Chapter 9-Gifted

96 9 1
                                    

Next day in the morning..

Alarm Alena berbunyi begitu nyaring. Dengan mata yang masih terpejam, tangan gadis itu mencoba meraih ponsel di meja.
"Ya ya aku bangun.. " Ucapnya sendiri seraya mematikan alarm. Gadis itu terdiam dan menatapi pakaiannya.
"Hmm sepertinya aku tertidur lagi disofa.." Ucap Alena lagi seraya meregangkan badannya sejenak.

Dalam keadaan masih mengantuk, dengan santainya Alena berjalan menuju dapur. Gadis itu masih belum tersadar sepenuhnya. Bahkan ia tidak menyadari kehadiran si tuan rumah. . . .Yup, Karl terbangun lebih awal karena ia harus mengerjakan beberapa tugasnya untuk diberikan pada Sheryl nanti. Pria itu terus mengamati Alena yang tampaknya masih begitu mengantuk.

"Pagi Stef! " Sapa Alena saat dirinya membuka lemari pendingin dan menuangkan segelas susu ke dalam gelas. Gadis itu berdiri membelakangi Karl.

Satu. . . Dua. . . Tiga. . . Empat detik kemudian Alena terdiam saat menyadari sesuatu.

Kedua matanya mengamati sekitaran dapur yang tampak...berbeda. Perlahan ditaruhnya kotak susu itu.

"Tunggu!...ini bukan dapur bibi Lori" Ucap Alena dengan sangat pelan. Matanya masih menulusuri interior dapur. Sampai akhirnya ia mulai menyadari akan sosok pria yang duduk dimeja makan itu, yang tadi disapanya . . .Stef.

Karl tersenyum kecil saat dilihatnya Alena yang tampak sudah terbangun dari kantuknya. Pria itu langsung berpura-pura memainkan ponselnya.

Perlahan Alena berbalik badan dan....
"Uhmm. . . Morning Mr. Karl" Sapa Alena dengan senyuman gugupnya.

"Morning Alena, kukira kau lupa namaku," Balas Karl sambil berkutat dengan ponselnya. . . Yang mana sebenarnya Karl saat ini sedang menahan tawanya melihat apa yang Alena lakukan.

Alena tertawa gugup lalu berbalik badan dengan cepat. Berusaha menahan rasa malunya.
"Kau bodoh Alena! Seharusnya kau tidak duduk disofa itu semalam" Gerutu Alena sendiri dengan sangat pelan.

"Aku ingin double french toast dan americano untuk pagi ini Alena" Pinta Karl.

"Ba-baik tuan." Tanpa berlama-lama Alena langsung menyiapkan sarapan untuk bos nya itu.

Tidak memakan waktu lama,double french toast dan americano sudah tersaji diatas meja makan. Bahkan Alena menambahkan potongan buah-buah untuk cemilan.
Setelah menaruh semua makanan itu diatas meja makan, Alena pun bergegas menuju sofa untuk meraih tasnya. Namun baru akan melangkah,Karl memanggilnya.

"Alena!. . .aku tidak suka buahnya, bisa kau habiskan itu." Ucapnya dengan santai.

Alena melirik semangkuk buah-buahan yang disajikannya tadi.
'Really? Dia tidak suka buah? Sejak kapan?..' batin Alena.
Ia pun akhirnya duduk berhadapan dengan bos nya itu.

"Ma-maafkan saya tuan karena tertidur di sofa anda tadi malam. Dan. . .maafkan saya juga karena bersikap tidak sopan pada anda tadi" Ucap Alena dengan penuh rasa gugup. Ia berharap Karl tidak marah besar karena perilakunya.

"No problem. Anggap saja sebagai rasa terima kasihku padamu Alena. Well, hari ini kau bisa bersantai." Balas Karl. Alena mengamati wajah pria didepannya itu dan tiba-tiba ia tersenyum sendiri saat mengamati wajah tegas khas pria eropa itu dari jarak sedekat ini.

"Terima kasih Mr. Karl. . Uhmm, apa anda sudah lebih baik hari ini tuan?" Tanya Alena. Disaat itulah Karl yang sedari tadi fokus pada ponselnya, langsung beralih menatap gadis didepan itu. . . .

Karl terdiam menatap Alena. Tatapannya seolah terkunci oleh manik mata yang jarang dilihatnya.

Alena sendiri bingung kenapa bos nya itu menatapnya begitu lekat. . . 'Apa ada sesuatu diwajahku saat aku terbangun tadi? Kenapa dia menatapku seperti itu?' ucap batin Alena.

The day I met You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang