Ch. 10

2.3K 364 28
                                    

Situasi sekarang bagaimana ya cara menggambarkannya. Felix sendiri juga bingung.

Dan tidak paham. Tiba tiba terseret dan tersedot diantara para orang kaya ini. Melihat lagi tadi saat sebelum Eric datang menjemput Jaemin dan Renjun. Felix sadar Sunwoo itu yang dihadiahkan kue buatan Eric dan dibantu dirinya sedikit adalah pengusaha muda di bidang IT atau Software terkemuka.

Beralih ke Jaemin atau Nana yang merupakan Fotografer terkenal disampingnya ada Kak Mark yang paling tua diantara semua kelahiran Vancouver Kanada. Produser terkenal katanya. Felix juga tidak tau. Hanya dibisikin Renjun tadi sekilas saat mau duduk.

Jeno sendiri— siapa tadi? Duh Felix lupa saat diceritakan Eric saat memixer telur. Kalau gak salah sih punya perusahan besar yang bergerak dibidang properti turun temurun. Renjun juga gak kalah kaya—

Dan yang terakhir Hwang Hyunjin Tuannya sendiri. Epitome dari segala kesempurnaan, Muda— Kaya—Tampan bonusnya. Menoleh ke samping tepat ia bersebelahan duduk. Dan semua mengobrol dengan bahagia sambil melempar lelucon.

Baru kali ini melihat sang Tuan tertawa.

"Jadi kapan nu?" Ditanya Jeno, Sunwoo geleng geleng menunjuk Eric yang datang membawa makanan lagi dari arah dapur.

"Tanyain anaknya tuh, diajak nikah gak mau"

"Kuliah dulu" komentar Eric yang udah duduk disamping Sunwoo.

"Sedangkan lo Hwang! Gagal lagi yang terakhir?" Kini Kak Mark yang melempar pertanyaan pada sang Tuan.

"Ya gitu"

"Tiga kali gak sih, lo apain juga sampai para calon istri lo gak betah—" Renjun sepertinya yang paling sewot diantara mereka semua.

Diam diam Felix menaruh telinga untuk mendengarkan sambil pelan pelan mensesap Wine yang rasanya tidak seenak yang digambarkan orang orang.

"No comment"

Lesu. Felix gagal mendapat rahasia.

"Gue kenalkan sama kenalan gue mau? Model loh" Jaemin menawarkan dan Hyunjin itu geleng geleng.

"Gak dulu dah. Kalian aja duluan"

"Gak asik lo ah" keluh Jeno.

Percakapan itu berlanjut sampai berlarut larut. Tuan Hwang juga tak berniat mengenalkan diri mereka. Oh jadi Felix cuman iya iya saja. Berarti kontrak itu memang hanya untuk konsumsi mereka berdua.

Felix give up karena kadar alkoholnya jelek dan buruk. Jadi ia izin ke kamar mandi. Buat muntahkan segala isi perut.

Selesai membasuh. Felix sempoyongan berjalan keluar. Memegang semua yang ada disampingnya entah itu lemari atau dinding sampai pipinya yang panas ditepuk tepuk Eric yang masih bisa dikenalinya.

"Pulang besok aja ya Fel, badanmu gak kuat gini— aduh maap baget gak tau" Eric panik. Membawa Felix ke arah kamar paling pojok. Seperti kamar tamu.

Merasakan di baringkan. Kepala Felix masih keliyengan.

"Tidur disini dulu ya— pintunya aku tutup"

Pagi menjelang. Sinar matahari masuk lewat celah celah antara tirai kelambu putih di jendela. Bergelut antara badan yang dipeluk begitu posesifnya sampai kaki yang ditindis dengan kaki lainnya.

Menggerang. Felix mengeluh pusing. Hawa nya pagi ini yang menjelang siang juga masih dingin.

Sepertinya selimut nya tertendang ke bagian bawah. Jadi Felix mencoba mencerna suasana. Membuka mata perlahan lahan sampai melihat tangannya ada di dada bidang mendekati peleheran seseorang yang bernafas teratur seperti tidur.

there's a no limit to your loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang