○○○
“Eh mas, gak apa-apa?” Pengemudi motor itu bertanya dengan air yang menetes dari helm.
“Gak, gak apa-apa. Saya buru-buru, maaf.” Si Korban pergi begitu saja dengan darah yang mengucur dari pelipis juga goresan di tangan kirinya.
Kau pasti sudah tahu siapa korban yang aku maksud—Nathaniel Jenovian tentu saja. Dia menyalakan ponselnya yang retak, lalu memanggil seseorang yang sudah lama ia rindukan. Dan yep, benar saja kalau gadis di depan sana adalah orangnya.
“Halo, Nathan.” Begitu sapanya.
“Halo, Keyna. Kamu di mana?” tanyanya.
“Aku di Neo City,” jawab Keyna sambil terkekeh di sana.
“Syukur, kamu gak bohong. Tapi aku gak suka kalau kamu hujan-hujanan begitu.” Gadis di depan sana tampak kaget, lalu menoleh ke sana-kemari.
“Apa maksud kamu?” tanyanya.
“Coba noleh ke belakang, ada pangeran SMANCITY di sana.” Nathan menjawab dan gadis itu menoleh—ponselnya terjatuh seketika.
Nathan tersenyum, lalu melangkah menghampirinya. Luka di tubuhnya tidak terasa, itu faktor bucin—kalau sedang sadar juga pasti mengaduh kesakitan.
“Hai, aku pulang!” ucapnya riang.
“Kamu gak kangen aku?” tanyanya dengan raut kecewa yang dibuat-buat.
Gadis itu menggeleng dengan wajah datarnya, membuat Nathan menaikkan satu alis dan mengangguk mengerti. Sepertinya para gadis senang sekali berbohong tentang perasaan ‘ya.
“Kita telfonan setiap malam. Kamu pergi cuman ninggalin sepucuk surat. Lalu, buat apa aku kangen kamu?” Sorot matanya dingin, tapi air matanya menetes begitu saja.
Nathan terdiam, kepalanya mulai pusing, dia lalu maju selangkah—memeluk tubuh basah Keyna. Gadis itu mulai terisak dan membalas pelukannya. Setelah beberapa saat, pelukan itu terlepas—Keyna menatapnya, lalu memekik kaget.
“KAMU BERDARAH!”
○○○
“Bisa-bisanya kamu ketabrak motor dan nekat nemuin aku?!” pekik gadis itu sambil mengobati luka Nathan.Mereka berada di apartemen tempat Keyna tinggal 3 tahun terakhir. Pakaian mereka masih sama basahnya, Keyna terlalu panik hingga langsung mengambil kotak P3K juga handuk.
Setelah selesai, gadis itu kembali terdiam. Wajahnya sangat kentara sedang khawatir. Nathan tersenyum, mengusap rambut panjang gadis itu dengan sayang.
“Ah, aku baru sadar kalau kamu pakai kacamata!” pekiknya.
“Aku sering begadang buat belajar, jadi ‘ya ini hasilnya—rabun, hahahaha!” timpal Nathan dan tertawa.
“Kamu—sial, makin ganteng!” Entah itu pujian atau makian, nyatanya Nathan tetap senang.
Mereka akhirnya tertawa bersama—entah apa alasannya. Nathan lalu memeluk Keyna lagi setelah tawanya reda. Menyalurkan rasa rindunya di sana. Si empu tubuh yang direngkuh pun sama. Membalas pelukan dan memejamkan mata.
“Kamu udah jadi profesor ‘ya? Hahaha!” tanyanya dengan akhir tawa yang menggema.
“Belum. Prosesnya lama, sayang. Aku aja baru lulus S3 tadi pagi!” jawab Nathan sambil tersenyum.
“Baj*ngan, Nathan!” Si gadis malah mengumpat saking tak menyangkanya.
“Aku juga sayang kamu,” ucap Nathan dengan tulus.
Mereka saling tatap untuk waktu yang lama. Pandangan Nathan dari mata Keyna—kian turun ke bibir basah gadis itu. Oke, ini mulai kotor—makanya kuberi rating 15 tahun ke atas.
“Keyna, can I...kiss—“
Plak! —Keyna menampar bibir lelaki itu
“No!”
Nathan merengut kesal, lalu merengek seperti anak kecil. Keyna menatapnya sinis, lalu tertawa melihat tingkahnya. Gadis itu lalu menangkup pipi Nathan, memencetnya hingga bibir lelaki itu mengerucut menggelikan.
"Kalo gitu, boleh aku peluk kamu?" Gadis itu berpikir sejenak, tertawa, lalu mengangguk.
Seperti di drama—menyalurkan kerinduan dengan pelukan. Mari tinggalkan mereka, kau bisa membayangkan kelanjutannya sendiri dengan fantasimu, sudah biasa halu 'kan? Yang pasti mereka hanya pelukan—tidak lebih karena kebasahan.
Teruntuk Rafli, Nathan mohon ampun karena tidur bersama putrinya lagi.
“Gimana bisa kita tidur seranjang padahal cuman temen,” ucap Keyna sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang lelaki itu.
Mereka sudah ganti pakaian—Nathan menggunakan hoodie milik Keyna. Karena hanya itu yang muat untuk tubuh bongsornya.
“Siapa yang bilang kita cuman temen? Kita calon suami-istri!” sanggah si lelaki.
“Kapan kamu lamar aku?” tanya Keyna sambil menatap Nathan dengan wajah polosnya.
“Will you marry me, Darl?” tanyanya sambil tersenyum.
“Oh, damn! I will, honey! Hahahaha!” jawab Keyna, tertawa ringan seakan mereka sudah melakukannya berkali-kali.
Nathan menatapnya gemas, mencubit pelan pipi tirus gadis itu, lalu memeluknya lagi. Cuddle di tengah hujan itu—luar biasa sekali ‘ya.
Kau pernah? Kalau aku iya—bersama guling tercinta.
“Nathan!” panggilnya, dan lelaki itu menunduk.
“Bibir aku kering!” Gadis itu mengerjap lucu—sialan—membuat Nathan tidak punya pilihan lain kecuali—membasahi bibir gadis itu dengan bibir dan lidahnya.
Oke, kubilang ini kotor. Semoga Tuhan mengampuniku, Nathan, Keyna, dan pembaca cerita ini. Seperti yang pernah Nathan katakan, sekian terima nikah dan kawinnya.
“Aku sayang kamu, Nathaniel Jenovian!”
“Aku lebih sayang kamu, Keyna Araminta!”
TAMAT.Started : 20 Februari 2021
Finished : 14 Maret 2021_________________________________
Terimakasih sudah menemani kisah Nathan dan Keyna, sampai jumpa di kisah rakyat SMANCITY lainnya:)
_______________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Emotions✔
Novela Juvenil[R 15+] [COMPLETED] [SMANCITY series 2 ; Lee Jeno ft. Park Xiyeon local fanfic.] Ketika emosi jadi narasi, semua tentang rasa jadi makin nyata. "Gue bakal bikin dia ngalamin emosi paling menyenangkan, cinta." Started : 20 Februari 2021 Finished :...