Pelabuhan pesawat luar angkasa tidak jauh berbeda dengan bandara di dunia yang Wei An ketahui. Seperti kebanyakan perbedaan lain, teknologi canggih dan robot-robot pekerja, fasilitas memadai, nyaris tanpa cacat. Sejak mengetahui jika populasi manusia sangat sedikit, Wei An tidak lagi mempertanyakan di dalam hati tentang kemajuan pesat ini. Rasanya wajar jika banyak robot yang dipekerjakan.
Ruang angkasa pribadi sudah disiapkan dengan baik. Dua orang pilot dan lima orang rombongan pesawat luar angkasa, juga dua koki andal. Hanya mereka berdua yang menjadi penumpang. Wei An tidak mengenal satu pun di antara orang-orang itu selain Yan Huai, tetapi tampaknya Yan Huai sangat akrab dengan mereka.Orang-orang itu menyapa dengan ramah, menyiapkan tempat duduk, dan saling memperkenalkan diri pada Wei An. Tak lama kemudian, pesawat luar angkasa lepas landas dengan mulus, sangat mulus sampai Wei An tidak menyadari apa-apa.
Pemimpin tim perjalanan, Xiang Wu, memperkenalkan setiap ruangan kepada Wei An. Strukturnya tidak jauh berbeda dengan konsep rumah minimalis. Melihat pada ransel yang tergeletak di atas sofa, Xiang Wu berinisiatif. “Mari saya antar ke kamar kalian masing-masing,” ucapnya ramah.
Wei An menganggukkan kepala dengan semangat, mengikuti langkah Xiang Wu. Kamar Wei An lebih dulu ditemukan, ia menaruh barang bawaan pada tempatnya, dan bertanya, “Di mana kamar Yan Huai?”
Awalnya Xiang Wu terkejut dengan kefrontalan Wei An, tapi melihat Yan Huai yang berwajah santai, perlahan ia menepis kekesalan.
“Di samping kamarmu.”
Xiang Wu tidak mengeluarkan sedikit saja suara, jelas-jelas itu milik Yan Huai. Wei An berbalik untuk melihatnya. “Benarkah? Kanan atau kiri?” tanyanya antusias.
“Hanya ada kanan sebagai tempat tidur.”
Bibir Wei An mencetak huruf o dengan sempurna. Menyaksikan percakapan dua arah, Xiang Wu merasa terasingkan, dengan segera mengajukan pengunduran diri. “Saya akan pergi meminta koki menyiapkan makan siang, silakan ambil waktu berdua, permisi.” Tutur katanya sangat sopan dan formal.
Setelah kepergian Xiang Wu, Wei An menghela napas kasar. “Aku tidak suka suasana yang canggung,” keluhnya. Melompat ke tempat tidur dan berguling-guling dengan nyaman. “Yan Huai, aku akan pindah ke kamarmu ketika malam.”
“Mn.”
Yan Huai masih berdiri kaku di muka tempat tidur.
“Kapan kita akan tiba di tempat tujuan?”
“Seharusnya dua hari lagi.”
Mendengar itu, Wei An mendudukkan diri di tepi ranjang. Menatap lekat pada Yan Huai dan terang-terangan memberikan tatapan menggoda. “Tidakkah kamu ingin mengembangkan hubungan yang intim denganku?”
Bola mata Yan Huai melebar, mulutnya mendadak kelu, dan tubuh terbujur kaku. Terlalu terkejut dengan serangan mendadak tersebut.
Lain halnya dengan Yan Huai, Wei An tertawa sangat keras. Perasaan puas bergerilya di hatinya ketika menyaksikan ekspresi di wajah Yan Huai.
Mengabaikan keisengan remaja itu, Yan Huai membawa langkah pergi tanpa mengatakan apa-apa. Memasuki kamarnya dan mengambil sebuah senjata dari ransel ruang angkasa. Menyembunyikan senapan dengan baik di pakaiannya.
Perjalanan mereka hanya memakan waktu kurang dari tiga hari, meskipun keamanan pesawat luar angkasa sangat bagus dan kecil kemungkinan untuk mengalami kecelakaan, tapi tidak ada jaminan bahwa sekelompok perampok antarbintang tidak akan muncul.
Malam diketahui melalui jam tangan, apa yang tampak di luar tidak berubah, masih gelap gulita. Cahaya hanya muncul ketika pesawat melewati benda-benda ruang angkasa. Jarak antarbenda tidaklah dekat, sehingga meski kecepatan pesawat sangat tinggi, tidak terlalu memengaruhi kondisi tubuh penumpangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU ON BOARD
FantasiWei An menutup mata untuk selamanya, tetapi beberapa detik kemudian dia terbangun di tempat yang asing. Mengalami banyak hal dan mulai mempelajarinya, akhirnya dia mengerti. Wei An terlahir kembali dan hidup sebagai antagonis di dalam sebuah novel y...