15. Envious

381 91 10
                                    


Erika terburu-buru berjalan menuruni tangga. Pagi ini dia kesiangan, sementara dia ada kelas pagi. Garin juga sudah menunggunya di depan rumah. Erika bahkan menolak saat Cassie menyuruhnya sarapan.

“Erika! Tunggu sebentar, sayang!” panggil Cassie.

Erika yang sudah hendak sampai pintu rumah pun berbalik, “Apa, sih? Aku udah telat!”

Cassie tergopoh-gopoh menghampiri putrinya sambil menenteng bungkusan entah apa.

“Titip ini ke Nugie, ya. Kalian satu kampus, kan.”

“Ini apa?”

“Kue untuk ibunya Nugie.”

Erika menipiskan bibir. Ini pasti akal-akalan maminya—lagi—supaya dia bisa dekat sama Nugie. Padahal kan, tidak perlu susah-susah melalui dia, kirim langsung juga bisa.

Erika mengangkat bahu. Ya sudahlah, tidak apa-apa. Toh, dia juga mau dekati cowok itu. Ini bisa jadi satu alasan, kan.

Erika berpamitan dan bergegas menghampiri Garin yang sudah nangkring di atas motor tepat di depan rumahnya.

Begitu melihat Erika, Garin menunjukkan deretan giginya yang rapi, “Pagi, Erika. Itu apa? Lo bawa bekal? Tumben!” tunjuknya pada bungkusan yang Erika bawa.

“Bukan. Ini titipan nyokap. Udah yuk, jalan. Keburu telat,” sergah Erika cepat agar Garin tidak bertanya macam-macam.


~

~~

“Lo mau makan apa, Ka?”

“Ayam penyet deh. Dada, ya.”

“Iyee..tau gue.”

“Lo emang the best deh, Gar,” Erika mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Matanya membentuk bulan sabit terbalik. Garin mendadak salah tingkah. Disenyumin saja Garin deg-degan, apalagi sambil dipuji begitu. Double deg-degan! Lihat saja telinga Garin sudah memerah sekarang.

Cowok itu pun buru-buru pergi untuk memesan makanan di salah satu konter. Takut Erika menangkap kegugupannya.

Pada akhirnya, mereka harus rela absen kelas pagi karena terlambat. Berhubung Erika belum sarapan, mereka mampir dulu ke kantin sembari menunggu mata kuliah selanjutnya.

Semua ini karena Garin dan motor vespa bututnya yang selalu bikin Erika senewen karena jalannya kayak siput. Erika kadang heran sama sahabat kental manisnya dari SMA itu. Garin bukan berasal dari keluarga tidak mampu. Ayahnya pemilik pabrik makanan terbesar di Indonesia yang bahkan produk-produknya diekspor ke negara-negara Eropa sana. Ibunya adalah dokter spesialis bedah tulang. Garin bahkan sudah memiliki usaha sendiri yaitu memproduksi makanan khas Korea Selatan yang dijual online maupun offline, yang Erika tahu omzetnya mencapai puluhan juta sebulan, dan sebentar lagi kabarnya dia akan membuka kedai coffee shop. Tapi tunggangannya kenapa motor butut itu terus kemana-mana? Seharusnya badan sejangkung Garin minimal naik motor sport. Kalau bukan karena pemiliknya adalah Garin, Erika mana mau naik motor butut itu.

Garin sih, santai saja tiap kali Erika menggerutu soal motor kesayangannya. Erika nggak tahu aja harga motornya itu bahkan seharga mobil sedan. Dan motornya itu nggak butut, ya! Ini keluaran terbaru. Limited edition pula. Dasar Erika nggak update! Erika cuma tahu harga dress, sepatu, tas, make up, dan lainnya keluaran merk ternama.

Two Sides [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang