Jangan Nakal

1.2K 145 7
                                    

Aktivitas rutin Ravin setiap pagi di hari libur adalah lari pagi.

Seperti minggu lalu, Oza juga ikut lari pagi bersamanya lagi.

Setelah bersiap di rumah Oza, Ravin meminta Oza agar mereka pulang ke rumah Ravin dulu.

"Pagi Ma!" sapa Ravin pada mamanya saat mereka masuk rumah dan melihat wanita itu tengah menyapu lantai.

"Eh? Pagi, udah pulang ternyata. Mama kira bakal main sampai siang," sahut mamanya.

"Enggak kok, aku mau ganti baju sama sepatu doang buat jogging," jelas Ravin singkat lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Mamanya juga Oza di lantai bawah.

Oza hanya menatap kepergian Ravin, suasana hatinya sedikit aneh sejak semalam.

Dia seperti mulai khawatir akan sesuatu, tapi entah sesuatu itu apa.

Semuanya terasa gamang.

"Kenapa Za?" tanya mamanya Ravin tiba-tiba.

Oza sedikit tersentak seolah baru sadar dari lamunan.

Dia menoleh lalu tersenyum manis.

"Apanya yang kenapa Tan?" tanya Oza bingung dengan senyuman bodohnya.

Mamanya Ravin ikut tersenyum merasa lucu akan Oza.

"Mukamu kok nggak secerah biasanya? Kalian nggak berantem kan?" tanyanya lagi, jelas sebagai seorang ibu beliau bisa menyadari jika ada sesuatu yang aneh meski Oza bukan anaknya, tapi tetap saja sebagai orang tua pasti punya insting tersendiri.

"Nggak kok Tan, kalau berantem aku mana mau ikutan dia jogging, hahaha," sahut Oza diakhiri dengan tawa kecilnya.

Baru mamanya Ravin akan menyahut, Ravin sudah turun duluan.

"Yuk Za!" seru Ravin lalu dia mendekati mamanya.

"Ma, aku berangkat ya," pamitnya sambil mencium punggung tangan mamanya.

Setelah Ravin, Oza pun melakukan hal yang sama lalu mereka pergi ke luar untuk lari pagi.

Mereka lari pagi di sekitar komplek perumahan mereka saja lalu istirahat di kafe langganan mereka seperti biasanya.

Entah mengapa suasana di antara mereka kini terasa canggung.

Sesaat setelah mereka tiba hingga minuman pesanan mereka sampai pun tidak ada yang mau membuka pembicaraan.

Ini yang pertama kalinya dalam sejarah pertemanan mereka, biasanya kalau dua manusia itu sudah bersama pasti suasananya tidak akan pernah terasa membosankan.

"Vin ...." Ucapan Oza terhenti saat Ravin mengangkat tangan kanannya mengkode agar Oza diam dulu.

Baru saja Oza ingin mencairkan suasana, tapi di saat yang tidak tepat HP Ravin malah mendapatkan panggilan masuk.

"Halo Sar?" sapa Ravin pada orang di sebrang sana setelah menerima panggilan itu.

Dari cara Ravin menyapa pun Oza langsung tahu kalau itu adalah Sarah.

Di Antara Kita [End, Yaoi/BL, Teen] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang