"Giselle? Kenapa kamu- emm.." Winter menggeleng dan mengulang kembali ucapannya. "Kenapa kau kembali kesini?" Tanyanya sedikit bingung karena Giselle kembali ke rumahnya, bukankah 20 menit yang lalu dia sudah pulang?
Giselle terkekeh melihat ekspresi bingung temannya ini.
"Setelah mengantar Dita aku berubah pikiran, rasanya aku tidak ingin pulang."Gadis yang di ajak bicara hanya mengangguk-angguk bingung dengan eskpresi wajah yang membuat Giselle menahan tawa.
"Begitu ya~ tapi kenapa...kau ke rumah ku?" Ujarnya lagi menunjuk diri sendiri.
Dan lagi-lagi Giselle tersenyum, "Mau jalan-jalan sebentar?"
---
Dinginnya angin malam terasa menyentuh kulit begitu atap mobil terbuka, Winter merasa dejavu dan ingatannya berhenti menjelajah begitu ia sudah teringat jika dulu pernah mengalami hal yang sama di tepi bukit bersama Karina.
"Ini untukmu." Lamunannya buyar seketika saat Giselle datang dengan membawa 2 cup minuman hangat di tangannya.
"Terima kasih." Jawabnya sambil tersenyum seraya menerima satu cup americano hangat.
Kelap-kelip lampu spektrum warna-warni tampak memantul di air yang terlihat sedikit bergelombang menjadikan bayang-bayang yang terpantul ikut bergoyang.
"Kau sering kesini?" Giselle memandang ke arah kanan sejenak sebelum menjawab.
"Yah, ketika pikiranku sedang kalut aku datang kesini untuk melepas lelah."
Lagi-lagi Winter merasa dejavu, ia pernah mendengar ungkapan yang sama dari Karina. Satu hal yang ia temukan tentang dua sahabat ini, Giselle dan Karina sama-sama memiliki tempat mereka menenangkan diri.
"Dengan siapa biasanya kau kesini?"
"Sendiri tentunya. Dan baru kali ini aku datang bersama seseorang."
Deg!
Seluruh pusat perhatiannya Winter hadiahkan kepada gadis yang kini tengah menyesap minuman bercafein miliknya dengan perlahan, ia terlihat begitu menikmati cairan berwarna coklat tua itu.
Jika ini pertama kalinya gadis itu datang bersama seseorang, itu berarti dirinya adalah orang pertama yang Giselle ajak datang ke tempat favoritenya, sama seperti saat Karina mengajaknya ke bukit beberapa bulan yang lalu.
Winter tak paham sama sekali, ada apa dengan dua orang ini? Apa mereka saling terhubung satu sama lain? Entahlah, ia lebih memilih meminum minumannya sendiri sembari menyaksikan air mancur yang keluar dari sisi jembatan.
"Aku sudah dengar dari Dita tentang bagaimana dia bisa sampai di Korea. Aku tidak tahu dia begitu malang."
Winter tak bereaksi banyak, ia hanya tersenyum kecil sembari menyesap americano miliknya yang mulai mendingin.
"Dia anak yang kuat."
"Bagaimana denganmu?"
Winter berdecak, "Aku tidak setangguh Dita."
"Maksudku, cerita hidupmu."
"Kau pasti sudah mendengarnya dari Dita."
"Tidak, dia tidak menceritakan apapun tentangmu. Mau berbagi denganku?"
"Boleh saja." Ia meletakkan cup di tangannya pada tempat yang di khususkan untuk meletakkan minuman. Winter berdehem sejenak untuk merileks diri sebelum mulai bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shivviness
FanfictionApa itu rasa nyaman? °Winter Top °Bahasa baku °gxg °Cover by Owner