BACA DULU YA! MAKSA NIH!Halo, gaes. Sesuai janjiku kemaren, aku akan up ending Shivviness ini berbentuk dalam beberapa part untuk menghindari tidak update-update :"
Semoga temen-temen semua bisa enjoy bacanya walaupun nanti ini juga gak tau kapan akan finish tapi lebih baik ada up dibandingkan tidak sama sekali.
Maaf sudah nganggurin kalian selama 2 tahun lebih T.T
Oke satu lagi pemberitahuan, di ending ini aku akan masukin sedikit kisah Taengsic, nah dikisahnya mereka nanti akan ada unsur fantasinya sedikit jadi jangan kaget nanti sama alur ceritanya yang mungkin diluar nalar.
Segitu dulu cuitanku, nanti kalian malah bosan. Enjoy it! Maafkan typo~
~
Satu tahun kemudian. . .Hari ini bertepatan dengan hari pertama di tahun baru, 01 Januari 2023, dimana sisa-sisa salju di musim dingin masih terlihat beterbangan di udara. Tak ada yang berbeda, semuanya masih terlihat sama, orang-orang menjalani aktivitas yang sama seperti di tahun-tahun sebelumnya, ada yang bekerja, trotoar jalan yang dipenuhi anak-anak sekolah, dan kota itu masih berada dalam teritori yang sama.
Namun terjadi perubahaan keadaan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang, satu gadis yang terlihat melangkah sendiri di antara banyaknya pejalan kaki. Garis wajah yang lebih matang membuat auranya terasa lebih dewasa,
Karina Yu.
Gadis yang baru saja menyelesaikan studinya satu minggu yang lalu melangkah santai di antara banyaknya kerumunan manusia dengan segelas kopi hangat ditangan. Perjalanannya selesai tepat di depan salah satu gedung yang berada di antara gedung pencakar langit lainnya.
"Selamat pagi, Miss Yu."
"Selamat pagi." Ujarnya ramah menjawab sapaan dari rekan kerjanya di kantor ini.
Ya. Karina memutuskan untuk langsung terjun ke dunia kerja setelah menyelesaikan studi, saat ini memang dirinya bekerja di perusahaan sang ayah namun ia menolak diberikan jabatan. Ia ingin memulai segalanya dari bawah agar orang-orang tidak melabelinya sebagai anak yang hanya mengandalkan kedudukan ayahnya saja, tetapi ia ingin diakui karena kemampuannya sendiri.
Ia letakkan cup kopi miliknya yang masih berisi setengah ke pinggir meja dan membuka beberapa map yang harus ia periksa hari ini. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya dengan tuntas agar ia bisa fokus pada kuliahnya siang nanti.
Karina memang memutuskan untuk bekerja tetapi ia juga membuat pilihan lain yaitu melanjutkan studinya ke jenjang S2. Presdir Yu sangat gembira atas pilihannya, namun pria paruh baya itu juga tidak sepenuhnya setuju, ia tidak ingin sang anak lelah karena terlalu memforsir tenaganya. Yu Yeon Seok ingin putrinya fokus pada satu hal saja, namun Karina sangat keras kepala dan ia pun akhirnya menyetujui. Sebagai seorang ayah ia tak ingin mematahkan semangat putrinya yang tengah menggebu.
Suasana kantor hari ini cukup berisik, karena awal bulan adalah waktu dimana pekerjaan sedang banyak-banyaknya. Semua karyawan tampak berlalu lalang untuk menyelesaikan tugas masing-masing termasuk Karina. Sejak datang ia hanya terpokus pada pekerjaan, berbagai macam map menumpuk di atas meja kerjanya saat ini.
Hahh...
Helaan nafas kasar terdengar namun tak membuat Karina bergeming. Ia masih diam tenang memejamkan mata menikmati angin sore melambai di wajahnya.
"Ada apa? Kau terdengar sangat menyedihkan." Ucapnya masih dengan posisi yang sama pada seseorang.
"Kau tahulah bagaimana sibuknya saat awal bulan. Pinggangku rasanya seperti batu, kaku sekali. Seharian penuh aku hanya duduk di kursi tanpa bisa bersandar, bagaimana bisa mereka memberiku pekerjaan tiada henti, astaga!"
Karina tersenyum sebelum akhirnya menegakkan posisi dan meminum kembali kopinya.
"Dasar manja. Kau seperti karyawan baru yang merengek karena diberi banyak pekerjaan."
"Tapi ini benar-benar- ah sudahlah, percuma bicara dengan penggila kerja sepertimu. Ngomong-ngomong bagaimana kuliahmu?"
"Baik-baik saja, Ryu. Sejauh ini aku enjoy menjalaninya."
"Wah. Memangnya kau ini robot AI? Tidak ada lelahnya aku lihat." Karina terkekeh mendengar penuturan sang sahabat.
Ryujin mengajaknya bertemu, katanya dia butuh teman untuk mendengarkan segala keluh kesahnya tentang pekerjaan. Padahal rasanya dulu dia yang paling semangat ingin mendapatkan pekerjaan tapi lihatlah sekarang, mulutnya tak berhenti mengeluh dan terus mengoceh tanpa rem.
"Bagaimana hubunganmu dengan Lia?" Seketika Ryujin diam, sepertinya kini ia tidak lagi punya energi untuk bicara.
"Entahlah, sulit sekali mendekati anak itu. Dia tidak peka sama sekali kalau aku menyukainya."
"Mau ku bantu?"
"Ah tidak. Aku ingin dia sendiri yang menyadarinya, lagipula aku masih butuh waktu."
Karina manggut-manggut, memang sudah sejak setahun yang lalu Ryujin mengaku padanya kalau ia menyukai Lia. Awalnya Karina cukup syok karena yang ia tahu selama ini mereka berteman, rasanya tidak mungkin akan timbul rasa saling suka. Tapi faktanya, Ryujin menyukai Lia dan sampai sekarang sang sahabat masih saja belum memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaan.
"Jangan terlalu lama, nanti kau didahului orang lain."
"Aku tahu, tapi ahhh! Aku lebih memilih diberi banyak pekerjaan dibanding harus menyatakan cinta. Aku tidak tahu akan sesulit itu melakukannya." Gadis itu mengusak kasar rambutnya, ia terlihat frustasi sekali.
"Yasudah, lakukan apa yang menurutmu baik. Aku akan terus mendukungmu, tapi ingat, jangan terlalu lama atau nanti kau akan menyesal."
"Hmm. Terima kasih sudah mengingatkanku. Lalu bagaimana denganmu sendiri, Karina?"
"Apa?"
"Masih tidak ada kabar tentangnya?"
Mendadak kini kepalanya yang pening, Karina menghela nafas pendek, sejujurnya ia juga tidak tahu harus menjawab apa karena ia memang tidak memiliki jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Ryujin.
"Aku tidak tahu sekarang bagaimana. Entahlah, biarkan saja. Lebih baik aku fokus ke pekerjaan dan kuliah."
Ryujin tak menyanggah lagi, melihat ekspresi Karina yang tiba-tiba berubah muram ia tahu jika sang sahabat tak ingin memperpanjang pembicaraan. Ia pun memandang Karina sendu, dalam hal ini ia juga tak bisa berbuat banyak. Berapa kalipun ia mencoba tetap saja Ryujin tak berhasil menemukan keberadaan Winter. Jika Karina saja tidak bisa, bagaimana dengan dirinya?
~
Karina menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang setelah melemparkan asal tas kerjanya ke sembarang arah, nasib tas jinjing itu kini tergeletak tak manusiawi di atas meja kerja. Ia memejamkan mata lalu kemudian meletakkan tangan di atas dahi, bisa di tebak setelah ini ia akan menghela nafas panjang.
Hahhhhh......
Benar bukan? Hal ini sudah menjadi kebiasaannya setiap kali selesai membicarakan Winter. Entahlah apa yang terjadi, tetapi yang Karina ingat setelah pertemuan mereka di makam sang Ibu satu tahun yang lalu Winter tiba-tiba menghilang. Saat itu Winter hanya mengantar Karina pulang dan ia pun juga pamit pulang, namun sejak kepergiannya malam itu bahkan sampai hari ini ia tak pernah lagi mendapatkan kabar tentang sang kekasih, flat-nya kosong bahkan Taeyeon juga tidak mengetahui keberadaan gadis Kim itu.
Hanya satu hal yang membuat Karina bertahan, yaitu ucapan Winter saat di makam sang Ibu.
".....apapun yang terjadi setelah ini jangan pikirkan apapun! Cukup tunggu saja aku..."
Satu kalimat itulah yang membuatnya bertahan meskipun dalam dua puluh empat jam sehari selama satu tahun ini ia terus bertanya,
Kenapa? Kenapa? Dan kenapa?
"I miss you...."
~
To be continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Shivviness
FanficApa itu rasa nyaman? °Winter Top °Bahasa baku °gxg °Cover by Owner