ten

1.5K 116 2
                                    

3 hari sebelum hari itu. Ya, hari kiamat yang berniat dihentikan oleh anggota keluarga Hargrevees.

Setidaknya mereka ingin berusaha menyelamatkan nyawa 7 miliar orang di dunia.

Namun sayang, bahkan sebelum hari itu tiba. Sudah hampir ribuan orang meninggal dunia.

Semuanya karena bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi. Bencana alam yang dahsyat itu terjadi dimana-mana.

Gempa bumi, angin topan, banjir dan bencana lainnya. Itu termasuk bencana kecil sebelum hari itu tiba.

Hari kiamat, kira-kira seberapa besar bencana di hari itu?

Buliran keringst mengalir dari pelipis gadis yang masih tertidur pula itu. Ia bergerak resah di atas ranjang.

Gadis itu tiba-tiba terbangun dari mimpi buruknya dengan terengah-engah.

Tebak apa yang dia mimpikan?

Kematiannya sendiri. Sangat menyeramkan bukan?

Wangi kopi menyapa penciumannya pagi hari ini. Tak lupa seorang pria yang tengah menatapnya dari palang pintu.

"Mimpi buruk? " tanya lelaki itu.

Ilaria menyisir rambut dengan jarinya. Terlalu menakutkan untuk diceritakan.

Menyadari ada yang salah dengan gadis itu, Five mendekat ke arah gadisnya. "Hey? What's wrong? "

Ilaria menggeleng. Five justru tersenyum. "Kau pembohong yang buruk,"

"Kemarilah, aku akan menghapus mimpi burukmu," titah Five.

Ilaria mendekat ke arah Five. Tanpa aba-aba lelaki itu mengecup bibir ranum milik Ilaria.

Ilaria mendorong Five pelan. "Five!!! " gadis itu tampak marah sekaligus senang.

Gadis itu menatap Five dengan tatapan intens. Ia menangkup wajah lelaki itu dan menciumnya.

Rasa pahit dari kopi mulai terasa diantara ciuman di pagi hari itu. Bau badan milik lelaki itu tercium sangat jelas. Sangat memabukkan.

Sepertinya Five punya sihir tersendiri. Ilaria langsung lupa tentang mimpi buruknya. Wajar saja ciuman lelaki itu mengalihkan atensinya.

Ilaria menarik Five ke atas ranjang. Sehingga lelaki itu terjatuy di atas tubuhnya.

Five menghentikan ciumannya, ia memandang nakal. Tangannya mengelus bagian bawah Ilaria dan terus melanjutkan ciuman mereka.

"Sittin' on my dick baby,"

Ilaria menurut, gadis itu membalikan posisinya. Five terlentang dan dirinya duduk di atas tubuh pria itu.

Baru saja berniat melakukan hal lebih, Five justru menghentikan permainan mereka.

"Sebaiknya kita bermain lain kali, " ucap lelaki itu membuat Ilaria menghembuskan nafas kesal.

Siapa yang tidak kecewa sih?

Five merapikan bajunya. "Bersiaplah, kita akan menjadi relawan. Kita bisa bermain lain kali, "

Lelaki itu kemudian menepuk pucuk kepala Ilaria.

•••

Hari itu mereka melakukan berbagai pekerjaan. Memberi bantuan pangan, mengobati orang lain, membersihkan jalanan, dan bermain bersama anak-anak kecil yang kehilangan orang tua.

Menyedihkan, tornado itu menelan puluhan nyawa. Termasuk orang tua dari anak-anak berusia belia yang terlantar sekarang.

Mereka takut, sedih, dan tak bisa berbuat apa-apa. Persis seperti Ilaria saat kecil.

Ilaria juga hidup sengsara, nasibnya sering terombang-ambing. Antara hidup dan mati. Seperti sekarang.

Namun untuk saat ini Ilaria hanya memfokuskan dirinya untuk membantu orang lain.

Ah, mereka sudah bebas menunjukan berbagai kekuatan yang mereka punya.

"Wah, keren... "

Seorang anak laki-laki berumur 8 tahun menatap berbinar-binar ke arah Five yang baru saja bertelportasi ke sana.

Ilaria tersenyum tipis. Sembari duduk direruntuhan ia mengajarkan anak-anak untuk membuat gelang sederhana dari tali bekas. Kurang lebih ada 5 anak yang kehilangan orang tuanya.

Termasuk anak dengan rambut pirang yang kini berlari ke arah Five. Gadis kecil  yang berusia 12 tahun mengikutinya dari belakang.

"Bagaimana caranya!? Ajarkan aku!!!" seru anak itu antusias sekali sehingga menarik beberapa atensi anak lain.

Anak perempuan dengan gaun coklat muda yang kusam serta sweater yang lebih berwarna coklat gelap itu memukul kepala adiknya pelan. "Tidak sopan Lian! "

Anak lelaki bernama Lian itu menangis sembari mengelus kepala. Sudah dipukul, dimarahi pula oleh sang kakak.

Ilaria melangkahkan kakinya ke arah mereka bertiga. Sendari Five hanya menatap anak-anak itu, enggan berbicara banyak.

"Lana, lain kali jangan memukul adikmu ya," tutur Ilaria lembut.

Lana, kakak perempuan Lian itu melirik Ilaria tidak suka. "Dia adikku, aku bebas mengaturnya. Terlebih orang tua kami telah pergi, jadi hanya aku yang bisa menjaganya!" tegas gadis berambut pirang agak gelap itu.

Ilaria berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan mereka. "Kalian punya kami, masih banyak orang baik di dunia ini." Terangnya.

Lana tersenyum kecil, lebih tepatnya meledek. "Aku tidak bisa mempercayai apapun yang orang dewasa katakan,"

Five berjongkok di depan Lana. "Yakin? Bisa melindunginya seorang diri? "

Gadis kecil itu menatap Five penuh rasa kesal. "Yakin 100%"

Five tersenyum kecil. "Baiklah... aku tak bisa mengajarkanmu Lian, tapi aku bisa membawamu. "

Cling!

Five dan Lian menghilang dari pandangan Lana. Tentu gadis itu kalang kabut.

"Sial! Kembalikan adikku! " gerutunya kesal.

"Lian!!! Lian! "

Ilaria memegangi bahu Lana. "Tenang,"

Cling!

"Woah! Kerenn! " seru Lian.

Five dan Lian kembali muncul. Lana langsung memeluk tubuh Lian.

"Bagaimana? " tanya Five dengan wajah meledek Lana yang hampir menangis itu.

Ilaria memukul lelaki usil itu. "Menyebalkan, "

Lelaki itu terkekeh kecil. Menurutnya sangat menyenangkan membuat orang lain jengkel.

Sore itu langit terlihat indah, senja berwarna jingga yang sangat cantik. Tak banyak reruntuhan yang disebabkan tornado kemarin hari, namun angin kencang itu membuat beberapa orang tewas.

Baru saja mereka sedikit merasa terhibur, tapi sepertinya bumi tidak membiarkan hal itu.

Tanah tiba-tiba bergetar hebat. Barang-barang berjatuhan dari tempatnya. Bangunan-bangunan yang hampir roboh oleh tornado kini menyatu dengan tanah. Orang-orang menjerit tak karuan, berlari ke sana kemari.

"Tolong kami! "

•••

The Last Hargreeves | Five Hargrevees Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang