Di Antara Kita

2K 154 65
                                    

Chapter ini bonus buat kalian yang udah setia baca cerita cacat ini dari awal sampai akhir 😘

___________________________________________

"Akh! Oza! Sakit!" pekik Ravin setengah meringis menahan perih.

"Iya maaf, ini udah pelan-pelan kok," sahut Oza pelan dengan setengah meringis juga karena melihat Ravin kesakitan.

"Lagian kan aku bilang jangan masukin gitu aja kamu nggak mau dengerin!" sembur Ravin kesal.

"Tadi aku kira udah pas, nggak tahu juga bakal kayak gini jadinya."

"Shhh ... akh! Emang kamu nggak lihat ini tuh sempit? Main dipaksain masuk aja kan sakit!"

"Tahan sebentar ya, aku ambil pelumas biar nggak terlalu seret." Oza akhirnya mengambil pelumas.

"Kenapa baru sekarang?! Kalau dari tadi kan nggak bakal sesakit ini!" seru Ravin tidak habis pikir.

Oza menghela napas dalam, tidak mau lagi menjawab celotehan Ravin.

Dia akui ini salahnya karena ceroboh.

Maklum ini kan pertama kalinya buat dia.

Lagian juga dia panik bagaimana bisa memikirkan itu begitu saja.

Oza menuangkan pelumas yang dia bawa itu dan mengusapkannya sampai membuat permukaan kulit Ravin licin.

"Akh! Ah! Pelan-pelan," gumam Ravin saat Oza melepaskan cincin perak yang tersemat di jari tengahnya.

"Ah!" desah Ravin dan Oza bersamaan saat cincin itu sudah berhasil dilepaskan dari jari tengah Ravin.

Lega rasanya.

"Akhirnya lepas juga nih cincin sialan," umpat Ravin refleks sambil mengelus jarinya yang memerah dan sakit.

Oza menatap Ravin tidak suka saat Ravin menghina cincin pemberiannya itu.

Ini memang salahnya karena memaksakan cincin itu terpasang di jari tengah tangan kiri Ravin, dia kira itu akan lebih pas di sana ternyata malah kekecilan dan membuatnya susah dilepas tanpa bantuan pelumas.

Tak! Tring!

Tiba-tiba Oza melemparkan cincin itu ke sembarangan arah sampai terbentur tembok kamarnya sebelum akhirnya jatuh ke lantai dan menggelinding entah ke mana.

Ravin yang kaget pun menatap syok ke arah Oza. "Kok dibuang?"

"Cincin sialan, mending dibuang aja daripada bawa sial," sahut Oza dingin.

Ravin tertegun di tempatnya.

Dia menyesal sudah asal bicara barusan.

Harusnya dia bisa menjaga ucapannya.

Perasaan Oza pasti sangat terluka karena Ravin malah menghina barang pemberiannya.

"Maaf Za, aku nggak maksud bilang gitu."

Oza hanya bungkam dengan tatapan tajamnya lurus menusuk mata Ravin.

Di Antara Kita [End, Yaoi/BL, Teen] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang