[05] Teman

489 120 11
                                    

○○○

Bel tanda berakhirnya pelajaran pada hari ini berbunyi nyaring—membuat seluruh murid SMANCITY berbondong-bondong keluar kelas seakan besok adalah kiamat.

Lain halnya dengan Nathan yang masih duduk di emperan sambil tersenyum—menunggu seseorang. Sepersekian menit kemudian, orang itu keluar kelas, langsung saja ia cegat dia.

“Eiittsss, seblak depan SMANZONE?” tanyanya.

“Aku beneran mau tlaktir kamu. Ya? Ya?” Lalu orang itu—Keyna—mengangguk.

Keduanya berjalan menuju parkiran bersama. Nathan lalu berboncengan dengan Keyna membelah jalanan Neo City yang ramai penghuni—hingga Neo Zone yang asri menyejukkan hati.

Sampailah keduanya di warung seblak paling terkenal seantero Neo Province milik Mas Teno dan istrinya—Mbak Lisa. Aroma seblak langsung menyapa indra penciuman mereka.

Kreyek!

Sial, dasarnya Nathan memang memalukan. Bisa-bisanya cacing di perut mengaung layaknya singa. Lelaki itu meringis sambil menatap Keyna. Maka masuklah mereka, memesan dua seblak basah pedas yang memanjakan lidah.

“Tumben bawa cewek, biasanya sama Willie mulu!” ucap Mas Teno sambil meletakkan dua mangkuk seblak di meja mereka.

“Iya dong, Mas. Gimana? Manis ‘ya?” Nathan balik bertanya sambil tersenyum.

Mas Teno beralih menatap Keyna, yang ditatap hanya diam lalu menunduk. Pria itu tersenyum dan mengangguk, menyetujui opini Nathan.

“Iya, manis. Bunda seneng nih punya mantu kayak gini!” Lalu pria 31 tahun itu melenggang pergi.

Nathan menoleh, menatap Keyna yang masih menunduk, lalu mengusap rambut gadis itu dengan pelan. Keyna balik menatap Nathan, lalu memalingkan wajahnya lagi. Kau tahu, segelintir gadis tidak suka ketika wajah tersipunya dilihat.

“Ayo dimakan, aku yang tlaktir.” Lelaki itu tersenyum dan sayangnya tidak dibalas oleh si gadis.

Keduanya makan dengan khidmat. Wow, ternyata selera mereka juga sama. Jangan berspekulasi tinggi kalau keduanya jodoh. Kita tidak akan tahu kedepannya. Lagi pula, itu hanya seblak, ‘kan? Bukan takdir Tuhan?

“Kenapa kamu gak mau ngomong pas di sekolah?” tanya Nathan sambil mengelap ujung bibirnya dengan tisu.

Keyna menarik napas, menghembuskannya pelan—sebelum menjawab, “Aku...gak bisa.”

“Aku...gak punya teman,” lanjutnya.

Ey, aku temanmu sekarang. Seblak ini jadi saksi!” ucap Nathan sambil menunjuk mangkuk seblaknya.

“Tapi...itu udah abis,” timpal Keyna sambil menatap Nathan dengan polos, membuat lelaki itu gelagapan seketika.

“Oke, pokoknya kita temen. Jangan ngacuhin aku lagi di kelas, oke?” kata Nathan sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

Keyna menatap ragu, lalu menautkan jari kelingkingnya pada milik Nathan. Lelaki itu tersenyum manis sekali, hingga bibir Keyna juga mencipta lengkungan tanpa sadar.

“Ah, kamu manis!” Dan Keyna langsung memalingkan wajah, memegangi pipinya yang memerah.

Apa tadi? Kenapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat? Perasaan apa ini? Emosi apa ini? Ia harus bertanya pada Renita nanti.

Ah, ayahnya! Ia belum mengabari ayahnya!

Keduanya lalu beranjak, kembali membelah jalanan sore setelah Nathan membayar. Keyna memandu lelaki tersebut menuju rumahnya. Mungkin sepuluh menit, keduanya sampai.

Sedetik, Nathan takjub pada kediaman Keyna. Itu terletak jauh dari komplek, dikelilingi hutan jati, dan pagarnya menjulang tinggi dengan lumut-lumut yang menyelimutinya. Akan kusebut itu seperti kastil vampire—Nathan menyetujuinya.

“Dari mana kamu, Na?” Suara Rafli menyapa, Keyna langsung menoleh dan menunduk.

“Siapa kamu?” Tatapan Rafli beralih ke Nathan. Lelaki itu turun dari motornya, tersenyum simpul, lalu membungkuk hormat.

“Saya Nathan, Om. Temennya Keyna,” jawabnya antusias.

“Bener, Na?” tanya Rafli pada anaknya, dan ia mengangguk.

“Makasih udah anterin anak saya,” ucap Rafli dan membawa Keyna masuk.

Baru juga Nathan hendak mengucap salam, pagar itu sudah tertutup dengan rapatnya—seakan tidak mengizinkan Nathan masuk ke sana. Ia menghela napas, lalu kembali menaiki motornya. Pulang, apa lagi?

Tidak masalah kalau ayah Keyna galak, yang terpenting Nathan bisa menjadi teman gadis itu. Sepanjang jalan, dihiasi senyuman, kentara sekali kalau dia sedang kasmaran. Kau juga seperti itu? Kuharap tidak, karena itu ngeri. (Walaupun aku pernah).

Cinta, bentuk lain dari gila.

Nathan, mungkin sedang gila.


Emotions.

"Ayok,tugasnya dikerjakan! Jangan wattpad sama drakor aja yang dipantengin!!!"

Emotions✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang