It's about saying thanks.
.
.
.
.
."Pertemuan kita cukupkan sampai disini, jangan lupakan essay kalian dan sampai jumpa minggu depan."
Winter membereskan buku-bukunya ke dalam tas dan menyampirkannya ke bahu kiri, sementara tangannya yang lain meraih tongkatnya yang ia sandarkan di samping meja. Ia menampilkan senyum singkat seraya melangkah keluar dari kelas yang mulai kosong.
Begitu sampai di pintu kelas ia tak sengaja melihat kehadiran Karina tak jauh dari pintu masuk kelas tempat ia keluar, gadis yang memakai blus berwarna coklat serta jeans hitam panjang itu terlihat bersandar di dinding di sebelah mading sembari memainkan ujung sepatunya di lantai. Sesuai dengan gesture seseorang yang sedang menunggu.
"Sedang apa dia disini?" Gumamnya sendiri melihat Karina di depan sana.
"Selamat siang, Miss."
"Oh ya, selamat siang."
Salah satu mahasiswa yang lewat menyapa Winter hingga serta merta menyadarkan Karina yang langsung menoleh, bisa ia lihat sang tutor tengah tersenyum. Ia mendekat dengan langkah kecil dan kini sudah berdiri di sebelah Winter membuat perhatian si Miss Kim teralihkan padanya.
"Kelasmu sudah selesai?" Tanyanya dengan nada canggung.
"Sudah, baru saja. Kau sudah mulai masuk kuliah?" Karina mengangguk kecil dan Winter hanya ber oh ria. Pasalnya beberapa hari yang lalu gadis jangkung ini masih terlihat seperti tidak punya keinginan untuk menjalani hidup.
"Kau masih ada kelas? Jika tidak, kalau tidak keberatan aku ingin bicara denganmu."
"Oke, baiklah. Tapi aku harus mengembalikan buku Prof. Choi ke ruangannya dulu."
"Tidak masalah."
Keduanya melangkah bersama menuju ruangan Prof. Choi yang beberapa waktu terakhir ditempati oleh Winter, tiba-tiba Karina menarik tas dari bahu kirinya membuat Winter terkejut atas perbuatan gadis di sebelahnya ini.
"Hei, apa yang kau-"
Karina mengabaikannya dan malah melangkah lebih dulu meninggalkan gadis pincang ini di belakang, Winter tidak tahu jika Karina sempat menyunggingkan senyum tipis yang seketika langsung berubah dengan raut datar begitu ada mahasiswa yang lewat. Sementara Winter, gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya dan kembali melanjutkan langkah.
Karina menoleh ke belakang dan melihat Winter yang baru saja berbelok di ujung lorong menuju dirinya.
"Tunggu sebentar." Ia hanya mengangguk menjawab Winter yang kini masuk ke dalam ruangan dengan langkah pincang.
Melihat hal itu rasa bersalah Karina kembali muncul, bisa ia lihat bagaimana kesulitannya gadis berkemeja flanel di dalam sana melakukan aktivitas dengan sebelah tangan, sementara tangannya yang lain menggenggam erat aluminium hitam setinggi siku yang membantunya berdiri.
"Karina?"
"Karina!"
"Oh, ya kenapa?" Lamunannya buyar karena suara Winter.
"Aku memanggilmu beberapa kali, kau melamun?"
"Tidak, lupakan. Sudah selesai?"
"Sudah."
Setelahnya keduanya pergi meninggalkan tempat itu menuju arah yang berbeda.
---
Sedan putih mutiara itu berhenti tepat di sebuah taman di pinggir kota, Karina tampak keluar lebih dulu sementara Winter masih berusaha melepaskan seat beltnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shivviness
FanfictionApa itu rasa nyaman? °Winter Top °Bahasa baku °gxg °Cover by Owner