Mereka sampai di apartemen pada jam tujuh malam, tetapi Wei An sudah merasa sangat lelah dan mengantuk. Setelah membersihkan diri lalu makan malam, dia jatuh tertidur di kamar.
Yan Huai yang tidak bisa tidur memilih memasuki ruang belajar. Menyisir seisi ruangan itu dan tidak mendapatkan perubahan sedikit saja. Semua yang ada dalam ruang belajar tetap seperti beberapa tahun lalu.
Satu-satunya yang berubah hanyalah dirinya. Seorang remaja labil yang duduk di kursi santai berubah menjadi pria dewasa.
Ketika mengingat masa-masa yang telah berlalu, pintu terbuka dari luar. Sosok wanita yang tetap cantik meski sudah berusia empat puluh limaan, memasuki ruangan dengan senyuman kecil yang khas. Dua pasang mata saling bertukar tatap dan menyelami satu sama lain.
Wanita itu lebih dulu memecah bisu. "Lama tidak bertemu, A Huai. Bagaimana kabarmu?" Dia mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengan Yan Huai. Melipat tangan di dada dan memberikan tatapan yang berubah tajam.
Yan Huai mengabaikan, memilih memperhatikan sekeliling dengan lebih cermat.
Merasa diabaikan, wanita itu kembali berkata dengan nada sarkas, "Setidaknya tunjukkan sopan santunmu kepada pemilik apartemen, dan jawab pertanyaannya."
Wajah dingin Yan Huai mengalami sedikit perubahan, senyuman miring tercetak di bibirnya. "Kabarku baik, Nyonya Xiang, atau … haruskah kupanggil ibu?"
Nyonya Xiang adalah ibu kandung Yan Huai. Wanita itu pindah ke Teegarden B setelah melakukan perbuatan besar, menghasut pihak pemerintah agar menetapkan peraturan yang melarang keras hubungan sesama jenis di Thelxinoe.
Meskipun berdalih demi kebaikan negara, nyatanya alasan dasar yang dipakai hanyalah sakit hati. Laki-laki yang berstatus sebagai suaminya malah jatuh cinta pada seseorang dengan jenis kelamin sama, bahkan diam-diam menjalin hubungan selama bertahun-tahun.
Ketika pertama kali mengetahui pengkhianatan tersebut, Nyonya Xiang masih mempertahankan logikanya dan berusaha memperbaiki hubungan mereka. Memberi pilihan pada suaminya tentang siapa yang akan dipilih.
Tentu saja hubungan yang berdasarkan cinta lebih kuat daripada perjodohan.
Berasal dari keluarga terpandang dan dekat dengan pemerintah, membuatnya memikirkan rencana paling jahat. Menyarankan agar pemerintah tegas terhadap pelanggar peraturan, terlebih bagi penyuka sesama jenis.
Minimnya jumlah manusia yang hidup di Thelxinoe menjadi permasalahan serius, sehingga tidak sulit untuk mempengaruhi ideologi orang-orang.
Pada akhirnya, Nyonya Xiang menang. Namun, hal itu belum cukup untuk membuat suaminya kembali. Saat itu, satu hal yang terlintas di kepalanya, menyingkirkan kekasih gelap suaminya.
Dia bertindak hati-hati di setiap langkah. Memberikan masukan kepada pihak pemerintah bahwa, setiap orang yang ketahuan memiliki penyimpangan seksual, mereka akan dibawa ke pengadilan. Diberikan dua pilihan, menerima perjodohan paksa dari pemerintahan atau bunuh diri.
Awalnya, Nyonya Xiang yakin jika laki-laki yang menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya akan memilih opsi pertama. Namun, siapa sangka dia begitu gila. Gila akan cinta Tuan Yan.
Memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri di apartemennya. Tuan Yan adalah orang pertama yang menyaksikan kisah tragis itu. Dia begitu marah dan berniat mencari keadilan bagi kekasihnya, namun sangat disayangkan karena tidak ada badan hukum yang mau membantu.
Pada akhirnya, Tuan Yan mengalami depresi dan memilih mengikuti kekasihnya.
Mengingat cerita lama tersebut, Nyonya Xiang merasa bersalah. Bibirnya tersenyum getir dan bertanya, "Bagaimana keadaannya?"
"Siapa?"
"Ayahmu."
Ekor mata Yan Huai melirik sinis. Senyuman mengejek terbit di wajah dingin itu. "Ayahku sudah mati dua puluh tahun yang lalu, dia bunuh diri tepat di hadapanku dan ibuku. Sekarang, yang ada hanyalah Kepala Pemerintah Gila, dan yang merusak syarafnya adalah istrinya sendiri."
Setiap perkataan yang terlontar dari mulut Yan Huai tidak salah. Nyonya Xiang mendidik anak satu-satunya menjadi seperti ini. Dia menanamkan karakter dingin dan acuh tak acuh agar putranya membangun kekuatan sendiri. Tidak bergantung pada orang lain.
Akan tetapi, ketika dia yang diserang langsung, rasanya agak menyebalkan.
Nyonya Xiang memutar otak, mengganti topik pembicaraan. Cerita dari Paman Jung beberapa jam lalu seketika muncul di kepala.
"Kudengar kamu membawa seseorang? Siapa dia?"
Yan Huai merasakan sesuatu yang tidak baik, tapi tetap menjawab, "Kekasihku."
Hati Nyonya Xiang berbunga-bunga mendengarnya. Perasaan bahagia karena putra kecilnya sudah benar-benar dewasa. "Siapa namanya? Gadis seperti apa yang beruntung menjadi menantuku?"
"Dia laki-laki."
Kebahagiaan yang baru hinggap di hatinya harus gugur tak lama setelah mekar. Nyonya Xiang menatap lekat pada anaknya. Dia meraung. "Kau gila! Apa maksudmu? Kamu mau mengikuti ayahmu?"
Yan Huai memilih diam untuk sementara waktu. Kemudian menjawab dengan tegas, "Tidak. Karena itulah kami ke sini. Jika tetap di sana, mungkin aku lebih gila."
Nyonya Xiang mengeraskan rahang, dia merasa bahwa anaknya menjadi seperti ini karena kesalahannya. Karena mengabaikan sejak usia muda dan tidak mengawasi perkembangan sang anak dari dekat, sehingga berjalan di jalan yang bengkok. Dia berpikir jika Yan Huai melakukan hal ini karena ingin balas dendam padanya.
"Yan Huai, mengapa kamu memutuskan untuk menerima?" Nada suara Nyonya Xiang sudah kembali tenang.
"Apa maksudmu?" Kali ini giliran Yan Huai yang dibuat bingung dengan maksud pertanyaan ibunya. Apa yang wanita itu ketahui? Seberapa banyak yang dia pahami?
Wajah Nyonya Xiang berubah lembut. Pada tatapan mata dipenuhi kasih sayang seorang ibu, yang selama ini selalu ditahan dalam diri "Aku memang bukan ibu yang baik, tapi tetap saja ibumu. Aku memperhatikan setiap gerak-gerikmu selama ini. Kamu menciptakan mesin pengulang waktu dan berkali-kali mengembalikan laki-laki itu ke masa lalu, mengubah kisah hidupnya. Namun, tidak pernah sekali pun menginginkannya apalagi sampai bertindak seperti ini. Apa yang sebenarnya kamu rencanakan?"
Tan Huai mendapatkan kejutan besar. Semua perkataan Nyonya Xiang berada jauh di luar dugaannya. Mengenai hal itu, hanya ada satu orang selain dirinya yang tahu. Namun, mengingat seberapa besar koneksi wanita itu dan betapa kuat pengaruhnya, Yan Huai bisa merasa tenang.
Setelah kematian pertama Wei An, karena paksaan bunuh diri pihak pemerintah, Yan Huai diam-diam merasa tersentuh oleh cinta remaja itu padanya. Dia mempekerjakan seorang ilmuwan teknologi untuk menciptakan sebuah alat yang dapat mengulang waktu.
Menghabiskan waktu sepuluh tahun untuk menyempurnakan alat tersebut. Ketika sudah berfungsi dengan baik, dia memutar ulang waktu, tetapi tidak mengubah sedikit pun ingatannya.
Perjalanan hidup Wei An tidak banyak berubah, karena dia tetap sama di setiap pengulangan. Namun, semakin sering Yan Huai mengulang cerita, semakin besar perasaan abstrak tumbuh di hatinya. Sayangnya, dia tidak memiliki keberanian karena kurangnya dorongan dari pihak dirinya maupun Wei An.
Setelah pengulangan yang ke sekian, dia mendapati perubahan besar dalam diri Wei An. Dan itu tidak buruk, justru membuatnya semakin menginginkan remaja itu.
Pada akhirnya, semua tidak sama. Perubahan besar terjadi dan dia menyadari satu hal.
Menatap lamat-lamat pada manik sang ibu, dengan keseriusan di mata, dia berkata, "Tidak ada maksud lain, aku mencintainya. Terakhir kali cerita terulang kembali, dia muncul dengan karakter yang berbeda. Karakter baru ini adalah sesuatu yang selama ini hilang dari hidupku. Apa salahnya jika aku mempertahankan laki-laki itu?"
Nyonya Xiang menatapnya cukup lama, hingga jarum jam bertengger satu angka lebih tinggi. Mendapati keteguhan dari putranya, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain mendukung.
Kalaupun nanti Yan Huai akan melakukan kesalahan atau mendapat masalah, maka Nyonya Xiang, sebagai ibunya, tidak akan membiarkan sesuatu yang merugikan anaknya.
Dia sudah memutuskan untuk mendukung Yan Huai.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU ON BOARD
FantasyWei An menutup mata untuk selamanya, tetapi beberapa detik kemudian dia terbangun di tempat yang asing. Mengalami banyak hal dan mulai mempelajarinya, akhirnya dia mengerti. Wei An terlahir kembali dan hidup sebagai antagonis di dalam sebuah novel y...