Chapter - 18

78 22 71
                                    

Nadara Rafeyfa Azzura Dirgantara ──────────────── Pagi ini tepatnya di sekitaran gedung tua belakang sekolah, aku menonton dengan asyik pertunjukan dari ketiga gadis cantik itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadara Rafeyfa Azzura Dirgantara
────────────────
Pagi ini tepatnya di sekitaran gedung tua belakang sekolah, aku menonton dengan asyik pertunjukan dari ketiga gadis cantik itu. Dua tampak mendominasi. Sementara sisanya terkesan seperti budak yang sangat diharuskan memelas agar mendapat keadilan.

Pfffttt kuno sekali.

"Joy, gue mohon banget sama lo. Please, ... minta bantuan nyokap lo buat bantuin kasus Papa gue. Atau nggak lo, Selle. Please, kali ini aja ...," mohon Imelda untuk kesekian kalinya. Dari tempatku berdiri, terlihat Zoya dan Giselle mendelik tajam.

"Cih! Malas banget gue harus bantuin orang yang udah jelas-jelas kesandung korupsi," sarkas Zoya. Pernyataannya itu disetujui oleh Giselle.

"Hmm ... benar banget, Joy. Malu kali bokap gue harus ikut turun tangan menangani kasus bokap lo. Mel, lo pikir lo itu siapa, hmm? Atasan gue?"

"Joy, Selle, kita 'kan sahabat. Lo berdua tega lihat gue sengsara?" balas Imel. Wajahnya mulai memerah antara menahan tangis juga amarah.

"Ckck. Gini ya, Mel." Zoya menjeda sejenak perkataannya. Dia mendekati Imelda lalu memukul pelan kepala gadis itu. "Gue paling ogah sahabatan sama orang yang gak berguna!"

"T-tapikan gue selama ini udah ngikutin perintah lo berdua. Gue udah datang kesini, pura-pura jadi temannya Nadara, nyari informasi, sampai—"

"Apa? Lo malah jadi mak comblang, Mel! Bukannya adudomba, lo malah bikin mereka jadian. Sadar gak sih sebenarnya lo itu bodoh banget. Gue sama Joy cuma manfaatin lo, Imelda Via! Sadar diri ya," potong Giselle. Kulihat Imelda tak dapat lagi menahan tangisannya. Wajar saja, ini benar-benar mengerikan.

"Hiks ... jahat! Gue tulus sahabatan sama lo berdua ... hiks ... tapi kenapa kalian tega sama gue? Apa kesalahan gue ...? Gue juga—"

"Cukup! Kalau mau curhat jangan disini. Percuma, gue ataupun Giselle gak akan tiba-tiba mau nerima lo lagi. Sekali lagi biar gue perjelas. Persahabatan kita sampai disini, Imelda!" tekan Zoya lantas melangkahkan kakinya diikuti Giselle meninggalkan Imel. Gadis itu berjongkok, meratapi nasibnya seraya tersedu-sedu.

"Sudahi tangisanmu! Serahkan masalah itu padaku. Aku akan berbicara pada Daddy untuk mengerahkan anak buahnya. Tapi dengan syarat ayahmu benar-benar tak bersalah," ujarku menginterogasi apa yang dilakukan Imel. Dia tersentak lantas berdiri dan menatapku dengan berbagai raut yang dicampur-adukkan.

"N-Nada ...." Imelda menunduk dalam. "J-jangan! I-itu gak perlu, Nad. Hiks ... gue udah jahat sama lo. Gak usah repot-repot bantu gue ...."

"Memangnya salah jika aku membantu temanku?"

Gadis ini mendongak. Wajahnya masih basah dengan air mata. "E-eh?"

Aku tersenyum manis. "Lupakan Zoya serta Giselle dan mari berteman denganku," ujarku meregangkan tangan bersiap memeluknya. Terlihat sekali keterkejutan pada wajah cantik itu. Well, sebelumnya aku pernah berkata, aku nyaman berteman dengannya. Tak peduli jika dia tidak tulus mendekatiku. Aku tetap ingin menjadi temannya.

Best Part [ COMPLETED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang