Suara geraman tertahan keluar dari sepasang bibir pucat Winter saat Dita melepas kain penyanggah serta perban yang melilit bahu kiri gadis beriris coklat terang itu. Dita sendiri meringis melihat tangan Winter mengepal erat menahan sakit, kepalan tangannya terlihat gemetar, bisa ia bayangkan seperti apa rasa sakit yang Winter rasakan.
"Tahan sebentar~"
Kali ini ia akan melepas balutan perban terakhir yang masih tersisa dan mengharuskan tangan kiri Winter diangkat.
"Arghh!!!!"
Cepat-cepat Dita menjauhkan tangannya begitu Winter berteriak cukup keras, sepertinya sudah lama gadis itu menahan dan kali ini ia tak sanggup menahannya lagi.
"Win, kamu gak apa-apa???? Mau ke rumah sakit aja huh???"
"Tidak, la- lanjutkan saja."
Setengah hati Dita kembali meraih ujung perban sembari mengangkat pelan tangan kiri Winter yang langsung dihadiahi teriakan keras dari sahabatnya ini.
"Tahan Winter. Sebentar saja~ hanya sebentar~"
Disela menenangkan sang sahabat Dita juga melakukan tugasnya, membalut kembali bahu memar Winter yang penuh akan bekas luka dengan cepat dan rapi. Bisa ia lihat keringat mengucur membasahi wajah Winter yang terlihat semakin pucat.
"Winter~ apa sangat sakit?"
Nafas gadis berwajah campuran itu terputus-putus, ia masih terlihat kesakitan meski luka di bahunya sudah terbalut rapi. Tak kunjung mendapat jawaban Dita memanggil Winter sekali lagi.
"Win~"
"Aku baik-baik saja." Jawabnya dengan nafas yang terengah serta tak lupa senyum tipis terlukis paksa di wajahnya yang sudah dibasahi keringat dingin.
"Kau yakin? Tapi kau sangat kesakitan seperti ini." Bagaimana ia tidak khawatir, gadis Indonesia itu melihat nyata bagaimana sang sahabat sekuat tenaga menahan sakit hingga bibirnya gemetar membiru. Sesakit apa yang Winter rasakan saat ini, bahkan Winter sendiri tak mampu menjelaskannya.
"Hmm..." Winter mengangguk meski masih tertunduk, "Mungkin sedikit istirahat akan membantu."
"Ya sudah, lebih baik kau istirahat sekarang."
Dita bergegas membereskan tempat tidur lalu memapah tubuh lemah Winter berbaring di atasnya. Mata gadis bersurai pirang itu langsung terpejam, dari kedua bibirnya masih terdengar ringisan kecil. Winter tidak tidur, ia hanya merasa terlalu lemas saat ini.
Gadis berusia lebih tua membawa langkahnya menuju dapur kecil di sudut ruangan guna memanaskan air, ia campurkan air panas yang masih mengepul dengan air dingin dalam sebuah cawan berukuran sedang, terakhir ia meraih sebuah handuk kecil lalu kembali pada gadis yang terbaring tidur di ranjang.
Dita mengusapkan handuk hangat ke wajah Winter yang masih di banjiri keringat, tidurnya tidak nyenyak terlihat dari beberapa lenguhan kecil keluar dari bibir pucatnya yang masih membiru.
"Sebenarnya kamu ngalamin apa sih, Fit. Aku tau kamu nyembunyi in sesuatu."
~*~
"Mau ku antar ke dalam?"
"Oh tidak, disini saja. Lagipula kau harus cepat-cepat ke cafe. Ayo cepat~"
"Baiklah, nanti aku akan menjemputmu, baik-baik disini oke?"
"Oke." Winter memberikan wingsnya yang di balas hal serupa oleh Dita, lalu tak lama kemudian gadis Indonesia itu berlalu dari pelataran kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shivviness
FanfictionApa itu rasa nyaman? °Winter Top °Bahasa baku °gxg °Cover by Owner