Ch. 21

2.1K 325 28
                                    

Jadi apa yang dilakukan Felix setelah ia dipecat dari kerjaan yang impi-impikan nya maka terlihat baik baik saja di depan asisten Im pun harus ia lakukan.

"Tuan Im, saya akan pulang agak malam mungkin karena mengerjkan tugas kuliah"

"Tuan Felix sudah baik baik saja?"

"Sudah, sudah sehat" balas Felix saat ditanya.

"Apakah perlu diantar?"

Maka sebagai bentuk dari jawaban atas sebuah pertanyaan, Felix menggelengkan kepala. "Tidak perlu Tuan Im saya bisa sendiri"

"Kalau begitu, semangat Tuan Felix"

Kemarin seharian Full ia sudah istirahat. Jadi hari ini Felix ingin lebih produktiv.

Karena Hidup adalah serangkaian perubahan yang alami dan spontan. Jangan ditolak karena itu hanya membuat penyesalan dan duka. Biarkan realita menjadi realita. Yang harus Felix terima dengan lapang dada.

Membiarkan sesuatu hal mengalir secara alami, sama seperti halnya Felix menerima kenyataan hidup yang dihadapi tanpa harus denial.

Karena Felix Lee percaya Setiap masalah pasti akan mendewasakan dirinya sendiri. Felix tidak perlu marah dan menolak hal-hal yang terjadi, sekalipun hal itu sangat menyakitkan bagi dirinya kini.

Di balik setiap peristiwa yang terjadi, ada hal-hal baru yang bisa Felix mengerti ketika Ia sudah bisa merelakan kenyataan sebagai sebuah kenyataan, bukan lagi sebagai mimpi mimpi tanpa tahu pasti.

"Ya mari mencoba menerima semua ini, semangat Felix Lee" monolog Felix dalam hati sebelum melangkahkan kedalam kelas yang sudah ramai sekali.

"Felix aku sangat khawatir. Kemarin kau tidak masuk kelas. Ditelpon tak diangkat— huhh kau ini menyebalkan" Eric memprotes tepat setelah Felix duduk di meja samping jendela.

"Aku agak tidak enak badan kemarin"

"Kalau hari ini?" Semangat Eric bertubi tubi sepertinya dalam menggali Informasi mengenai keberadaan Felix perihal kemarin hari.

"Good" ancungan jempol dengan senyum tulus itu Felix beri.

"Syukurlah, kalau begitu kita bisa mengerjakan tugas bersama lusa nanti"

"Tugas?"

"Kau sehari tidak masuk tugasnya sudah ada tiga"

"Yahhhhh"

Kalau perihal kuliah izinkan sebentar Felix mengeluh kepada Tuhan.

Menenteng sepatu dan bercerita di telpon bersama Eric setelah sampai di manison itu Felix lakukan.

Selesai menaruh kepunyaannya di rak yang tersedia. Kaki Felix melangkah masuk ke rumah mewah dan megah itu tanpa melihat ada yang memperhatikannya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Iya lusa saja—"

"Eumm baiklah di apartement mu"

"Kenapa? Sedang direnovasi? Yahh bagaimana—"

"Diflat ku? Tidak bisaa huhuhu sedang eummm ituu— kau tau kan ric, sangat sempit disana" bohong Felix.

"Kau mau kita mengerjakan dirumah Sunwoo, pacarmu..
apa tidak akan menganggu? Oh kau bosan mengerjakan itu disana? Mmm baiknya dimana ya—"

Temu pandang setelah akhirnya Felix sadar ada seorang yang tak asing duduk disofa mahal Ruang Utama.

Panggilan itu Felix hentikan setelah ia sadar kalau yang dilihatnya Siapa.

there's a no limit to your loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang