[16] Undangan

342 84 4
                                    

○○○

Hari ini adalah hari pertempuran yang sudah ditunggu-tunggu segelintir murid SMA NEO CITY. Yep, PTS. Nathan agak dongkol, masalahnya tiba-tiba saja ruang PTS-nya ditukar. Saat melihatnya, ternyata itu gadis yang pernah ditembak oleh Wildan—Sheila. Nathan sedikit iba, soalnya kaki gadis itu patah.

Jadilah ia terpisah dengan sang pujaan hati. Tak apa, itu hanya 10 hari. Asal kau tahu, pembacaku—1 hari PTS rasanya seperti 1 tahun. Itu hiperbola tapi aku pernah mengalaminya, dan kau juga ‘kan.

Dan SMANCITY melaksanakan PTS sama seperti biasanya. Menggunakan lembar jawab soal, pulpen, dan tentu saja teks soalnya. Segelintir siswa maupun siswi juga ada yang membawa buku lain di laci, untuk contekan—apa lagi. Kau pernah? Kuharap tidak. Itu perbuatan tercela dan tidak jujur.

Aku tidak suka pembacaku tidak jujur, apalagi dalam hal apresiasi. Lebih baik kau kritik pedas tapi tulus dari hati, daripada memuji tapi palsu membuat pilu. Kubilang kritik—itu beda dengan makian ‘ya, pembacaku yang budiman.

Lupakan itu, sekarang mari kita lihat Nathan yang baru saja keluar ruang PTS-nya. Ini adalah hari terakhir PTS, dan dia yakin kalau sudah menempuhnya dengan maksimal. Ia harap, Keyna juga sama.

Dengan riang ia turuni tangga. Ingat, SMANCITY tidak mempunyai fasilitas elevator atau eskalator. Itu sekolah ternama, tapi tetap dalam batas wajar seperti SMA Negeri lainnya. Hebatnya yayasan SMA Neo—Neo City dan Neo Zone— adalah ; (1) biaya uang gedung dan SPP dibebaskan, (2) para penghuni sekolah—guru, murid, satpam, penjaga kantin, semua—bebas menggunakan kendaraan apapun ke sekolah kecuali truk (Lo mau berangkat pake onta juga kagak masalah). Jadi, tidak heran kalau ada helikopter yang mendarat di sana.

Kepala sekolah sering menggunakan itu.

Yang masih wajar hanya gedungnya, tidak dengan penghuninya.

Kembali ke Nathan yang kini sudah nangkring apik di motor Vario 150 warna hitamnya. Itu motor kebanggaannya, kau tahu. Lelaki itu tidak suka memakai motor bundanya—Nmax—apalagi menggunakan motor ayahnya yang modelnya seperti motor milik Dilan, dan dia juga tidak mau memakai mobil—karena mobilnya hanya satu, dipakai ayahnya kerja tentu saja.

Pokoknya, Vario 150 warna hitam adalah yang terbaik.

Sepersekian menit berikutnya, Keyna datang dengan senyuman. Ah, semenjak dekat dengan Nathan, gadis itu jadi sering memamerkan senyumnya. Nathan benci ketika ada laki-laki lain yang melihat senyum manis Keyna.

“Jadi ‘kan?” Nathan mengangguk, lalu memakaikan helm pada gadis itu.

Keduanya menjelajah jalanan Neo City dengan keheningan yang menyenangkan. Nathan tidak pernah ngebut selama ada Keyna di boncengannya. Dia tipikal lelaki tukang modus, tapi sebenarnya tidak.

“Mau ngapain ke sini?” tanya Nathan setelah mereka sampai di tujuan—toko aksesoris.

“Minggu depan ‘kan ada pertemuan keluarga. Aku pengen beli hadiah buat bunda sama ayah,” jawabnya.

“Kamu gak seharusnya ngelakuin itu,” timpal Nathan.

“Aku harus, karena itu keinginan aku.” Dan gadis itu melenggang begitu saja.

Nathan menggeleng pelan, lalu mengikutinya. Itu hanya toko aksesoris kecil, tidak mewah. Walaupun Nathan tahu kalau harga barang-barang di sini tidak mencapai jutaan rupiah, tapi lelaki itu yakin kalau kualitasnya mahal. Karena Keyna yang memilihnya.

Emotions✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang