Ch. 7

2.4K 388 31
                                    

Duduk termenung di kamar baru yang tidak pernah Felix bayangkan sebelumnya. Ia tersenyum miris padahal baru kemaren menolak penjualan harga dirinya. Eh sekarang sudah terjual begitu saja.

Menoleh kearah pintu kamar yang tidak ditutup disitu Tuan Hwang berdiri dengan angkuhnya,

"cih" keluh Felix sebelum bangkit karena di suruh mengikuti yang lebih tua.

Berjalan membuntuti melewati bagian bagian rumah yang ternyata lebih besar dari Felix duga sebelumnya ia diajak ke area dapur kering.

"duduklah"

Bagaikan anjing yang penurut. Felix jelas duduk didepan Hyunjin namun dengan gelisah,

"ini kunci mobil dan kartu kredit jika dibutuhkan. Ah iya uang itu akan cair jika sudah sah mengucap janji di altar" ucap Hyunjin gak kira kira seraya melanjutkan perkatannya "kelas tata krama di mulai minggu depan ini jadwalnya, kuharap hasilmu tidak mengecewakan karena aku sudah membayar mahal untuk ini. Satu lagi Jangan gunakan bahasa Formal, aku tidak begitu suka!"

Felix bengong menatap kertas dengan tulisan jadwal yang padat didepannya, kelas tata krama apa tadi katanya. Ia mau jadi anggota kerajaan atau apa.

"jadwal itu sudah disesuaikan dengan kuliahmu jadi jangan khawatir asisten im pintar sekali mengatur jadwal"

Makin tidak percaya kalau Hyunjin tau segalanya tentang dirinnya Felix bergidik ngeri. Seperti kelinci yang sudah masuk perangkap. Apakah ia memang mangsa yang enak di jebak.

Membaca perlahan sambil bergumam mengenai jadwalnnya minggu depan di waktu akhir pekan Felix memprotes karena kelas tata kerama yang dibuatkan untuknya dilaksanakan 2 bulan.

"jadi ini 16 kali pertemuan?" Tanya Felix tidak percaya.

"ya, termasuk tata cara mengatur bicaramu sekarang"

Menggeleng geleng tidak percya Felix masih mencoba mencerna apa yang ada didepannya.

"baiklah!" putusan akhir Felix mau bagaimana kan? Jadi ia berdiri membawa kertas jadwal itu kekamarnya yang tadi tanpa mengambil kartu kredit dan kunci yang diberikan.

Masih bisa terdengar sih kalau Tuan Hwang Hyunjin itu memanggil diirnya dari belakang.

"hei anak ayam, kartu dan kunci mu"

Tapi Felix masih merasa punya harga diri ya meskipun cuman sebesar biji kacang kenari jadi dia tak mau mengambil apapun yang diberikan lagi kecuali yang sudah tertera di kontrak. Uang satu miliyar.

_

Bangun karena alaram pagi dari ponselnya Felix bergegas ke kamar mandi ruangan yang ada. Membersihkan diri kemudian mengambil keperluan kuliahnya dan keluar kamar sambil menenteng sepatu lusuh nya.

"arghh rumah ini besar sekali, pintu keluar sebelah mana!"

Masa bodoh, Felix berlari saja ke segala arah dan malah kembali ke dapur semalam tadi yang dimana Hyunjin tengah makan pagi.

"pintu keluar?" Tanya Felix panic melihat jam di ponselnya menunjukkan kurang 30 menit lagi masuk kelasnya.

Dengan garpu yang di pakai Felix ditunjukkan jalan oleh Hyunjin dengan santai.

"ok makasih" angguk angguk Felix kemudian menatap roti yang ada di tatakan mencomotnya satu untuk sebagai sarapan kemudian berlari kearah yang di tujuk sang tuan.

"sepertinya sikap yang itu harus di masukkan dalam kelas dasar Tuan?"

"ya asisten Im tambahkan ke jadwalnya yang baru" balas Hyunjin seraya kembali memotong motong makanannya.

_

Berjingkat masuk pelan dan menunduk dalam mengucapkan maaf yang sebesar besarnya pada prof Han karena sudah terlambat kelasnya. Akhirnya Felix duduk di samping Eric yang menatapnya terheran heran.

"kau baik baik saja" bisik Eric

"sejujurnya tidak, karena aku harus berlari dari rumah ke halte terdekat" balas Felix tak kalah pelan

"flat mu pindah?"

Ditanya seperti itu Felix gelagapan, jadi ia membentuk sebuah alasan konyol "aku menginap di rumah temanku"

"oh— Fel sore nanti kau kerja?"

Felix mengangguk atas pertanyaan Eric barusan.

"Lusa bagaimana?"

Ditanya lagi, Felix ingat ia tidak ada jadwal. "tidak"

"mau membantuku?"

"kalau bisa akan kubantu" balas Felix

"oke istirahat nanti kita bicarakan di perpus" senyum Eric mengembang dan Felix senang bis memebantu sang teman.

Langkah kaki Felix ringan menuju bagian ujung perpus seperti yang di janjikan Eric tadi. Duduk diantara rak rak buku yang tinggi akhirnya Felix bisa melihat Eric yang bebisik bisik memanggilnya mendekat.

"Hai" sapa Felix

"Hai"

"Jadi apa yang bisa dibantu" tanya Felix pelan pelan. Karena perpustakaan tidak boleh ribut kan.

"Eumm— kau tau kan aku punya pacar"

"Yap" Felix menggangguk karena gantungan racoon saban hari yang di pakai temannya itu menyita perhatian.

"Nah dia ulang tahun jadi aku akan membuat acara untuk nya. Kau mau membantuku membuat brownies?"

"Oh, bisa. Dengan senang hati" kata Felix riang senang kalau brownies yang ia beri ke Eric bulan kemaren ternyata disukai.

"Akhir pekan ini bisa?"

"Bisa" tanpa basa basi Felix mengiyakan. Ia baru mulai kelas tata krama minggu depan.

"Baiklah aku akan menjemput di flat mu?"

Menggeleng cepat. Felix menolak.

"Biar aku saja yang menyusul ke tempatmu?" Tawar Felix.

"Ahh begitu. Kayaknya lebih baik kau ketempat apartnya langsung. Nanti naik bersamaku. Aku menunggu didepan"

"Baiklah setuju" angguk Felix antusias.

Berjalan ke arah rumah sang Tuan kaki kaki Felix dilangkahkan dengan cepat karena hari keburu makin malam.

Lagian siapa juga orang yang akan tinggal di manison tanpa tetangga. Sudah pasti Tuan Hwangnya.

Mengeluh begitu Tapi Felix tetap jalan karena tidak punya tujuan lain lagi.

Tit—

Jantung Felix berdetak cepat. Karena bunyi klakson dari mobil dibelakangnya.

Lampu itu menyorot. melewati dirinya cepat.

terbengong bengong di tempat Felix tau kalau itu mobil Tuan.

mengumpat sebentar Sambil berlari sampai akhirnya ke depan gerbang utama yang dimana Hyunjin sudah keluar dari garasi setelah mematikan mesin super car.

Sedangkan Felix cuman bisa melihat sambil ngos ngosan.

there's a no limit to your loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang