawanan. Aku juga bukan perjaka yang belum pernah bercinta. Kita sama-sama sudah menikah dan tidak ada yang dirugikan sekarang."
Plak!
"Alu bukan wanita kotor yang ada di pikiranmu!"
"Gue nggak anggap lo kotor! Lu suci, Mbak. Gue yang kotor, gue yang jahat!"
"Aku wanita bersuami, Nail! Justru karena kita sama-sama punya pasangan, seharusnya rasa bersalah kita jauh lebih besar! Tapi aku tidak menyangka kamu justru berpikir sebaliknya, kamu gila! GILA!" Cercanya tak kehabisan kata.
Tangisnya semakin membesar. Penuh penyesalan dan sekarang membuat gue dihantui penyesalan. Yang membuat hati gue merasa tenang adalah, dia tidak lantas pergi atau menelepon polisi. Dengan begini, gue masih bisa bernegosiasi. Soal gagal atau berhasil, itu urusan belakangan.
"Seharusnya kamu memikirkan perasaan suamiku, perasaan istrimu, perasaan ke semuanya, hiks."
"Gue sudah jadi duda, Mbak."
Dia melongo menatap gue dengan bibir membulat. Di kesempatan menatap wajahnya lagi begini, gue semakin sadar kalau gue jatuh cinta. Gue suka elu, Mbak.
***
Kamu bisa baca cerita ini sampai tamat di
1. kbmapp
2. Karyakarsa (adegan dewasa tidak dipotong)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dik Duda (21+)
Romance"Siapa yang lebih merendahkan elu di sini, Mbak? Gue yang berani nyentuh elu tapi sayang sama elu atau suami lu yang berani nikahin tapi cuma nganggurin? Melek Erin! Lu nggak dapat nafkah lahir batin, sementara gue? Gue akan kasih apapun yang lu min...