Chapter 2- Stranger

196 12 2
                                    

Three months later..

Alena

"Kurasa aku tau kenapa Mr. West memintaku datang lebih awal hari ini.. " Ucapku sendiri, seraya menaruh ponsel diatas meja rias.

Tak lama pandanganku pun beralih menatap pantulan diriku dicermin.
"Well, aku harus tetap berusaha setelah ini. Yep,everything's gonna be ok Alena" Lagi. Aku mencoba memberi semangat diriku sendiri saat berkaca didepan cermin.

"Berusaha untuk apa?.. "

Aku langsung menoleh ke sumber suara, dimana tidak lain Stefan kakak sepupuku tengah bersandar disisi pintu kamar. Menatapku seperti akan mengejek.
"Kukira kau sudah berangkat" Ucapku seraya kembali memakaikan softlens di mata kiri ku.

"Dan membiarkan adikku ini berangkat sendiri naik bus?... Nope,, aku akan mengantarmu lebih dulu" Balasnya.

Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya tanpa mengatakan apapun. Pria itu berjalan mendekatiku.
"Kenapa kau terus memakai benda itu? " Ucapnya kemudian.

"Karena warnanya sangat bagus dan lucu saat ku pakai. " Jawabku santai. Stefan terkekeh pelan  mendengar jawabanku barusan,yang tentu saja ia tahu itu bukan alasanku sebenarnya.

"Warna matamu lebih indah dibandingkan dengan.. Hmm.. "

"Softlens, ini namanya softlens Stefan" Sela ku.

"Ya ya ya whatever... Lagipula masa sekolah mu sudah berakhir dan gadis-gadis bodoh itu tidak akan lagi membully mu. Kau tahu, mungkin kau bisa mendapatkan pekerjaan sebagai model. Kurasa mereka akan menyukai daya tarik dari kedua matamu itu"

Aku tidak mengatakan apapun, sesaat setelah selesai memasang kedua contact lens berwarna caramel dimataku,aku pun segera beranjak.
"Gezz! Kau ini sangat berisik sekali. .Aku sudah selesai," Ucapku santai. Aku mendorong pelan tubuh Stefan keluar kamar, tanpa menggubris ucapan pria itu. Dan kami pun bergegas pergi.

Dalam perjalanan menuju restoran dimana tempatku bekerja... Sialnya,aku kembali teringat dengan ucapan Stefan mengenai gadis-gadis pembully saat masa sekolahku dulu. Yeah, masa-masa SMA ku menjadi salah satu kenangan yang tidak seharusnya aku ingat lagi.

Terlahir dengan kelainan Heterochromia (kelainan pada iris mata) membuatku menjadi bahan rundungan beberapa anak-anak lain disekolah ku dulu. Stefan selalu bilang kalau mereka hanya iri dengan keindahan kedua mataku ini. Dulu, aku selalu mencoba menghindar dan bersikap tidak peduli pada mereka yang selalu mengejekku.

Alasanku saat ini selalu memakai softlens ketika berada diluar rumah,karena aku tidak ingin menjadi pusat perhatian orang lain saat mereka melihatku. Terkadang aku memakai kacamata dengan frame yg sedikit tebal agar menyamarkan area sekitar mataku.

Warna mata kananku berwarna silver dan yang kiri memiliki dua warna yakni silver dan hazel. Ayahku pernah bilang kalau kedua mataku ini adalah hadiah istimewa dari Tuhan yang harus selalu aku syukuri. Dan yup, aku tidak pernah menyesal karena berbeda. Hanya saja aku kurang percaya diri jika berada disekitar orang banyak.

Gerakan tangan didepan wajahku,membuatku tersadar dari lamunan tentang masa laluku itu.
"Hello, are you there Alena? " Tanya Stefan.

"Uhmm yeah. Thanks Stef, kau tidak perlu menjemputku nanti. Aku akan menemui Paige setelah selesai nanti" Ucapku kemudian seraya melepas seatbelt.

"Alright then.. Have a good one Alena" Ucap Stef kemudian. Aku pun masih berdiri disamping mobil Stefan hingga mobil pria itu melaju pergi.

Aku melirik jam diponselku yang baru saja menunjukan pukul tujuh tepat. Entah kenapa aku begitu gugup padahal aku tahu alasan Mr. West memintaku datang lebih pagi hari ini.

The day I met You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang