eight

1.8K 124 10
                                    

Five mengacak surainya frustasi. Gadis itu tak kunjung bangun. Sudah tepat 24 jam ia tertidur pulas di atas ranjang.

Ia sudah diobati, bahkan diobati oleh salah satu dari mereka yang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan penyakit apapun.

Tapi gadis itu tetap tak kunjung bangun. Five sudah tak bisa berpikir jernih. Ia takut Ilaria mati bahkan sebelum semuanya dimulai.

Ia takut, Ilaria memilih untuk tidur. Tidur untuk selama-lamanya.

"Eungh, "

Five menoleh ketika ia mendengar lengkuhan kecil lolos dari bibir Ilaria.

Buru-buru lelaki itu memeriksa keadaan Ilaria. Hal itu membuat sudut bibir Ilaria terangkat. Menggemaskan pikirnya.

Five terlihat panik, khawatir dan senang di waktu bersamaan.

"Aku baik-baik saja, " ujarnya.

Five menghela nafas lega. Lelaki itu tiba-tiba memeluk Ilaria. Tentu Ilaria membalas pelukan itu. Ia mengelus rambut Five dan merapikannya.

"Maaf, " kata itu terlontar dari bibir Five. Tanpa lelaki itu jelaskan Ilaria sudah tahu maksudnya.

Ilaria menggeleng pelan. "Ini bukan salahmu, "

Gadis menangkup wajah Five mendekatkannya. Ia menyentuh batang hidung lelaki itu. "Terimakasih sudah menolongku, "

Sorot mata berwarna hijau itu tampak bersinar. Iris matanya mulai membesar ketika Ilaria mulai menciumi lelaki itu.

Tanpa aba-aba Five naik ke atas ranjang. Tangannya menyibak baju yang Ilaria gunakan hingga perut halus itu terpampang jelas dimata Five.

Jari jemari Five mulai menari diatas perut gadis itu. Five juga bermain dengan leher Ilaria, mencetak tanda kepemilikan dikulit putih itu.

"Ahh, "

Ilaria mengacak surai Five. Ia selalu dibuat melayang oleh lelaki bernama Five Hargrevees. Sentuhan dan permainnya begitu memabukkan.

"Dingin," keluh Ilaria.

Suara jendela yang berdecit karena ulah angin membuat konsetrasi mereka berdua pudar. Belum lagi udara dingin yang masuk. Ditambah suara berisik seperti batu yang dilempar-lempar ke atas atap rumah.

"Ck, " lelaki itu berdecak kesal.

Lelaki yang kini hanya menggenakan kemeja putih dan celana pendeknya itu berjalan ke arah jendela.

Matanya membulat sempurna. Ketika corong angin yang berputar kencang dari awan dan menjuntai ke tanah. Bukan hanya satu tapi dua. Lelaki itu bergegas menutup jendela.

"Pakai bajumu dan tunggu di ruang bawah tanah!" tegas Five.

Ilaria tak mengerti namun ia menurut memakain kembali bajunya yg sudah merosot akibat ulah Five.

Saat Five hendak pergi, Ilaria buru-buru menahan laju lelaki itu. "Ada apa? "

Five menghela nafas. "Dia kembali, dia membawa tornado. Kau aman bila tinggal di bawah tanah, "

Usai menjelaskan lelaki itu lantas menghilang entah kemana, kembali berteleportasi dan meninggalkan Ilaria.

Ilaria belum sempat protes. Namun ia berusaha menurut. Sayang sekali angin kencang membuat beberapa barang berjatuhan dan berserakan sehingga membuatnya kesulitan berjalan.

Rumah ini kembali kosong, semua orang tampaknya tengah beraksi. Kecuali dirinya dan pogo yang kini tengah kesulitan untuk berdiri tegak.

"Pogo! " jerit Ilaria ketika Pogo terguling dan menambrak dinding saking besarnya angin itu.

Ilaria berusaha berjalan menuju Pogo. Tapi monyet itu menggeleng. "Pergilah! "

•••

Alih-alih pergi ke ruang bawah tanah, Ilaria justru pergi keluar rumah. Ia harus menyaksikan apa yang tengah terjadi.

Gadis itu justru mematung sekarang. Hembusan angin yang kencang dan dapat melempar manusia dan semua benda kapan saja. Ilaria menghalangi wajahnya dengan sebelah lengan.

Hujan lebat disertai angin kencang telah membuat pohon-pohon tumbang, air sungai meluap dan keselamatan masyarakat terancam.

Bahkan bukan hanya satu pusaran angin tornado. Tapi ada 5 jumlahnya. Siapapun dapat terluka bahkan mati dibuatnya.

Tornado yang kuat bisa menghempaskan pohon, menerbangkan mobil, dan menghancurkan bangunan.

Salah satu tornado itu mulai mendekat ke arah Ilaria berpijak. Bila tidak cepat bergerak tornado bisa menghempas tubuhnya dan merusak kediamaan Hargreeves seketika.

Tornado semakin mendekat. Ilaria bahkan masuk ke dalam pusaran tornado itu. Ternyata bukan hanya Ilaria yang ada di dalam pusaran itu, ada orang, puing-puing bangunan, bahkan kucing.

Ilaria merentangkan tangannya. Kedua tangannya mengepal. Entah kekuatan dari mana tiba-tiba tornado itu pecah, ralat hilang seketika di depan matanya. Orang-orang yang ada di pusaran tornado jadi terhempas ke jalanan.

Ilaria memfokuskan dirinya, ia menjulurkan sebelah tangannya pada corong angin itu. Dan hilang.

Gadis itu mulai mengerti sepertinya inilah kekuatannya. Menghentikan tornado.

Ilaria mulai membasmi satu perdatu tornado. Dan entah sejak kapan ia bisa terbang. Beruntung ia bisa terbang, sehingga memudahkannya untuk membasmi tornado-tornado kecil maupun besar itu.

Gadis itu terbang semakin tinggi. Ternyata jumlahnya banyak. Mungkin ini salah satu peristiwa bersejarah dikemudian hari.

Ilaria melihat para Hagreeves, mereka tengah mengevaluasi warga. Sepertinya mereka kesulitan untuk menghentikan tornado.

Lantas gadis itu turun di depan mereka.

"Ilaria? "

"What the hell!?"

Ilaria tersenyum tipis. "Sepertinya aku sudah mengetahui kekuatanku. Membasmi tornado dan terbang!!! " serunya girang.

"Lanjutkan! Kita perlu menghentikan bencana alam ini! " teriak Diego.

Ilaria mengangguk. Dia kembali terbang, menghilangkan satu demi satu pusaran angin. Namun semakin dia membasmi tornado itu, tubuhnya semakin lelah.

Saat pusaran terakhir, Ilaria mengoptimalkan kekuatannya. Tornado itu sangat-sangat sulit untuk ia hilangkan.

Bahkan percikan cahaya hologram keluar mengelilingi tubuh Ilaria. 30 detik berlalu, akhirnya tornado itu dapat ia basmi.

Namun tubuh Ilaria sangat lemas, ia jatuh dari ketinggian dan berakhir jatuh di atap sebuah mobil.

Tentu hal itu membuat orang-orang khawatir. Bahkan Five langsung berteleportasi saking khawatirnya.

"Ilaria! "

The Last Hargreeves | Five Hargrevees Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang