Ch. 8

2.3K 368 33
                                    

Selesai mandi malam itu. Felix berjalan ke arah kulkas guna mencari makan. Sampai terkejut kejut karena segala keperluan ada di dalam lemari pendingin besar.

Asisten Im sudah membawakannya makan. Dan pamit kepada Felix. Tapi ia tak puas alias masih lapar.

Temaram lampu karena sudah di matikan seluruh rumah menjadi gelap. Kecuali cahaya dari ponsel Felix, yang di gunakanan untuk grasak grusuk mencari susu.

Berjingkat jingkat berusaha mencapai lemari yang agak tinggi karena dikulkas tidak ada yang ia mau.

"Dimana—" guman Felix rendah.

Berjingkat jingkat berusaha meraih rak yang lebih tinggi darinya dan melihat apakah ada susu vanilla di dalam, Felix limbung kebelakang mungkin ia akan terjungkang dan mendarat pada lantai marmer yang dingin tapi itu terhindar karena tangkapan sigap sang tuan.

"astaga" Felix sedikit terkejut dan merasakan kalau kepalanya di pegang dengan tangan besar begitu pintu rak kabinet atas terbuka dan tangan itu melindungi dahi Felix agar tidak terkantuk ujingnya. Susu dikeluarkan dari situ oleh Tuannya.

Bergerak kikuk dan setengah terkejut karena menghindar, Felix malah jatuh dengan tidak elit didepan si Hwang.

"huh" keluh Felix berusaha bangkit.

Disodorkan sekotak susu Felix mengambil gelas dan bergerak ke meja makan. Hyunjin mengikutinya juga. Diam tanpa kata kata jadi Felix inisiatif memberi susu Vanilla.

"rasanya aneh"

Menyergit tak suka, Felix jelas tak terima kesukaannya dihina. Tapi biarkan saja, malam ini ia tidak ingin berdebat berlarut larut.

Diperhatikan saat meminum susu Felix lebih tak suka lagi, jadi ia bertanya "ada apa?"

Hyunjin cuman menggeleng dan melangkah  ke lemari pendingin—kemudian mengeluarkan bir. Meneguknya dan mengatakan kalau rasanya jauh lebih enak dari minuman yang Felix punya.

Ia cuman bisa mencibir "dasar orang tua"

"apa katamu?"

Ditanya begitu nyali Felix menciut "Tidak Tuan Hwang, tidak ada apa apa"

Berdiri dari duduk, Felix ke wastafel mencuci gelasnya dan menaruh di rak. Kemudian pamit pergi dan langsung sadar kalau jalan ke kamarnya pencahayaan sangat kurang.

Berterus terang saja Felix takut sekali dengan setan dan mahluk sejenisnya. Meliahat Hyunjin yang tengah menikmati bir di meja makan, Felix bergidik ngeri mengingat kejadian kemaren ketika antara mereka terjadi lumatan yang sangat tidak bisa hilang dari pikiran Felix sekarang. Tuannya itu lebih parah dari Setan.

"yok bisa yok" bisik Felix pada diri sendiri sebelum berlari dengan pencahayaan ponsel kearah kamar.

"padahal sakelar lampu di sampingnya" sedangkan Hyunjin sudah berkomentar sambil geleng geleng kepala ketika Felix berlari cepat didepan.

__

Pagi menjelang dan Felix tidak sarapan dengan Hyunjin melainkan ditemani asisten Im yang terus berdiri disampingnya.

Felix merasa tidak enak, dan menjelaskan kalau dia bukan siapa siapa. Tapi laki laki paruh baya itu malah tersenyum dan mengatakan kalau "Tuan Felix adalah Tuan saya juga seperti yang dikatakan Tuan Muda"

Selesai dari itu Felix sendiri berkata jangan perlakukan dirinya istimewa karena ia orang biasa. Tapi malah ditawari di antar kan ke kampus.

Menolak halus Felix menjelaskan ia bisa sendiri, meskipun halte bus jauh sekali.

there's a no limit to your loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang