Chapter - 22

121 19 7
                                    

Nadara Rafeyfa Azzura Dirgantara ────────────────Sepekan sudah aku disibukkan diri untuk menemani daddy mengurus sidang perceraiannya dengan dalih perencanaan pembunuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadara Rafeyfa Azzura Dirgantara
────────────────
Sepekan sudah aku disibukkan diri untuk menemani daddy mengurus sidang perceraiannya dengan dalih perencanaan pembunuhan. Ditemani Evelyn, kami pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Huh, melelahkan tapi aku tak sabar menunggu hasilnya seperti apa. Pasti sangat menyenangkan begitu kami telah sepenuhnya terbebas dari jeratan Laurent sang penjilat.

Dihari berikutnya, aku mengunjungi Zayn. Kabar yang kudapatkan dari Jarsezasa sangat tidak memuaskan. Selama sepekan, pria itu sama sekali tak menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Jangankan untuk membuka mata, hanya sekedar menggerakkan jemari saja rasanya mustahil. Pfffttt ayolah Tarazayn.

"Zayn, ... sebenarnya kau ini masih berada di dunia atau tidak? Angkuh sekali kau dengan tidak menyapaku selama satu minggu. Kau berubah, tidak seperti Zayn yang selalu merindukanku ...." suaraku kian melirih karena tak kuasa menahan sesak.

Biasanya pria ini akan menemuiku setiap beberapa jam sekali. Dia berkata rindu hingga tak kuasa menahannya. Tapi kini? Zayn tertidur begitu pulas dan melupakan dunia ini. Seakan-akan dia tengah melaksanakan simulasi kematian.

Zayn, ... aku membencimu yang seperti ini. Setidaknya tataplah wajahku sebelum kau benar-benar pergi ... kumohon, berikan aku waktu untuk mengukir hari yang tidak dapat dilupakan. Bangun dan temani aku untuk beberapa saat. Kumohon ....

Aku menggenggam erat jemarinya. Dingin dengan warna pucat pasi itu. Dia benar-benar menyerupai mayat. Berat badannya melorot. Kanker ganas itu merusak segalanya.

Seharusnya setelah daddy menceraikan Laurent, kebahagiaanku akan mencapai titik maksimum. Menjalani hari-hari dengan sempurna bersama daddy, Evelyn, dan tak lupa dirimu Zayn. Aku akan menghabiskan waktu bersama kalian. Kemudian belajar untuk mempersiapkan diri di perguruan tinggi nanti.

Zayn ... kau tahu? Aku tidak pernah lelah memanggil namamu. Tanganku juga tidak lelah membelai puncak kepalamu. Mengecupmu, berbincang bersamamu, tertawa dan/ atau menatap wajahmu. Hanya kau pria yang kumaksud, Tarazayn Airlangga Husein.

Cup

Kukecup lembut keningnya lama. Membungkukkan badan untuk bisa mengelus setiap inci pahatan sempurna mahakarya Tuhan. Terlihat begitu tenang seperti tak pernah merasakan sakit. Kedua kelopaknya tertutup rapat. Entahlah mungkin direkatkan dengan lem.

Zayn yang tidak menjalani kemoterapi tentu saja tidak kehilangan rambutnya. Aku merapikan tatanan surai cokelat itu. Alasan konyol yang membuatnya sangat-sangat menghindari kemoterapi adalah ia tidak ingin kepalanya gundul tanpa sehelai rambut. Orang-orang akan menaruh curiga akan hal tersebut.

Tarazayn, kau terlalu memikirkan citra dari banyak orang. Ternyata pria itu tak sepandai yang aku kira. Seharusnya dia lebih mementingkan keselamatannya daripada pendapat orang-orang. Biarkan audiens menilai tanpa tahu yang sebenarnya terjadi. Mereka sudah biasa seperti itu, 'kan?

Best Part [ COMPLETED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang