[17] Pertemuan dan Perpisahan

326 84 1
                                    

○○○

“Nathan, fotoin aku!” teriak Keyna di sebelah pohon natal imitasi itu. Ini bulan Februari, dan kenapa itu masih terpasang?

Nathan tersenyum, lalu mengangguk. Dia memotret gadis itu dengan kamera DSLR-nya. Keyna terlihat cantik, senyum miris Nathan tercetak di sana. Mereka sedang berada di taman bermain. Tentang waktu itu—Nathan diselamatkan oleh panggilan dari Willie. Lagi-lagi lelaki itu.

Keyna berlarian ke sana-kemari, tersenyum dan tertawa dengan sangat enteng. Sejenak, Nathan melupakan fakta bahwa ia akan meninggalkan gadis itu. Cinta dan pendidikan. Kalau bisa dua-duanya kenapa harus memilih?

Oh iya, jangan kaget—Nathan berprestasi walaupun sering tidur di sekolah. Tidur di kelas bukan berarti di rumah tidak belajar ‘kan?

“Keyna,” panggilnya.

Gadis itu menoleh, lalu tersenyum manis dan Nathan memotretnya lagi. Hasilnya bagus, Keyna tidak perlu protes atau merajuk.

“Ayo foto bareng,” ajak Nathan dan gadis itu mengangguk.

Mereka menatap kamera dengan senyuman. Melakukan banyak pose, bahkan membuat video. Keyna banyak tersenyum saat itu, dan Nathan suka. Setidaknya, misi yang ia jalani berhasil—membuat Keyna merasakan cinta—tepatnya pada lelaki itu.

Ini bukan drama Korea ‘Angel's Last Mission, Love’. Nathan tidak akan lenyap seperti Kim Dan setelah menikahi Lee Yeon Seo. Tapi perasaannya seperti sedang memperagakan drama itu. Kau sudah nonton? Kalau belum, tontonlah.

“Kamu pengen cilok?” tanyanya ketika mereka sedang duduk di sebuah bangku sebelah lampu taman. Gadis itu hanya mengangguk.

Nathan beranjak, menghampiri gerobak cilok yang berjarak beberapa meter dari bangku tadi. Saat mengantre, ia tidak sengaja melihat gadis yang ditembak Wildan bersama kapten basket SMANCITY. Nathan tidak menyapa, mereka tidak saling kenal.

Setelah gilirannya sudah siap, ia tersenyum kepada pedagang itu dan membayar. Kaki panjangnya melangkah menuju Keyna yang melambai sambil tersenyum di sana. Itu cantik sekali sampai ia pusing rasanya.

Nathan memberikan satu bungkus cilok pada Keyna. Gadis itu berterima kasih, hendak mengganti uang Nathan tapi ditolak oleh lelaki itu. Katanya, “Masa calon suami minta ganti.” Kalau tidak menjadi suaminya kelak, tolong bantu aku untuk memukul kepala lelaki itu.

Mereka menikmati ciloknya dengan keheningan. Nathan sibuk dengan pikirannya tentang kuliah di luar negeri, dan Keyna yang sibuk melihat bintang di atas sana. Hari ini bulan kembali cuti, Keyna agak sedih.

“Hari ini gak ada bulan. Bintang rasanya kayak anak ayam tanpa induknya,” ucap gadis itu.

Nathan menoleh—lalu menimpali, “Bagus kok, itu kayak kamu. Meski bulannya tidak menemani, bintangnya masih bersinar dengan percaya diri.” Lelaki itu tersenyum manis.

Keyna tersenyum di sana, Nathan membawa kepala gadis itu untuk bersandar di bahu lebarnya. Cilok mereka sudah habis, omong-omong. Keduanya menatap langit bersama. Tersirat suasana sendu dengan tiba-tiba. Mereka tidak mencipta itu, mungkin semesta yang menciptanya dengan sengaja.

“Hari ini kayaknya bintang kangen sama bulannya.” Nathan melirik ke gadis itu, lalu segera membawanya ke motor. Gadis itu memeluk erat tubuh Nathan yang kini sedikit ngebut.

Bukan tanpa alasan Nathan langsung melarikan diri, dia hanya tak mau orang lain melihat sisi lain Keyna. Dan setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di kediaman gadis itu. Nathan memarkirkan motornya setelah Renita membukakan gerbang.

Emotions✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang