○○○
“Mama, sepatuku di mana?” tanya seorang bocah di sana.
“Di sebelah tangga. Makanya kalo apa-apa tuh disimpen di tempat yang bener, jadi gak repot carinya!” jawab sang ibu sambil mengomel.
“Sayang, kacamataku di mana ‘ya?” Kali ini giliran sang suami yang bertanya.
“Di meja sebelah TV. Tuh, bisa-bisanya barang sepenting itu digeletakin sembarangan!” jawabnya lagi, kembali mengomel.
Dan itulah rutinitas pagi keluarga baru kita. Yep, keluarga NaNat. Si kecil memanggil Papa Nat (NAThan) dan Mama Na (KeyNA). Bocah itu juga suka makan nanas, jadilah tercipta nama konyol itu. Kau ingin tahu nama buah hati mereka? Seperti biasa, akan kuberitahu walaupun kau tak mau tahu.
Namanya Yudha Jovian—sudah pasti lelaki tampan—kau jangan naksir, soalnya dia baru berusia 4 tahun. Usiamu kisaran belasan tahun ‘kan? Jangan jadi tante girang. Lagi pula Yudha tidak suka permen, dia lebih suka aku—penulisnya.
Ah ya, usia pernikahan Nathan dan Keyna—menginjak tahun ke-6. Saat mengadakan pernikahan, itu lumayan mewah. Tamu undangan mereka juga orang-orang terpandang. Nathan benar-benar menjadi ilmuwan ternama dan Keyna meneruskan jejak ayahnya—menjadi dokter spesialis paru-paru.
Tentang adegan kotor di bab terakhir—kuingatkan kalau itu hanya ciuman di atas ranjang dan tidak lebih. Itu kalau kau lupa atau sudah berfantasi ria.
Tentang Yudha, ia sangat spesial bagi keduanya. Benar-benar spesial dengan dua telur. SIALAN—PIKIRANMU!!!
Bocah itu sangat periang dan cerewet seperti ayahnya, kadang bisa sangat diam lalu tiba-tiba mengamuk seperti ibunya. Penyakit mental Keyna tidak turun ke Yudha, hanya berefek sedikit. Visualisasi, tingkah laku, IQ—semuanya turunan dari Nathan. Hanya saat marah dia menjadi seperti Keyna.
Apa mereka pernah bertengkar? Pernah, tentu saja. Keluarga mana yang tidak pernah bertengkar? Nathan dan Keyna pernah mencipta badai hebat hingga Yudha kabur ke rumah Susi dan Doni. Itu perkara berat—pekerjaan dan kesibukan.
3 hari setelahnya, mereka mulai meruntuhkan ego masing-masing, saling minta maaf, dan ‘berbaikan'. Itu membuat Yudha pulang kembali.
Kejadian itu masih baru—kiranya 3 bulan lalu. Dan kini mereka baik-baik saja, harmonis dan romantis. Yudha mulai masuk sekolah. Dia benar-benar jenius sampai-sampai di usianya ini sudah masuk Sekolah Dasar.
Nathan bangga sekali, mengaku kalau itu adalah turunan darinya. Keyna tidak mau membantah, suaminya memang luar biasa.
Ah, teman-temannya? Itu—Karina menjadi Jaksa sekarang. Firman menjadi guru bahasa, Wildan dan Willie—karyawan perusahaan. Semuanya sudah menikah dan mempunyai anak. Yudha adalah yang paling kecil. Soalnya mereka menikah paling akhir. Bucinnya duluan, nikahnya belakangan. Mantap. Hanya satu kali, jangan dikuadratkan, nanti ambigu.
Ah, begitulah. Lagi-lagi tentang cinta. Di series pertama kugambarkan ia dengan kata 'mengikhlaskan'. Dan pada series kedua ini—kudefinisikan dengan kata 'mengubah segalanya'.
Apapun itu—cinta tetaplah cinta. Yang terkadang sulit diartikan. Terkadang menyenangkan, bisa juga menyakitkan. Hanya bagaimana cara yang terlibat menyikapi dan menjalaninya. Kegagalan dalam cinta itu hal biasa, apalagi kalau usiamu belum cukup matang. Jadi jangan terlalu sedih kalau putus cinta 'ya.
Jaehyun masih jomblo, dunia masih berjalan, hujan masih air, dan aku yakin kau masih punya kesempatan untuk mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada ia yang telah meninggalkanmu.
Sejatinya mempertahankan lebih sulit dari melupakan. Duniamu bisa indah cerah berseri karena cinta, bisa hancur lebur bagai kiamat juga karena cinta. Entah itu cinta dari keluarga, cinta dari seseorang, atau cinta dari teman.
Cinta mampu mengubah segalanya, bukan?
Gangguan emosi milik Keyna—bisa dinetralisir dan juga bisa bergejolak dengan satu hal—cinta.
Dan pangeran SMANCITY yang tak pernah goyah imannya untuk tetap menjomblo—luluh lantak karena sebuah senyuman. Itu cinta, 'kan?
“Teruntuk Nathaniel Jenovian, terimakasih karena sudah mengenalkan cinta sejati nan tulus padaku. Aku akan mencintai kamu dan anak-anak kita selamanya.” — Keyna Araminta.
“Untuk Keyna Araminta, senyum kamu masih manis, dan aku masih menyukainya. Kuharap kita bisa bersama selamanya.” — Nathaniel Jenovian.
“PAPA, MAMA, AKU MAU TIDUR BARENG! JANGAN PELUKAN BERDUA DOANG!” — Yudha Jovian.
Apakah itu semua cukup untuk menggambarkan akhir yang bahagia? Kuharap iya. Yang sedang patah hati, semoga lekas sembuh. Yang sedang jatuh hati, semoga berbahagia selalu. Yang sedang diberi harapan, semoga cepat mendapat kepastian. Yang sudah menikah, semoga langgeng sampai ajal menjumpa.
Jangan lupa selalu bersyukur dan bahagia.
"MAMA, PAPA, SARANGHAEYO~~~" teriak Yudha.
"GOMAWOYO~~~" lanjut Nathan yang malah bernyanyi.
"UDAH, UDAH! UDAH TAMAT, JANGAN BERTINGKAH!" Keyna berkacak pinggang.
Nathan dan Yudha saling tatap, lalu menerjang tubuh Keyna dan tertawa bersama.
FIN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emotions✔
Teen Fiction[R 15+] [COMPLETED] [SMANCITY series 2 ; Lee Jeno ft. Park Xiyeon local fanfic.] Ketika emosi jadi narasi, semua tentang rasa jadi makin nyata. "Gue bakal bikin dia ngalamin emosi paling menyenangkan, cinta." Started : 20 Februari 2021 Finished :...