Jejak-jejak basah di aspal jalan sisa hujan masih terlihat. Nadya duduk canggung di atas motor besar milik Nugie. Untungnya udara dingin tidak terlalu terasa karena jaket yang ia pakai. Bukan jaket Nugie, tapi miliknya yang ia ambil dari bagasi motornya. Saat Nugie memintanya memakai jaket cowok itu, Nadya jelas menolak. Khawatir cowok itu akan merasa kedinginan saat motor melaju. Nadya yang sering mengendarai motor kemana-mana sangat tahu udara yang berhembus saat kalian mengendarai motor tidak baik untuk paru-paru.
Ya, pada akhirnya Nadya pulang bersama cowok itu. Usai pernyataan perasaannya, Nugie menariknya beranjak. Katanya cowok itu ingin mengajaknya ke suatu tempat. Nadya tidak bisa mengelak kali ini, karena Nugie memaksa—juga karena memang Nadya ingin bersama cowok itu.
Sebelumnya, masalah motor, Nugie membawanya ke bengkel kenalan cowok itu dan menitipkannya disana. Sementara Nadya meminta Nando tidak usah menjemputnya. Sempat banyak pertanyaan dari abangnya itu sampai akhirnya Nadya jujur dia bersama Nugie yang untungnya Nando langsung mengizinkan, meski sempat meminta bicara langsung dengan Nugie. Sepertinya, abangnya itu sangat percaya pada Nugie. Padahal Nando tahu Nugie sempat menyakitinya.
Tarikan rem membuyarkan lamunan Nadya. Motor berhenti karena lampu merah. Pergerakan badan Nugie yang menegak membuat Nadya melirik cowok itu lewat kaca spion, yang lantas membuatnya terkejut karena ternyata Nugie sedang menatapnya juga.
Mereka saling memandang. Sejenak, tatapan mereka terkunci satu sama lain. Bisingnya suara kendaraan di sekitar seakan tidak terdengar, lenyap karena mereka hanya terfokus pada dunia mereka sendiri. Sampai akhirnya Nugie tersenyum, membuat Nadya menunduk salah tingkah.
Tepat sebelum lampu berganti hijau, tiba-tiba saja Nugie membuatnya tersentak dengan menarik kedua tangannya yang awalnya hanya memegang pinggir jaket Nugie menjadi mengelilingi pinggang cowok itu. Nadya tidak sempat mengelak karena Nugie sudah menancap gas membuatnya malah semakin mengeratkan pegangan. Dia seakan sedang memeluk Nugie sekarang.
Nadya meringis. Apa dia sedang menjadi selingkuhan sekarang?
Tapi, ini nyaman.
Ugh!
Motor Nugie berhenti di sebuah warung sate. Katanya cowok itu lapar. Tenaganya habis saat latihan basket. Tujuannya bukan restoran mewah. Hanya warung sate kaki lima biasa. Nadya sih, tidak masalah. Meski dia dari keluarga berada, bukan berarti dia makan di tempat mewah melulu. Dia sering makan di tempat seperti ini.
Setelah makan sate, yang dihabiskan Nugie dalam sekejap, Nugie mengajaknya berhenti di kedai es krim.
“Katanya lo mau ngajakin gue ke suatu tempat? Maksudnya makan sate sama es krim?” tanya Nadya sambil lalu. Dia fokus menjilati es krim-nya.
“Emang lo maunya kemana? Kencan?”
Celetukan Nugie membuat Nadya tersedak es krim.
“Gue nanya aja kok,” ujar Nadya tergagap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides [COMPLETED]
Genç KurguKarena... Setiap manusia punya rahasia. Setiap manusia punya rasa. Setiap manusia punya ego. Ego yang rentan terancam bila terusik. =================== Copyright © September 2019 by Sekarrina Do not copy paste this story without any permission =====...