Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nadara Rafeyfa Azzura Dirgantara ─────────────── Setelah sekian lama aku mengetuk pintu kayu ini, akhirnya wajah pria itu muncul juga di hadapanku. Dia menampilkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi tanpa sedikit pun merasa bersalah.
Aku mendengkus, "Lambat sekali! Apa kau sedang diare?!"
"Hehe sudahlah jangan memarahiku. Aku sedih, tahu," ujarnya gemas. Kalau seperti ini, aku bisa apa? Alih-alih menyemburkan lava, aku mencubit kedua pipinya. Dia tidak meringis, melainkan melebarkan senyumannya.
"Kau boleh masuk, tapi jangan terkejut. Oke?" aku mengangguk saja. Memangnya dia sedang membuat pesta kejutan untukku? Umm ... tapi perayaan hari ulang tahunku masih terhitung beberapa waktu lagi.
"SELAMAT DATANG NADARA!"
A-astaga! Jantungku berdegup kencang. Apa katanya? Jangan terkejut? Huh, bagaimana bisa aku menahannya? Ini bukan sesuatu yang kuharapkan. Huft, mengapa harus ada sekelompok pria menjengkelkan di rumah ini? Niatku hanya ingin berduaan bersama Zayn sambil menikmati masakan yang kubawa dari rumah.
"Kalian menguntitku?!" todongku memekik tajam. Para pria itu—siapa lagi jika bukan Jarsezasa—menggeleng kompak disertai jari telunjuknya yang berlenggak-lenggok ke kanan dan ke kiri.
"Oh, tentu tidak, Nadara! Kamu jangan suudzon dulu ya, sayang," balas Jay mengedipkan sebelah matanya. Aku bergidik ngeri.
"Gak ada yang tau kalau kita itu sebenarnya jodoh ahahahaha ...," timpal Rio. Mulut mereka benar-benar mengundang pukulan tanganku.
"Aku jodohmu, kamulah jodohku. Kamu tak mau, 'ku tak peduli. Coba kau pikir dimana ada cinta seperti ini? Kamu selingkuh, aku pun selingkuh. It's easy men!" suara fals Satria terngiang-ngiang dalam spekulasi. Ayolah, aku masih menyayangi nyawaku. Jangan membuatnya melayang dengan gendang telinga yang pecah.
Aku membalikkan badan menghadap Zayn. Kugenggam jemari telunjuknya erat, "Sudah kukatakan aku hanya ingin berdua bersamamu, Zayn. Apa kau tidak mengerti? Tega-teganya kau mengundang mereka tanpa sepengetahuanku."
"Aku tidak mengundangnya, Fey. Mereka datang sendiri kemari. Akan sangat terkesan berlebihan, bukan, bila aku meminta mereka untuk kembali? Lagipun, mereka hanya ingin membuat kenangan bersamaku. Memangnya itu salah?"
"Pfffttt tidak! Aku yang salah," ujarku mengalah pada pembicaraan. Aku berjalan lemas kemudian menduduki sofa panjang depan TV. "Awsshh ... apa ini? Jorok sekali!"
"Eh? Hehe itu tadi bekas ngemil, sayang. Maafin ayang Jay, ya?"
Si playboy ini. Apa dia pernah berpikir bahwasanya aku tidak mudah melabuhkan hati pada seorang pria? Terlebih lagi dengan tipe seperti dirinya. Bukan bermaksud mencemoohkannya, tapi cintaku hanya untuk Zayn. Umm ... aku bahkan tidak tahu apakah nanti selepas Zayn pergi, aku akan kembali merajut cinta dengan pria lain? Kuharap Tarazayn Airlangga Husein akan kembali dilahirkan.