Tiba hari sabtu lagi. Saat nya kelas tata krama, Tapi dari mulai pagi hingga menjelang malam hari sekitar jam delapan Felix tidak melihat sama sekali tanda tanda Tuannya.
Apakah lupa?
Felix tidak mau sekiranya ia disuruh mengira ngira. Kemarin setelah berbincang singkat bersama Hwang Muda itu Felix disuruh memilih berbagai macam kebutuhan tentang pernikahan dan ditanya apakah ada keinginan Felix yang harus dipenuhi si Hwang.
Maka Felix akan meminta satu saja sebagai balas budi selain uang satu miliyar.
Sebelum mereka benar benar menikah, Felix akan mengajukan satu syarat yang tidak mungkin berat.
"Apa yang dilamunkan?"
Ditanya begitu, jantung Felix bertalu talu. Orang yang dipikirannya duduk berhadapan kini disofa ruang tengah yang sudah dimatikan lampu utama. Jadi remang remang adanya.
"Tuan Hwang"
Hyunjin tidak membalas panggilan Felix dan hanya menatap seperti bertanya ada apa.
"Bisakah saya meminta tolong sesuatu, setelah ini tidak perlu apa apa lagi— untuk vendor dan lain lain saya sudah menyetujui semua yang Tuan pilih sebagaimana seharusnya"
"apa itu?"
"Tuan Hwang meskipun ini pernikahan sementara, tapi ini juga pernikahan yang pertama untuk saya— tolong gandeng saya di altar saat masuk karena ibu saya tidak ikut. Jadi saat melakukan sumpah kita lakukan berdua dan nanti tolong tatap saya" Felix berujar permintaannya.
Hwang muda itu cuman terdiam, tidak bereaksi apa apa.
Dan Felix mendunduk takut, sekelibat pemikiran menyalahkan permintaannya yang seperti kekanak kanakan. Felix terlalu mendalami peran.
Tapi sekon berikutnya pikiran itu hilang begitu saja. Saat Hyunjin mengacak pelan rambut Felix gemas. Kemudian tangannya digenggam di ajak ke bagian samping kolam renang.
"Mau latihan dulu?"
—
Tangan itu tersampir di tangan yang lebih besar. Seperti mengandeng karena mereka sedang latihan berjalan di altar.
Bersama sepoi sepoi dinginnya angin malam samping kolam renang. Namun berkebalikan dengan hati Felix yang menghangat saat Tau Hyunjin disebelahnya juga tak kalah gelagapan.
Langkah langkah kecil itu di ambil.
"Tuan Hwang?"
"Ya"
"Dalam hati, haruskah menghitung agar saya tidak begitu gugup"
"Kamu gugup?"
Langkah itu terhenti. Felix menoleh ke orang yang lebih tinggi.
"Rasanya mau meledak disini" tunjuk Felix pada jantungnya. Dan Hyunjin tertawa.
"Lakukan apapun yang membuatmu tidak gugup"
Felix mengangguk. Dan mereka berjalan lagi perlahan lahan sebelum sampai ayunan yang diibaratkan mimbar pernikahan.
"Tuan Hwang sendiri?"
"Apa?"
"Tidak gugup?" Tanya Felix.
Namun yang terdengar sebagai jawaban hanya suara hewan malam. Hwang Hyunjin memilih diam.
Dan Felix paham. Memang sedang berharap dalam harapan kosong rupanya.
Terus melangkah sampai akhirnya tiba. Felix dan Hyunjin berbalik menghadap sisi yang seharusnya yaitu menghadap satu sama lain.
Felix sudah bersin. Karena kedinginan. Padahal tadi ditawarkan jaket oleh sang Tuan.
Hyunjin memulai latihan sumpahnya "—maka saya Hyunjin Hwang, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu Felix Lee menjadi pasangan saya. Saya berjanji untuk selalu setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu —"
Felix melanjutkan kata kata Tuannya yang terhenti entah karena apa "—Saya akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidupku. Demikian janji saya, semoga Tuhan selalu menolong kita berdua selalu—" sedikit Felix ganti, akhirnya menjadi kata "kita" yang seharusnya hanya "saya"untuk mereka berdua.
Felix diam. Mencari kebenaran perasaan seorang Hyunjin Hwang dalam manik kelam mata sang Tuan. Tapi jelas saja tidak akan pernah menemukan sebuah jawaban yang pasti.
"Ayo kita masuk. Kamu bisa demam jika kedinginan"
Tatapan itu terpecah. Yang memecah pertama jelas Hyunjin. Karena Felix berharap lebih lama tenggelam dalam rasa.
—
Orang bijak mengatakan hanya orang bodoh yang jatuh cinta dengan gila, tapi jelas Felix Lee tidak bisa untuk tidak jatuh cinta pada Tuannya.
Apakah Felix akan tinggal untuk selamanya mematahkan mantra dua tahun yang sudah disetujui diatas hitam dan putih yang mereka sepakati bersama
apakah itu dosa? Mencintai yang seperti tidak semestinya.
Seperti sungai yang mengalir pasti akan bermuara ke laut
Felix akan berteriak begitu bahwa Jatuh Cinta bukanlah sebuah dosa.beberapa hal yang dimaksudkan didalamnya untuk menjadi hal hal yang memang semestinya terjadi jika seseorang jatuh cinta.
Peganglah tanganku, ambil juga hidupku
karena aku tidak bisa tidak jatuh cinta padamuLirih Felix melangkah pada altar putih yang sudah penuh darah merah muda yang ada didepannya.
Hyunjin tersenyum di ujung sana, menunggu Felix sampai pada tempat yang semestinya.
Sesuatu Hal tidak benar
Felix Terbangun kaget dan Ngos-ngosan.
Pikiran Felix berkecamuk hebat, mimpinya mengerikan membuat kering tenggorokan.
Jadi ditengah malam buta itu Felix berjalan ke area ruang tamu tepatnya Meja Makan hendak mengambil minuman.
Mendapati apa yang ia mau— Felix hendak balik ke kamarnya.
Ia terlalu takut, Rumah terlalu luas dan Mencekam. Bahkam saat lampu di matikan seperti ini.
Ingatan Felix melayang ke Eric "bila kau tau perihal rencana—"
Tidak bisa Felix, kau tidak boleh kurang ajar. Dalam Hati Felix menolak gagasan untuk mengintip ke kamar Tuan Hwang. Planninggnya sih Melihat Hyunjin tidur dan bergegas ke ruang baca.
Tapi otak Felix tidak mau di ajak kompromi.
Batinnya bergejolak. Tapi langkah kaki yang berjinjit jinjit itu mengikuti kata Hatinya tadi.
Mengintip Hyunjin dulu.
Menyerngit penuh tanda tanya besar, kamar Hyunjin terbuka separuh, lampu nya nyala. Jadi yang masuk di pikiran Felix bahwa oh bisa dengan mudah kumengintipnya.
Tapi begitu hendak mau melongokkan kepala.
"Felix"
Kata panggilan nama Felix membuatnya terhenti seketika diam tidak bergerak. Saat bahunya disentuh rasanya lutut Felix seperti jelly jadi kenyal dan tak terkendali.
Felix oleng saat menatap Tuan Hwang dengan jubah tidurnya masih terbangun segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
there's a no limit to your love
RomanceBagi Felix yang terjebak di Salah satu lemari jas pada Walk In Closet nya Hyunjin Hwang mengira- Bahwa ia tidak akan pernah bertemu lagi dengan sang Tuan Muda! Tapi apa mau dikata, dunia seolah bercanda tentang perasaan yang tumbuh secara sempurna d...