Hari ini Ilaria melakukan banyak tes. Tetapi ia tak menunjukan tanda-tanda kekuatan sama sekali.
Five kesal. "Sudah aku bilang, fokus Ilaria. Kau mau kita semua mati!? Sembilan hari lagi kita berkemungkinan musnah!" bentaknya.
Ilaria menyisir rambutnya yang bertebangan karena angin. "Kau pikir ini semua salahku? Kau yang menyeretku ke sini Five!"
Five menatap Ilaria tajam. "Kau yang meminta ku menyelamatkanmu bukan!?" tegasnya.
Ilaria membuang wajah. Memang benar ia meminta hal itu. Tapi tak akan terpikirkan dia harus membalas sebesar ini.
"Aku tak punya kekuatan apapun Five! Jadi pulangkan aku!" protesnya semakin tinggi juga nada suaranya.
"Pulang sendiri sana! " balas Five tak kalah tinggi.
Ilaria menghentakan kaki dari halaman kediaman Hargreeves. Ia tak tahan lagi dengan sikap dan sifat Five yang kian lama kian menuntutnya.
Gadis itu segera berlari ia membuka pintu. Matanya berkaca-kaca. Ia marah, kesal, sedih.
Five tiba-tiba ada di depannya, menghadang gadis itu dan menyeretnya kembali masuk ke dalam kediamaan Hargreeves.
"Lepaskan aku! " cicitnya. Percuma Five masih terus menyeretnya. Tenaga Ilaria tak sebesar Five.
Lelaki itu akhirnya berhenti di depan sebuah pintu. Ia membuka pintu itu. "Masuk!"
Ruangan itu begitu gelap, Ilaria menggeleng pelan. Gadis itu agak takut kegelapan.
Five mendorong Ilaria masuk ke dalam ruangan itu. "Bertahanlah selama 3 jam, " ujarnya lalu kemudian pergi meninggalkan Ilaria yang terkunci dalam ruangan.
"FIVE! " jeritnya nyaring di dalam ruangan.
Gadis itu meringis. Matanya yang sendari tadi sudah berkaca-kaca kini sudah banjir air mata. Tak ia sangka Five akan setega itu kepadanya.
"I hate you so much! Five! "
Dingin, gelap, dan sunyi. Hanya ada sedikit cahaya dari kaca yang tertempel di dinding.
Air mata Ilaria sudah kering. Lagi pula untuk apa ia menangis. Ia sudah sering di kurung di ruangan kecil nan gelap sejak kecil. Meski yang satu ini lebih gelap di banding yang sebelum-sebelumnya.
Ilaria memeluk lutut di sudut ruangan. Ia mulai merasa kedinginan. Tapi sayang sudah 1 jam berlalu ia tak kunjung mendapatkan hasil.
Ia tak melihat atau mendengar hantu, ia tak merusak ruangan ini. Ilaria hanya bisa memeluk lutut berharap Five segera datang.
Tiba-tiba cahaya transparan terlihat di ruangan itu diiringi kemunculan lelaki berambut mullet, Vixtor.
Ilaria membulatkan matanya. "Holy shit! "
Vixtor terkekeh. Ia mendudukan diri di sebelah Ilaria. Gadis itu justru melontarkan tatapan tak suka.
"Mau apa kau? " tanya Ilaria.
Vixtor mengangkat bahu. "Menemanimu mungkin? "
Ilaria berdecih. "Tak perlu, aku sudah biasa sendirian. "
Vixtor menyentil dahi Ilaria. "Lalu kenapa kau menangis? Bilang saja kau kesepian, kau takut"
Ilaria memanyunkan bibirnya tak peduli apa yang Vixtor ocehkan selanjutnya.
"That awkward moment when you're wearing Nike's and you can't do it".
Vixtor tertawa sendiri karena ucapannya sendiri. Memang lelaki itu sangat aneh.
"Eh tidur? "
Tanpa ia sadari Ilaria tertidur. Vixtor menghentikan ocehannya. Ia meletakan kepala Ilaria dipundaknya. Membiarkan gadis itu tertidur tenang disenderannya.
•••
Ilaria terbangun begitu Five membuka pintu ruangan itu. Gadis itu terdiam sejenak, merasa sedikit pusing.
"Ilaria, " sapa Five.
Begitu menyadari apa yang terjadi, Ilaria menoleh ke kanan kiri mencari Vixtor yang menemaninya beberapa jam.
"Vixtor? Vixtor!? " panggil Ilaria masih berusaha mencari lelaki itu dan menghiraukan keberadaan Five.
Five memutar bola mata malas. Lagi-lagi, Vixtor. Memang siapa sih lelaki bernama Vixtor itu? Sehebat apa sih dia sampai-sampai Ilaria menghiraukan Five.
Lelaki itu mengangkat bahu Ilaria, membuat gadis itu berdiri seketika. Five menguncang tubuh Ilaria. "What the fuck are you doing! " geram lelaki itu.
Ilaria menghempas lengan Five dari tubuhnya. "Dont touch me! It's none of your business!" lontar Ilaria, ia masih sangat kesal pada Five.
Gadis itu menyengol bahu Five, ia buru-buru keluar dari ruangan gelap yang menyeramkan itu.
Five tentu mengejarnya. Dengan mudah Five mengapai lengan Ilaria. Wajahnya tampak memerah menahan amarah.
Begitupun Ilaria, nampaknya darah mulai berdesir merangkak naik di wajahnya. Keduanya sama-sama marah dan kesal.
"Dont fuck with me! " tegas gadis itu.
Five mendekatkan wajahnya pada gadis berkulit putih itu. "Son of a bitch! "
Ilaria mendengus kesal. "So kiss my ass dumbass!"
Lelaki itu justru bersmirk. Sontak Ilaria memundurkan tubuhnya sembari menutup mulut. Jika bisa, Ilaria ingin sekali menarik kalimatnya barusan.
Wajah lelaki itu tampak menyeramkan layaknya predator yang hendak memangsa.
Ilaria sontak berlari menuju kamar mandi. Saking takutnya ia lupa bahwa Five bisa berteleportasi kemana saja, termasuk kamar mandi ini.
Gadis itu mengunci pintu dari dalam, tanpa ia sadari Five sudah berada tepat di belakangnya.
"Five... "
"Lemme kiss your ass,"
Lelaki itu meremas pantat Ilaria, menciumi gadis itu, dan memainkan klitoris yang masih terbungkus celana dalam.
Ilaria memukul-mukul dada Five, ia merasa sangat kesusahan bernafas karena ciuman lelaki berambut berantakan itu. Namun Five justru memojokan gadis itu pada pintu.
"Hmph Five! Stop! Please-h!" desah Ilaria.
Lelaki itu menghentikan semua aktifitasnya kemudian menggeleng. "I will make u scream my name," lelaki itu semakin nafsu.
Ia membalikan tubuh Ilaria, menurunkan celana gadis itu. Kemudian memukul kedua pantat gadisnya hingga memerah.
"Five!! Ugh! "
"I do what you want, "
Malam itu mereka bersagama di kamar mandi. Five ternyata lebih ganas daripada yang Ilaria pikirkan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hargreeves | Five Hargrevees
Fantasyrate : 18+ warn : violence, rape, etc genre : romance - fantasi Kehidupan Ilaria sudah cukup berat, banting tulang demi diri sendiri dan menjadi pelacur di sebuah club. Namun sekarang bertambah berat ketika dia bertemu seorang lelaki bernama Five Ha...