24. Salah Tingkah

341 87 9
                                    

Nadya ke luar dari kelas dengan langkah gontai. Sampai dia tiba di taman kampus pun Nadya masih terlihat tidak bersemangat. Dia hanya mengikuti kemana dua sahabatnya melangkah.

Nadya seperti itu bukan karena sebal dengan perkuliahan yang baru saja selesai. Bukan juga karena lelah atau terusik dengan gosip itu.

Gosip itu sudah reda. Ya setidaknya tidak ada lagi yang membicarakannya. Tidak seheboh kemarin. Nadya dengar mereka kini tahu kalau Nadya ke indekos Zul bersama Maher dan Rohan karena menemani Zul yang sedang sakit. Bukan karena melakukan hal yang tidak-tidak. Tidak tahu juga mereka tahu darimana. Mungkin dari salah satu anggota paduan suara yang menyebarkan.

Sudah dua minggu sejak keluar dari rumah sakit ia tidak bertemu Nugie. Terakhir ia bertemu lelaki itu saat Nugie membantunya menggantikan Nando mengantarkannya pulang ke rumah dari rumah sakit. Setelah itu, Nugie bagaikan hilang ditelan bumi. Tidak ada kabar sama sekali. Di kampus, lelaki itu tidak terlihat batang hidungnya. Pun ketika Nadya menyempatkan mengunjungi panti sekali di akhir pekan kemarin bersama Sera dan keluarganya.

Nadya tahu ia tidak berhak menerima kabar apapun dari Nugie karena dia bukan siapa-siapa cowok itu. Tapi, sebagai seorang yang menaruh rasa, dan fakta bahwa mereka dekat beberapa bulan belakangan, tidak bertemu sebentar saja rasanya seperti ada yang kurang.

Nadya rindu. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mau mengiriminya pesan menanyakan keberadaannya kok rasanya canggung. Apa yang akan dia katakan nanti jika Nugie bertanya kenapa mencarinya? Tidak mungkin 'kan Nadya bilang dia rindu.

Karena kebimbangannya itu alhasil sedari tadi dia hanya membuka tutup ruang obrolannya dengan Nugie tanpa mengetikkan sepatah kata pun disana.

Nadya mendesah kasar. Sedikit membanting ponselnya ke atas meja. Ketidakberdayaannya membuatnya kesal.

“Kenapa lo?” tanya Erika, “Dari tadi galau banget.”

Nadya meliriknya. Erika belakangan ini dekat kan, dengan Nugie. Mungkin dia tahu Nugie dimana. Meski kemungkinan Nadya akan bertambah galau jika Erika lebih tahu dimana Nugie ketimbang dirinya, Nadya akan tetap bertanya padanya demi memuaskan rasa penasarannya terhadap keberadaan Nugie.

“Lo ada ketemu Nugie nggak, Ka?” tanya Nadya akhirnya.

Erika menggeleng saja.

“Lo tau nggak dia kemana? Kok gue jarang liat dia ya akhir-akhir ini.”

“Mana gue tau. Emang gue pacarnya,” jawab Erika cuek.

“Lo kan deket sama dia belakangan ini. Kali aja lo tau.”

“Ya kan nggak mesti tau jadwalnya dia juga,” balas Erika, “Kenapa sih? Kangen ya lo? Telpon lah.”

“Nggak ah. Mau bilang apa gue? Gue kan bukan pacarnya.”

Erika seketika tertawa, “Ternyata gini ya kalau Nadya jatuh cinta. Gue baru liat lo galau gini karena cowok. Lucu banget.”

Nadya mencebik sebal.

“Telpon aja. Minimal chat deh. Tanya dimana,” saran Erika akhirnya, “Jangan gengsi. Keburu disamber orang lho, nyesel entar.”

“Nggak bakal. Dia kayaknya lagi nggak deket sama siapa-siapa,” jawab Nadya yakin.

“Kayaknya kan? Emang dia pernah cerita ke lo dia lagi deket sama siapa?”

“Nggak sih.”

“Ya makanya.”

Nadya jadi berpikir, seingatnya Nugie sedang tidak dekat dengan perempuan. Tiba-tiba saja dia menatap Erika. Lalu, sedetik kemudian dia menggeleng-geleng. Ah, tidak mungkin. Erika kan tahu dia suka sama Nugie, jadi kali ini tidak mungkin.

Two Sides [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang