Perjalanan antarbintang!
Mengingat dua kata itu saja membuat bunga-bunga mekar mendadak di hatinya, Wei An tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Meskipun suasana diliputi duka, tapi dia tidak bisa berbohong tidak tertarik pada perjalanan kali ini. Dia meloncat ke arah Yan Huai, memeluk pinggang pria itu, menggoyangkan tubuh ke kiri dan ke kanan.
“Yan Huai, Yan Huai, Yan Huai .... Itu keren!” serunya penuh kebahagiaan.
Perasaan positif itu menular pada Yan Huai sudut matanya tersenyum.
Wei An mengangkat kepala dan memerhatikan sudut mulutnya. “Kamu tersenyum secara alami kali ini,” ucapnya spontan.
Ekspresi Yan Huai sedikit terkejut, senyumnya menyatu, dan terlihat kembali seperti sebelumnya. Mendorong tubuh Wei An ke belakang, melepaskan pelukan mereka.
“Ada apa?” Wei An bertanya dengan kerutan di keningnya.
“Tidak apa-apa. Ayo, turun!” Yan Huai berjalan lebih dulu, melewati jalan masuk Wei An, ke arah jejeran perabotan. Dia berhenti di depan rak buku-buku tua, menarik sebuah buku merah yang menonjol di antara lautan coklat. Rak buku bergeser, memperlihatkan sebuah celah seukuran pintu dengan anak tangga mengarah ke bawah. Setelah rak buku kembali ke tempat semula, mereka menuruni satu per satu anak tangga dan muncul di dalam kamar Yan Huai.
Wei An mendengkus, jika tahu ada jalan menuju ke atas, dia tidak akan repot-repot menaiki langit-langit. Kamar itu luas dengan warna putih mengelilingi mereka, ada balkon yang langsung mengarah ke taman. Wei An mengedarkan pandangan sebentar, sebelum berniat pergi. Rasanya tidak sopan untuk tinggal terlalu lama di tempat pribadi orang lain.
Sebelum melangkah lebih jauh, Yan Huai lebih dulu memanggil. “Tunggu sebentar,” katanya pelan. Bergerak menuju nakas di samping tempat tidur, mengeluarkan sebuah kotak hitam dan mengeluarkan kalung perak dari dalam. Dia menyerahkan kalung perak itu pada Wei An. “Ini adalah ransel ruang angkasa*.”
(Bayangkan seperti kantong ajaib Doraemon.)
Wei An menerima kalung itu dengan sedikit paksaan dari Yan Huai dan memegangnya erat. dia merasa bingung dan bertanya, “Bagaimana cara menggunakannya?”
Setelah mengetahui kebenaran bahwa Wei An bukanlah yang asli, Yan Huai maklum. Remaja ini tidak bisa menggunakan ransel ruang angkasa, bahkan mungkin tidak pernah tahu dan melihatnya. “Ada tombol di bagian belakang kristal, tekan untuk menghidupkan. Sidik jari akan direkam ketika pertama kali dinyalakan, selanjutnya dapat dibuka langsung dengan sidik jari.”
Wei An mempelajari penggunaan ransel ruang angkasa sesuai instruksi Yan Huai. Ketika dia melihat ruang di dalamnya, dia tercengang.
“Luasnya dua puluh meter persegi, kamu bisa memasukkan barang-barang pribadimu.”
Sorot mata Wei An berubah redup. Mengingat jika dia tidak memiliki banyak barang, maka kalung harus dikembalikan pada pemilik aslinya. Dengan lesu dia menyodorkan kalung itu pada Yan Huai. “Sejak meninggalkan kediaman Wei, aku tidak memiliki banyak barang bawaan selain sebuah ransel yang berada di apartemen temanku.”
Yan Huai terkejut, tidak berlebihan mengubah ekspresi di wajahnya. Dia tahu hubungan keluarga Wei dengan Wei An tidak baik, tapi tidak pernah berpikir jika remaja ini memiliki keberanian besar untuk memutus hubungan dengan keluarganya.
Diperhatikan lagi, memang benar Wei An masih menggunakan pakaian yang sama. Yan Huai memutuskan membuka lemari pakaiannya, mengambil beberapa pasang pakaian baru tak terpakai olehnya. Menyerahkan pada Wei An. “Pakai ini dulu,” katanya.
Hal sederhana saja sudah membuat Wei An merasa senang. Pria tampan itu memperhatikannya dengan baik. Jika terus begini, dapat dipastikan bahwa secara perlahan dia akan benar-benar menyukai Yan Huai begitu dalam sampai tahap ingin memiliki dan tak akan melepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU ON BOARD
FantasyWei An menutup mata untuk selamanya, tetapi beberapa detik kemudian dia terbangun di tempat yang asing. Mengalami banyak hal dan mulai mempelajarinya, akhirnya dia mengerti. Wei An terlahir kembali dan hidup sebagai antagonis di dalam sebuah novel y...